Sikap Agus yang segera mengakui dan menerima kekalahannya menuai banyak pujian dari banyak pihak. Dalam jumpa persnya malam hari setelah hari pilkda, Agus mengatakan secara kesatria dan lapang dada mengakui kekalahannya dan sudah menelpon Ahok dan Anies untuk mengucapkan selamat atas pencapaian mereka.
Saat ini, publik menanti-nanti langkah selanjutnya dari pihak agus terutama partai-partai pendukung Agus-Silvy dalam Pilkada DKI putaran kedua. Banyak pihak menduka Agus akan memberikan dukungannya ke paslon nomor 3 yaitu Anies - Sandi. Hal ini masuk akal karena melihat kesamaan demografi simpatisan selama masa kampanye antara paslon 1 dan paslon 2.
Dapat dipastikan, pilihan sikap dari pihak Agus - Silvy dalam putaran kedua Pilkada DKI ini akan sangat menentukan pada hasil akhir pilkada ini. Mengingat hasil perolehan suara antara paslon 2 dan paslon 3 tidak terlalu jauh berbeda.Â
Tentu pihak Agus - Silvy terutama partai-partai politik dibelakangnya yaitu partai Demokrat, PAN, PKB dan PPP akan sangat berhati-hati melakukan perhitungan politik dan bargaining dengan partai-partai pendukung paslon 2 dan 3. Dipastikan detik-detik ini, diskusi mengenai inilah yang sedang intens di intern partai-partai bersangkutan.
Namun, bagaimana jika seandainya Agus memutuskan untuk mendukung Ahok dalam putaran kedua nanti? apa yang akan terjadi dan apa untung ruginya bagi kedua pihak dikaitkan dengan semua peristiwa sebelum dan sesudah pilkada putaran kedua?
Jika benar Agus akan mendukung Ahok, disini saya mencoba memberikan analisa seorang awam tentang apa yang bakalan terjadi. Semata-mata ini adalah pendapat pribadi, diharapkan kebijaksanaan dan saran-saran dari pembaca jika ada pendapat yang lebih mencerahkan, diberikan di kolom komentar, untuk wawasan kita semua.
Ini agak rumit. Mungkinkah partai-partai pendukung paslon 1 akan mendukung paslon 2? Dalam politik semua mungkin. Mungkin tidak semua partai tetapi sebagian. Sebetulnya melihat kedekatan PDIP partai pengusung paslon 2 dengan partai PKB dan PPP versi Romi pada pilpres 2015, yang sekarang mereka adalah partai-partai pendukung pemerintah, maka bukan tidak mungkin PKB dan PPP akan juga mendukung PDIP dalam Pilkada DKI pada putaran kedua ini. Walaupun pilkada DKI adalah pilkada tingkat propinsi, tapi rasa-nya seperti perhelatan demokrasi tingkat nasional yang bisa memberikan efek besar bagi semua pihak (partai) pada pemilu 2019 nanti.Â
Pemilu 2019 akan menjadi salah satu pertimbangan bagi PKB dan PPP dalam menentukan dukungannya pada pilkada DKI putaran kedua nanti.Â
Namun lain halnya dengan Partai Demokrat dengan ketua umumnya SBY. Ketegangan antara "penguasa" dengan SBY selama masa kampanye sangat terasa. Paling tidak itulah yang dirasakan SBY yang bisa kita lihat dari luahannya perasaannya  di lini masa. Hal ini memuncak saat Antasari yang sedang mencari keadilan "bernyanyi"  sehari sebelum pemungutan suara. Jika Agus benar-benar mendukung Ahok pada putaran kedua, maka arah kasus Antasari semakin tidak terbaca. Kita tau bahwa Antasari akhir-akhir ini tengah merapat dengan PDIP.
Bisa jadi "penguasa" akan melunak dalam memenuhi hasrat Antasari yang sedang mencari keadilan- jika SBY sedang berada disisi Ahok melalui Agus anaknya. Dimana kita tahu Antasari memberikan sinyal bahwa SBY "mengetahui" tentang rekayasa kasus Antasari yang mengakibatkan dirinya dipenjarai selama hampir 8 tahun.
Disisi Antasari, ini adalah kerugian, langkah berat. Ini akan menghambat langkahnya untuk menemukan titik terang mengenai kasus yang telah menimpanya.
PDIP sebagai partai pengusung pasangan Ahok - Jarot juga bisa menjadi serba salah dalam kasus ini. Walaupun tentu, pihak penegak hukum bisa mengatakan mereka akan menangani ini secara profesional tanpa interfensi dari penguasa. Namun sangat sulit rasanya bagi penegak hukum untuk menghindar, jika benar-benar ada interfensi itu.
Pihak SBY sendiri sudah melaporkan Antasari ke polisi terkait tuduhannya mengenai kasus ini.
Lalu bagaimana dampak dukungan Agus kepada Ahok sendiri? Apakah Ahok akan lebih mudah melenggang mencapai kemenangan? Bisa iya, bisa tidak. Artinya belum tentu demikian.Â
Yang pertama yang memberikan suara adalah pribadi masing-masing orang. Belum tentu simpatisan Agus serta-merta akan meberikan suaranya juga kepada Ahok.Â
Yang kedua, kehadiran Agus di sisi Ahok juga bisa jadi justru memberikan sentimen negatif kepada Ahok. Kenapa? Melihat perolehan suara Agus pada pilkada kali ini, itu bisa menunjukkan bahwa warga Jakarta belum "menerima" Agus dan unsur-unsur dibelakangnya seperti ayahnya, partai Demokrat dan lain sebagainya. Bisa jadi simpatisan pendukung Ahok yang tadinya memberikan suaranya kepada Ahok, berpikir kembali untuk memberikan dukungan serupa pada pilkada kedua nanti.Â
Tetapi jika hanya partai-partainya saja, ibaratnya PKB dan PPP (diluar Agus secara pribadi, Demokrat dan PAN), maka menurut saya ini akan menjadi penguatan yang dahsyat bagi barisan paslon dua dan bagi kesuksesan Ahok - Jarot untuk meraih kemenangan. Karena jika PKB dan PPP bergabung dengan PDIP dan koalisinya dalam pilkada putaran kedua ini, ini hanya merefleksikan koalisi "cantik" pada Pilpres 2015 yang lalu. Komunikasinya akan lebih mudah mulai dari tingkat elit hingga tingkat grassroot.
Akhirnya, ini hanyalah analisa saya. Semoga para elit dapat mengalmbil langkah-langkah politik mereka dengan mempertimbangkan kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Memikirkan keutuhan dan keharmonisan bangsa demi Indonesia raya yang ber-Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H