Mohon tunggu...
Syabar Suwardiman
Syabar Suwardiman Mohon Tunggu... Guru - Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Saya Guru di BBS, lulusan Antrop UNPAD tinggal di Bogor. Mari berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Odading Ironman dan Masyarakat Sunda yang Gemar Bercanda

23 September 2020   03:05 Diperbarui: 23 September 2020   03:06 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Odading (aksikata.com)

"Pak kalau ke Bandung titip odading Mang Oleh ya, yang rasanya seperti menjadi Ironman itu, ada teman yang pesan".  Itu kata anak saya yang mendapat titipan dari teman dekatnya.

Rupanya video viral odading Mang Oleh sudah sampai juga ke kota lain. "Odading itu enaknya dimakan hari itu juga, kalau dibesokkan suka keras, kalau dipanaskan/digoreng lagi nanti malah berminyak", istri saya menimpali. Itulah percakapan singkat yang mengantarkan tulisan ini.  

Odading cakue, budak jeding beuki leweh.  Artinya kurang lebih anak yang bibirnya dower suka nangis. Tetapi menjadi pas karena memiliki kesamaan irama ketika dinyanyikan dalam bahasa daerah.

Jadi dari dulu odading adalah makanan yang sangat populer. Dinyanyikan dengan kencang oleh anak-anak untuk meledek anak yang gampang nangis.

Kue yang dibuat dengan bahan utama terigu, gula pasir, telur dan ragi ini lumayan sebagai pengganjal perut lapar. Tetapi kalah populer dengan cakue.  Mungkin karena kalau cakue selain sebagai cemilan juga suka dicampurkan ke bubur ayam.

Cakue juga saat ini dihidangkan dengan variasi sambal, ada yang dengan saos cabe yang diencerkan atau dengan sambal kacang.  Variasi odading selain orisinal adalah odading yang diberi wijen, tidak terlalu banyak berubah. 

Dulu pedagang cakue pasti dagang odading, seakan-akan sepasang.  Tetapi kemudian cakue banyak dijual terpisah karena kemungkinan lebih laku dengan adanya variasi tadi.

Selain odading makanan terkenal lainnya adalah kue balok, karena bentuknya yang seperti balok.  Kue balok sekarang tampil dengan berbagai variasi rasa, tetapi yang original tetap yang lebih disukai.  Kue balok dikenal juga sebagai kue jibeuh (hiji oge seubeuh, satu juga kenyang), karena memang makanan ini sangat padat.

 Tahun 1980-an seingat penulis pedagang kue balok selalu dikelilingi para tukang becak, atau para pekerja lainnya, dinikmati bersama kopi yang diseduh langsung dari air yang sedang mendidih.  Nikmat.   Sekarang pedagang kue balok bermunculan lagi dan menjadi tempat nongkrong anak muda Bandung, terutama di malam Minggu.

Dalam persaingan kuliner, terkenalnya kembali odading adalah sebuah penegasan kegembiraan bahwa makanan lokal masih bisa bersaing dengan makanan-makanan dari luar yang cenderung digandrungi anak-anak jaman sekarang. Inilah yang membuat Gubernur Jabar menobatkan Ade Londok sebagai orang yang memviralkan odading Mang Oleh, sebagai duta pariwisata di bidang kuliner. 

Penghargaan itu menimbulkan pro dan kontra mengingat bahasa yang digunakan dalam video itu menggunakan bahasa kasar.  Untung tidak ada yang mengadukan merusak moral bangsa, padahal jelas-jelas lebih kasar dari kata anjay.

Sejarah Odading

Menurut sejarawan kuliner dari Universitas Padjadjaran asal kata penamaan odading sudah ada sejak jaman kolonial Belanda.  Penamaan terjadi ketika ada seorang anak Belanda yang merengek sambil menunjuk ke arah kue yang sedang dijajakan pedagang lokal (orang Sunda). 

Ketika mendekat ibunya anak Belanda tadi berkata “O dat ding” atau kalau dalam bahasa Inggris Oh that thing yang berarti oh benda itu. Karena terdengar enak dikuping, oleh pedagang tadi dipopulerkan menjadi odading

Kisah ini sama halnya dengan guyonan asal kata dawegan (kelapa muda).  Ketika tentara Inggris kehausan dan melewati perkebunan kelapa, mereka ingin meminum air kelapa muda, tetapi karena kesulitan untuk memanjat pohon kelapa, komandan mereka berkata do with the gun. Ketika itu ada penduduk lokal yang mendengar, oh kelapa muda itu namanya dawegan. Jadilah sampai sekarang dikenal sebagai dawegan.

Bagi kita kata itu sudah menjadi bagian yang kita gunakan, apakah hanya sebagai bahasa kirata (dikira-kira tapi nyata) atau memang terbentuk seperti cerita tadi. Dalam komunikasi yang terpenting adalah pesannya bisa dipahami kedua belah pihak.

Sekadar Hiburan

Dalam masa pandemi seperti saat ini kita masih bisa bercanda. Inilah antara lain kekuatan bangsa ini. Di belahan dunia lain semuanya dalam keadaan tertekan, kita masih bisa bercanda. Tetapi tentunya ketika berbicara kehidupan kita harus serius. Hak sehat adalah hak mendasar. 

Agama mengajarkan kesehatan adalah kenikmatan yang menempati urutan kedua setelah keimanan. Tetapi sekali lagi kenyataan di masyarakat kematian pun masih dijadikan candaan. Lihat ketika pencairan bantuan langsung tunai, masyarakat berjubel tanpa menggunakan masker. Tidak ada raut ketakutan, kalau sudah waktunya mati ya mati saja. Begitu kira-kira. Mengerikan.

Kembali ke odading yang viral.  Sebelum viral video odading,  masih terekam dalam ingatan, viralnya seorang anak kelas 7 SMP yang menyanyikan lagu culametan (orang yang selalu lapar melihat makanan orang lain dengan cara meminta-minta).

Bahasa Sunda yang digunakan dalam video itu juga masuk kategori kasar.  Tetapi karena sifat culametan itu sifat yang sangat dibenci, video ini pun banyak yang menyukainya. 

Video viral mengenai odading Mang Oleh pun menggunakan bahasa yang masuk kategori kasar, tetapi karena disampaikan dengan lucu kemudian menjadi viral, antara lain ada kalimat ikan hiu makan tomat, tetapi tidak dilanjutkan dengan kalimat pantun, tetapi diiringi bahasa kasar ngegas goblok.

Kemudian beredar berbagai versi, ada yang dibuat lagu, ada yang dibuat puisi. Jagat perodadingan menjadi  topik yang naik daun di twitter.

Masyarakat Sunda memang dikenal suka bercanda (heureuy).  Tidak heran banyak yang terjun menjadi pelawak.  Sebut saja yang sudah menasional, ada Kang Ibing, Kang Us us, dan sekarang tentu saja Sule. Mereka lahir dari lingkungan budaya yang suka bercanda. Waktu penulis kuliah di Bandung rasanya hampir tiap saat ada saja candaan, baik berupa tebak-tebakan atau pun candaan lain. 

Oh ya Padhyangan Project yang merupakan gabungan mahasiswa UNPAD dan UNPAR adalah bukti bagaimana budaya heureuy (candaan) di Masyarakat Sunda (Bandung) dikelola menjadi sesuatu yang menarik, misalnya lagu-lagu yang diparodikan. Generasi berikutnya dari Padhyangan Project adalah Project Pop dengan personilnya antara lain Yosi dan Tika Panggabean.

Lepas dari semua itu kita kembali lagi ke topik tulisan mengenai viralnya video odading ini.  Mengapa sebuah konten video bisa viral?  Menurut Sosiolog Univertas Indonesia Imam Prasodjo masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang unik.

Salah satu keunikannya, dalam situasi apapun kita bangsa yang suka canda, suka tawa, suka hiburan.  Video-video kreatif akan mudah diterima masyarakat (viral) jika menerapkan tiga hal:

pertama, pesan disampaikan dengan cara sederhana melalui ilustrasi cerita agar mudah dicerna,

kedua, penyampaian pesan mengandung unsur komedi. Sehingga orang akan senang untuk menyimak pesan tersebut berulang-ulang,

ketiga, pesan yang disampaikan menggunakan bahasa lokal yang dekat dengan masyarakat daerah tertentu.

Itulah mengapa video odading menjadi viral.  Terlepas apakah anda tidak akan membelinya karena merasa bahasa yang digunakan kasar, atau kita menganggap sebagai hiburan semata di tengah berita-berita tentang semakin masifnya berita pandemi.  Pilihan berada di tangan anda.  Akhirnya saya akhiri tulisan ini dengan kata-kata dari Ade Londok yang ada di video viral itu: ikan hiu makan tomat, ya sudah tamat.

Sumber Bacaan Penunjang:

Odading Mang Oleh Viral Begini Sejarah Penamaannya. 17 September 2020. 22 September 2020  

Sosiolog UI Masyarakat Indonesia Suka Hiburan  dan Bercanda, 23 April 2020. 22 September 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun