Untuk kata-kata yang poin 8 dan 9, the best sih! Sebagai seorang yang hobi nulis, aku jadi ikut tergugah dengan nasihat dari plot paman, lek Cholies di roman ini. Aku setuju! Pun, Soediro bangkit lagi dari segala kegalauan jiwa mudanya yang membuatnya hampir depresi.
10. "... aku tetap harus memeluk imanku. Bersahabat dengan salatku. Karena dari sana sumber-sumber kebahagiaan kujumpai." (Soediro, dalam Bunga di Hari Lalu, hal. 246)
Satu penutup yang membuatku ingat selalu bahwa sumber kebahagiaan paling utama dalam hidup adalah 'salat.' Soediro hanya ingin menyebut 'salat' dengan sederhana: sahabat. Salat kewajiban, tapi dalam istilah sahabat, dialah yang selalu ada dalam suka dan duka.
Selesai sudah pembacaanku terhadap novel yang luar biasa ini. Semoga terus dibaca banyak orang sehingga dapat menginspirasi masyarakat yang perlu akan novel sejarah yang sarat nilai relektif di dalamnya. Sukses selalu Galih Pranata untuk novelnya, Bunga di Hari Lalu. Sesap harap untuk hidup yang terus berlanjut!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI