Mohon tunggu...
Siti S. Fauziyah
Siti S. Fauziyah Mohon Tunggu... Guru - guru

guru di desa yang ingin jadi pengusaha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Korban KDRT Enggan Melapor? Antara Dilema dan Trauma

23 Agustus 2024   11:41 Diperbarui: 23 Agustus 2024   12:48 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih-lebih kalau sudah punya anak yang akan ikut dia, perpisahan akan menjadi masalah yang memperburuk keadaan. Demikian bayangan mereka.

Solusinya kemandirian

Maka sebagai solusinya, perempuan harus berdaya melalui kemandirian, baik secara emosi maupun ekonomi. Apalagi di era digital seperti sekarang Bu Zai meyakini perempuan semakin pintar. Mereka paham how to survive dengan meraup peluang. 

Peluang dapat cuan terbuka lebar berkat ekonomi digital karena jualan produk tanpa perlu punya toko fisik, bisa dikerjakan dari rumah.

Bu Zai mengingatkan bahwa perempuan harus berani mengambil keputusan terutama jika mengalami perundungan atau KDRT dari pasangan.

Jangan menunggu babak belur, istilahnya, baru berani 'melawan'. Harus belajar berdaya dengan melawan intimidasi dan manipulasi suami pelaku kekerasan. Kalau dibiarkan, sifat manipulatif itu akan mengekang dan membuat perempuan sekadar menerima diperlakukan bagaimana pun. 

Jika sulit menemukan lingkaran terdekat untuk speak up, silakan menghubungi unit perlindungan perempuan dan anak di daerah masing-masing. Untuk wilayah Jatim, ada nomor kontak yang bisa duhubungi: Komnas Anak Jatim 0813 3130 4008.

Bisa pula mengontak Layanan Sapa sebagai berikut. Saatnya perempuan berdaya dan terbebas dari aniaya. Jika perlakuan kasar tak lagi bisa ditoleransi, jangan pendam sendiri. Laporkan ke pihak terkait! 

Saatnya wanita berdaya, bebas dan merdeka!
Saatnya wanita berdaya, bebas dan merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun