Jujur saya bukan pecinta Drama Korea, hanya saat itu anak bungsu saya terus menerus mengatakan bahwa Drama Korea yang berjudul "Sky Castle" sangat bagus karena menggambarkan ambisi orang tua terhadap masa depan anaknya, sehingga banyak konflik yang kemudian timbul di drama tersebut. Menontonnya pun sambil banyak bertanya dan baru sedikit fokus di episode ke 19 dan 20, sebagai dua episode akhir drama korea tersebut.
Anak bungsu saya seakan ingin menunjukkan apa yang terjadi pada dirinya, yaitu berhenti kuliah di tengah di semester 1 karena tidak sesuai dengan keinginannya, lebih gayanya dengan passionnya. Padahal kuliahnya semi dinas milik salah satu BUMN, jika berhasil menjadi yang terbaik, peluang kerja sangat terbuka. Kalau lulus gelarnya sebagai sarjana terapan, S. Ter. Ak., dan saya sangat mendorong untuk melanjutkan S2-nya yang ketika itu mulai banyak dibuka, linier dengan program sarjana terapan atau D4. Sarjana Magister di bidang Keuangan Syariah yang dibuka oleh sebuah Politeknik terkenal di Bandung.
Saya sebenarnya tidak terlalu memaksakan kehendak, tetapi lebih didorong oleh kemampuan finasial sebagai seorang guru, kemampuan saya menyekolahkan anak mengandalkan tunjangan sertifikasi sebagai guru. Sehingga kalau pindah kuliah harus berhitung ulang. Alhamdulillah, sekarang anaknya sangat menikmati kuliah di sebuah universitas yang tadinya hanya mencetak calon guru.
Kembali ke Drama Korea "Sky Castle" ternyata apa yang digambarkan sebenarnya juga melanda kalangan ibu-ibu di Indonesia, yaitu kebanggaan ketika anaknya kuliah di perguruan tinggi ternama. “Alhamdulillah anak saya diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas anu…”. Meskipun diawali Alhamdulillah tetapi penekanannya pada kebanggaan kuliah di kedokteran. “Oh begitu Jeng, anak saya juga diterima di Teknik Pertambangan di Institut ….”. Dilanjutkan kalimat “bagaimana kalau anak kita jodohkan”. Kemudian tersenyum penuh kebahagiaan (atau bertopeng) karena sesungguhnya menambah gengsi pergaulan. Suasana seperti itu sering terjadi dalam pertemuan arisan ibu-ibu di kalangan tertentu.
Begitulah cerita inti cerita "Sky Castle", sebuah kawasan hunian elite yang diisi orang-orang yang ambisius mempertahan kehormatan, kekayaan yang mengorbankan kehidupan anak-anak. Bagaimana anak dipaksa ikut les padahal keadaannya sudah sangat lelah, apalagi sekolah di Korea Selatan memang terkenal lama. Sekolahnya sampai malam dan Hari Sabtu pun masuk seperti biasa. Di sini bisa jadi perdebatan dan protes berkepanjangan, melanggar hak bermain anak. Kebetulan profesi yang paling diinginkan adalah masuk fakultas Kedokteran di Universitas terkenal.
Itulah alasan putri saya memaksa untuk menonton Drama Korea "Sky Castle" untuk membenarkan tindakannya keluar dari tempat kuliah pertama, karena merasa terpaksa dan tidak merasa bahagia. Saya selalu ingat puisi Khalil Gibran, Anakmu Bukanlah Milikmu.
Anakmu bukanlah milikmu,
Mereka adalah putra-putri sang hidup,
Yang rindu akan dirinya sendiri
Stop memperdebatkan puisi ini sebagai pendorong kehidupan bebas, saya hanya mengambilnya sebagai penghibur, bahwa secara logis matematis anak sayalah penerus masa depan. Jadi berilah mereka kebebasan berpendapat, menentukan pilihan sehingga kitapun tidak selalu disalahkan.
Jadilah Bahagia dengan Tidak Menggunakan Topeng
Apa yang bisa diambil hikmahnya dari menonton Drama Korea "Sky Castle"?
- Orang tua tidak boleh memaksakan kehendak, termasuk sekolah yang menurut kita akan menjadi faktor pendorong kesuksesan. Ada tipe anak yang mengikuti agar orangnya bahagia, meskipun batinnya tersiksa. Ada yang diujung mempersembahkan gelar kepada ibu bapaknya, tetapi dia kemudian tidak berkarir di bidangnya. Ada yang sedari awal memberontak keinginan orang tua.
- Tugas kita sebagai orang tua adalah memberikan kasih sayang, jangan lupa kita sebagai orang tua pun harus terus belajar. Ternyata dalam keseharian mendidik banyak kesalahan yang kita lakukan pada anak.
- Pertemanan yang baik adalah apa adanya, tidak diliputi saling gengsi dan membanggakan kesuksesan tetapi ternyata jauh dari arti bahagia.
- Tinggal di tempat bergengsi belum tentu nyaman, karena ternyata rasa keponya juga lebih tinggi lagi, bahkan siap saling menjatuhkan.
- Tetap berikan hak anak untuk menyalurkan pendapatnya, keinginannya dan kita harus menghormati pilihannya
Itulah kenangan awal tahun 2021 tentang drama korea yang melekat pada diri saya, padahal drama ini telah tayang sejak tahun 2018, saya memang kuper tentang drama korea ini. Tetapi kalau filmya saya tonton dengan antusias yaitu film "Parasite" yang memenangkan 4 piala Oscar di tahun 2020. Film yang penuh dengan kegetiran dan menggelitik berbagai sisi kemanusiaan saya.
Bagi para penggemar drama korea silakan lanjutkan hobinya, karena drama korea tahu kapan menamatkan serinya, tidak seperti drama di sini, senang menyiksa perasaan dengan terus menerus bersambung sampai akhirnya tidak jelas. Bagi saya ini sebenarnya toksik, tapi bagi ibu-ibu ini adalah hiburan setelah seharian terus mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Salam dan jangan lupa jaga kesehatan!
Bacaan Penunjang:
Review Melihat Realita Pendidikan Korsel Lewat Drama Korea Sky Castle, 8 Januari 2021. 8 januari 2021 https://kumparan.com/kumparank-pop/review-melihat-realita-pendidikan-korsel-lewat-drama-korea-sky-castle-1547355046008707881
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H