Mohon tunggu...
Guru Swasta
Guru Swasta Mohon Tunggu... -

Guru Kehidupan. Anti korupsi pro rakyat jelata dan terpinggirkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rakyat Kecewa Perwira Tinggi TNI Bela Kapten Pengecut itu

3 Mei 2012   03:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:48 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TNI kurang belajar dari sejarah. Peristiwa arogansi oknum TNI, Kapten A,  atas pengendara motor di Jalan Palmerah, Jakarta, sebenarnya bisa dijadikan peluang bagi institusi TNI untuk mempromosikan TNI kepada rakyat bahwa TNI sudah berubah 100% dibanding jaman Orde Baru. Namun, melihat konferensi press yang dilakukan seorang perwira tinggi TNI di TV, sangat kental aroma pembelaan terhadap anggotanya yang jelas-jelas bersalah tersebut. Bukan sekedar pembelaan lagi, bahkan seolah sang perwira tinggi tersebut seperti "melegalkan" kelakuan anak buahnya yang kayak berandalan tersebut. Dalam statemen-statemen-nya, sang perwira tinggi tersebut juga terkesan menyudutkan "sang biker" pemberani tersebut. Bekalnya cuma pengakuan sepihak sang Kapten pengecut tersebut. Ya iyalah, mana ada orang ngakuin kesalahannya bila pengakuan tersebut punya konsekuensi yang maha berat, menyangkut : kelangsungan karier dan hukuman penjara.

Banyak pengakuan sang Kapten yang sangat tak masuk akal:

- Sang Biker nggedor-gedor mobil, yang nyata-nyata identitasnya sebagai mobil TNI.

- Sang Biker nendang mobil dinas TNI

- Sang Biker nyekik leher sang Kapten

- Sang Biker memukul duluan

Satu-satunya yang mau melakukan semua itu di negeri ini adalah ORANG GILA atau BALITA YANG BARU BELAJAR MERANGKAK!

Pembelaan sang perwira tinggi dalam "membela" kelakuan anak buahnya pun sangat naif:

- Memukul, menodongkan pistol, membawa pentungan besi kepada masyarakat sipil diyakini sang perwira tinggi sebagai refleks!

- Meminta permakluman dari publik bahwa seseorang wajar kalau terkadang bisa emosi.

Kalau semua cara berpikirnya macam itu ya hancur negara ini, dimana-mana bisa terjadi hukum rimba dan hukum jalanan, dengan alasan refleks dan sedang emosi.

Panglima TNI dan aparat penegak hukum mesti bertindak, ini sudah ranah pidana (penganiayaan). Jangan kalau pelakunya aparat terus berlalu begitu saja. Coba kalau dibalik jika pelakun pemukulan itu dilakukan warga sipil terhadap aparat, tentu si pelaku akan dengan cepat ditangkap (mungkin malah di dor duluan) dan dihukum berat. Susah memang hidup di negara hukum yang berat sebelah!

-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun