Di sinilah penipu beraksi. Dia mengimingi korban dengan uang lebih besar tetapi kali ini harus terlebih dahulu menyetor uang yang besar dengan alasan imbalannya pun lebih besar. Karena setoran diwujudkan dalam bentuk kripto, akhirnya korban tak bisa mengelak selain merelakan uang melayang.
2 | Hak-hak (rights)
Pada bagian ini kita harus memahami sejumlah hak mendasar yang wajid dihormati oleh seluruh warganet. Salah satu contoh hak kita adalah kebebasan berekspresi, yakni menyatakan ide atau opini secara lisan, tulisan, maupun bentuk komunikasi lainnya.
Menjadi bloger atau jurnalisme warga adalah salah satu bentuk ekspresi yang kita miliki. Selain itu, mengunggah meme dan infografik serta video dalam bentuk konten di aneka platform juga termasuk hak berekspresi. Menulis status di WhatsApp, Facebook, dan Twitter, juga Instagram bisa dikategorikan pada bagian ini.
Namun ingat, kebebasan kita dibatasi oleh hak orang lain. Sehingga jangan asal bikin konten yang viral dengan mengabaikan kenyamanan orang lain. Hormati hak cipta atau kekayaan intelektual dengan memberikan atribusi semestinya, apalagi jika menyangkut benefit ekonomi.
3 | Pemberdayaan (empowerment)
Nah, bagian ketiga ini menyangkut pemanfaatan teknologi informasi dan medsos secara bijak dengan menargetkan pola pemberdayaan. Artinya, konten-konten yang kita unggah di media sosial bisa digunakan untuk menyebarkan inspirasi, mendorong partisipasi sosial, mendukung kewirausahaan lewat UMKM maupun perusahaan rintisan dengan semangat kolaborasi.
Yang tak kalah penting adalah memahami etika informasi, yakni kesadaran untuk mengevaluasi berbagai isu terkait penyebaran data elektronik. Di sinilah pentingnya menyaring mana berita yang termasuk hoaks, disinformasi, dan ujaran kebencian.
Kesadaran itu lantas melahirkan kewaspadaan untuk memilah-milah informasi, tidak mudah termakan hoaks, wise while sharing, dan think before posting. Begitu pentingnya menangkal hoaks, tahun 2017 MUI pernah menerbitkan fatwa untuk merespons beredarnya fitnah dan hoaks di medsos.
Kiat berkonten ria tanpa celakaÂ
Tak ada yang menghendaki musibah akibat konten yang diunggah di dunia maya. Sebaliknya, kita ingin agar konten itu bermanfaat dan menemukan pembaca yang memerlukannya--apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi yang menuntut kita saling peduli saat ini.
Mungkin saja ada orang-orang yang sengaja menggunakan medsos untuk menciptakan keributan demi uang. Namun, pastikan itu bukan kita sebab target kita adalah membuat konten penuh dengan keriaan tanpa kehilangan faedah. Lalu bagaimana caranya?
1 | Kenali target audiens
Memahami audiens yang menjadi target konten itu sangat vital. Kalau kita tidak berjualan, ya tanyakan apa niat dan tujuan kita mengunggah sebuah konten. Jika digunakan untuk keperluan pemasaran, coba pelajari minat, kecenderungan, dan perilaku target agar konten yang kita produksi sesuai.