Lebih-lebih kalau sudah punya anak yang akan ikut dia, perpisahan akan menjadi masalah yang memperburuk keadaan. Demikian bayangan mereka.
Solusinya kemandirian
Maka sebagai solusinya, perempuan harus berdaya melalui kemandirian, baik secara emosi maupun ekonomi. Apalagi di era digital seperti sekarang Bu Zai meyakini perempuan semakin pintar. Mereka paham how to survive dengan meraup peluang.Â
Peluang dapat cuan terbuka lebar berkat ekonomi digital karena jualan produk tanpa perlu punya toko fisik, bisa dikerjakan dari rumah.
Bu Zai mengingatkan bahwa perempuan harus berani mengambil keputusan terutama jika mengalami perundungan atau KDRT dari pasangan.
Jangan menunggu babak belur, istilahnya, baru berani 'melawan'. Harus belajar berdaya dengan melawan intimidasi dan manipulasi suami pelaku kekerasan. Kalau dibiarkan, sifat manipulatif itu akan mengekang dan membuat perempuan sekadar menerima diperlakukan bagaimana pun.Â
Jika sulit menemukan lingkaran terdekat untuk speak up, silakan menghubungi unit perlindungan perempuan dan anak di daerah masing-masing. Untuk wilayah Jatim, ada nomor kontak yang bisa duhubungi: Komnas Anak Jatim 0813 3130 4008.
Bisa pula mengontak Layanan Sapa sebagai berikut. Saatnya perempuan berdaya dan terbebas dari aniaya. Jika perlakuan kasar tak lagi bisa ditoleransi, jangan pendam sendiri. Laporkan ke pihak terkait!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H