Oleh: Edy Santosa+Fitria Ningsih, No. 13
benciku adalah rinduku
yang tertahan oleh senja
karena akan menutup tirai pelangi
buka lagi esok pagi
saat cinta dilepaskan
menjadi titik-titik embun
benciku adalah rasa sayang
yang terlalu menggebu
karena jarak dan waktu
telah mengubur titik temu
biarkan benciku menguap
menjadi rinai gerimis dan
desir angin membelai kabut tipis
rinduku adalah derasnya aliran air
yang terus mengalir sampai muara lautan cinta
tempat bersatunya aliran dari seluruh penjuru
pengobat dahaga tak sebatas di dunia fana
tapi juga dikekalnya kehidupan akhirat
rinduku adalah kasih sayang yang tertahan
oleh panjangnya aliran muara lautan cinta
biarkan rinduku mengikuti alirannya
hingga suatu saat akan tiba ke muara
dan akan mepersatukan rasa rindu dan benci
dalam siklus abadi terbentuknya air penawar dahaga
dari aksara yang terpatri dalam lembaran ini
kugoreskan kata pamungkas puisi ini:
benci dan rindu kita
serupa pahatan-pahatan candi
yang menceritakan kasih sayang abadi
&&&&&&&
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Fiksi Valentine, dan mari bergabung di FB Fiksiana Community.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H