Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan "Bunuh" Nadin Amizah

20 Januari 2021   12:16 Diperbarui: 20 Januari 2021   12:25 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunikasi ayah Nadin dengan Seorang Netizen, sumber: screenshot @mazzini_gsp

Siapa Reggy? Kenalkan Reggy adalah nama samaran siswa saya yang telah lulusan dua puluh tahun lebih.  Ketika ditanya ingin jadi apa setelah selesai sekolah. Ia menjawab dengan mantap ingin jadi pengusaha. Mengapa pengusaha? Supaya bisa berbuat baik pada orang lain.  Bandingkan dengan ucapan Nadin, seolah-olah profesi lain tidak berbuat baik.  Saya sebagai guru tersinggung karena saya merasa sayalah orang baik karena menularkan ilmu pada sekian banyak siswa.  Petani tersinggung karena dialah beras terhantarkan di meja makan kita.  Tentara tersinggung karena dia berbuat baik menjaga negara tetap aman, ada banyak profesi yang tersinggung.  Memang pengusaha saja yang bisa berbuat baik?

Lalu pada keadaan yang lebih santai Reggy menjelaskan bahwa orang tuanya tidak menginginkan anak-anaknya  menjadi pegawai negeri sipil, atau pegawai pada perusahaan apapun. Ia menginginkan anaknya menjadi pengusaha. Mengapa?  Jawabannya supaya bisa memberdayakan banyak orang. Oh maksud baiknya ini. Dia melanjutkan dengan menjadi pengusaha, jika punya 10 karyawan dengan tanggungan masing-masing 3 orang (istri dengan dua anak), berarti ada 40 orang yang bisa diberdayakan.

Semakin besar usahanya semakin banyak orang yang bisa diberdayakan, bukan bergantung kepadanya. Pilihan kata dan penjelasan sangat menentukan.

Bagi saya penjelasan Nadin di acara siniar Deddy Corbuzier, lebih menggambarkan keterbatasan kosa kata, kepeleset lidah, karena suasana wawancara secara psikologis jelas berbeda. Di sini saya paham beberapa pejabat menyeleksi dulu pertanyaan dari wartawan setiap akan diwawancara, dan kalau pun salah para benteng (jangan dibaca centeng) pembelanya siap meluruskan.

Berbeda ketika wawancara dilakukan secara mendadak, sering diluruskan kemudian, dan itu banyak terjadi di negara kita.

Ingat bagaimana para pejabat kita mengatakan bahwa corona tidak akan masuk ke Indonesia, semua pernyataan sebenarnya mengarah pada satu hal takut ekonomi terpuruk.

Belajar dari situ, rasanya Nadin harus masuk kategori dimaafkan, pertama masih muda dan kesempatan memperbaiki diri masih panjang, kedua banyak kesalahan yang lebih berat daripada Nadin.  Jadi jangan "bunuh" Nadin. Dihampura saja.

Nasehat Seorang Ibu

Pada hari ketika Nadin viral, saya membaca nasehat seorang ibu kepada anaknya yang mengembangkan usaha rumahan. Nasehatnya 3M, bukan 3M karena pandemi.

Pertama Jaga Mood, jangan baperan baik anda pengusaha, penulis, guru, dosen, ibu rumah tangga dan profesi apapun (maaf kalau tidak disebutkan). Sebab kalau moodnya hilang, bisa ancur minah. Masakan jadi kurang greget, Guru mengajarnya penuh emosi kemarahan.

Kedua jaga Mouth, apalagi di jaman viral (tetelepta_Sunda). Pepatah kita kaya dengan sekitaran mulut, hati-hati lidah tak bertulang, mulutmu harimaumu. Ucapan yang benar saja bisa diedit, apalagi yang sudah jelas salah.  Ingat betapa terbelahnya masyarakat kita saat pilpres, antara lain banyak video editan yang sengaja disebarkan untuk memperburuk keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun