Mohon tunggu...
Rawinah Ranarty
Rawinah Ranarty Mohon Tunggu... -

A mast qalandar. Sedang berkunjung ke bumi. Make up artist, facial meridian, les privat massage, praktisi neo zen reiki, acupuncturist, writer. Line: nina.ranarty Blog: guruntala.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengolah Tanah Memanen Emas

27 Juni 2016   23:37 Diperbarui: 27 Juni 2016   23:58 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Photo by @aMrazing"][/caption]Saya teringat tulisan Cak Nun " Mengubah Tanah Menjadi Emas". Apa pun kondisi kita, kesusahan kita, bisa diubah menjadi emas.

 Mengapa saya tidak secerdas Aulia, teman saya yang sekarang menjadi Profesor ?
 Mengapa saya tidak seperti Leli, yang disayang suaminya yang Boss ?
 Mengapa ortu saya tidak seperti ortu si A, si B, si C, yang bijaksana pada anak ?
 Mengapa si E yang jadi saudara saya? Mengapa bukan si F yang asyik dan penyayang itu ?
 Mengapa saya lahir dalam kondisi kurang bugar, gampang migren, yang membuat saya sakit tak berdaya ?
 Mengapa jalan saya untuk bekerja tidak semulus orang di sekitar saya?
 Mengapa saya begitu ignorance, begitu goblok ?

 Saya pantas mendapatkan semua kemalangan ini. Namanya karma, takdir, jalan hidup.

 Bagaimana bisa hidup dengan kemalangan-kemalangan ini ?

 Ubahlah tanah menjadi emas.

 Amy Tan dalam novel biografinya "The Opposite of Fate" menceritakan bagaimana hidup dengan seorang Ibu yang terus menerus depresi dan selalu ingin bunuh diri. "Mungkin bila Ibunya seorang yang melihat hidup dengan kacamata ceria, Amy bisa menjadi dokter atau pianis terkenal, "tulis Amy.

 Hidup dengan Ibu depresi membuat Amy menjadi penulis hebat.

 Amy sering pindah rumah, pindah kota setiap 6 bulan atau 1 tahun berkat Ibunya yang selalu ingin pindah rumah. Menyesuaikan diri di sekolah baru membuat Amy piawai dalam mengamati lingkungan, modal para penulis. Amy harus piawai mengamati teman-teman di sekolah baru agar bisa menyesuaikan diri dan menghindari bullying.

 Pearl S. Buck hidup menderita dengan suami yang tidak peduli dan suka melecehkannya. Pearl memiliki anak tunggal yang terbelakang. Hal ini sangat menyusahkan hati Pearl. Pearl menumpahkan perasaan, kesedihan dan harapannya dengan menulis. Menulis menjaga dia tetap waras dan bahagia. Dan menulis akhirnya membuat dia memperoleh Nobel Sastra dan penghasilan yang sangat bagus.

 Saya follower Gayatri WM di Facebook. Gayatri menulis untuk menolong dirinya melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa diambil dalam menghadapi masalah hidup. Tidak mudah menjadi seorang Gayatri, wanita muda yang harus hidup dengan Lupus. Gayatri yang kehilangan kecantikannya (menurut Gayatri), kehilangan kesehatan dan kekuatan tubuh, pekerjaan tetap, perkawinan, anak-anak, tidak bisa lagi meraih banyak hal yang bisa dicapai bila beliau bertubuh sehat bugar. Kegalauan Gayatri membuahkan satu novel "Tarian Kabut", juga banyak tulisan di blog dan Facebook. Tanah bisa menjadi emas. Kesakitan dan penderitaan membuat orang lebih perasa, modal untuk menulis, modal untuk berkarya.

 Mari mengubah tanah dan mendulang emas.

 Be in now. Hidup saat ini, berhenti menyesali masa lalu, tidak mengkuatirkan masa depan. Perhatikan napas. Hidup pada saat ini menghindarkan kita dari sakit ingatan dan Rumah Sakit Jiwa.

 Be grateful.
 Alhamdulillah. Saya bisa menulis di blog ini karena saya ada hp android, saya bisa beli banyak buku, saya bisa berpikir jernih, cukup sandang pangan papan buku dan kuota internet. Saya bisa meditasi, bisa yoga, bisa membaca buku-buku yang bermanfaat.

 Alhamdulillah. Hingga saat ini saya masih hidup, dikaruniai rezeki berupa banyak hal seperti buku, order, knowledge n skill, Guru, saudara, teman dll.

 Terimakasih. Terimakasih 🙏🙏🙏

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun