Sahabat Sehidup Seperjuangan 586
Suatu hari di sebuah rumah sakit besar, seorang pasien bernama Guruh dibawa ke unit gawat darurat. Kadar gula darahnya mencapai 586 mg/dL, sangat berbahaya, dan dia segera memerlukan penanganan medis. Guruh adalah seorang bankir sukses yang dikenal tegas dalam pekerjaannya. Namun, hari itu tubuhnya terasa sangat lemah, penglihatannya kabur, dan keringat dingin mengalir di seluruh tubuhnya.
Seorang dokter muda dan penuh dedikasi, Dr. Septian, segera memeriksa Guruh dengan hati-hati. Tanpa ragu, ia mengambil tindakan cepat untuk menstabilkan kondisi Guruh, memulai terapi insulin dan perawatan intensif. Ini adalah kali pertama Dr. Septian menangani pasien dengan kadar gula setinggi itu, namun ia tetap tenang dan penuh keyakinan.
Namun, yang tak diketahui oleh banyak orang, Dr. Septian dan Guruh ternyata adalah sahabat lama. Mereka telah berteman sejak kuliah, tetapi terpisah karena kesibukan masing-masing. Dr. Septian melanjutkan pendidikan kedokterannya, sementara Guruh sibuk mengejar karir di dunia perbankan. Mereka jarang bertemu, hingga akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali di ruang perawatan rumah sakit itu.
Sambil menunggu hasil perawatan, Dr. Septian teringat masa-masa ketika mereka sering menghabiskan waktu bersama. "Kamu selalu keras kepala, Guruh," kata Dr. Septian pelan sambil tersenyum, meski hatinya dipenuhi kecemasan.
Tak lama setelah itu, datang seorang pria lain yang juga membawa cerita pilu. Joko MH, teman dekat mereka berdua, juga dibawa ke rumah sakit dengan kadar gula yang sama tinggi, 586. Dr. Septian kembali harus berjuang menyelamatkan temannya yang lain. Joko MH, seperti Guruh, seorang yang sukses di bidangnya, namun kali ini kesehatan mereka sedang diuji oleh kondisi serius ini.
Kini ketiganya kembali bersama, tapi bukan di kafe atau tempat makan yang biasa mereka kunjungi dulu, melainkan di ruang rumah sakit, terikat oleh persahabatan dan takdir yang menguji kekuatan mereka. Dr. Septian merasa tanggung jawab yang besar untuk membawa kedua temannya kembali sehat. Meski mereka terpisah oleh waktu dan kesibukan, persahabatan mereka ternyata lebih kuat dari apapun. Bahkan, di saat-saat terberat seperti ini.
Dr. Septian tak hanya bertindak sebagai dokter profesional, tetapi juga sebagai sahabat yang peduli. Ia menemani Guruh dan joko MH dalam proses penyembuhan mereka, berbicara tentang masa lalu, saling menguatkan, dan berjanji bahwa setelah ini mereka akan lebih peduli terhadap kesehatan mereka. Bagaimanapun, hidup bukan hanya soal kesuksesan, tapi juga soal kebahagiaan dan kesejahteraan yang harus dijaga.
Di hari keempat perawatan, kadar gula darah Guruh dan joko MH mulai menurun, menunjukkan respon positif terhadap pengobatan. Guruh dan Joko MH akhirnya bisa kembali tersenyum, dan mereka berdua tahu, persahabatan mereka yang kuat adalah salah satu faktor yang membantu mereka melewati masa-masa sulit ini.
Setelah keluar dari rumah sakit, mereka bertiga memutuskan untuk mengubah gaya hidup mereka, saling mendukung untuk hidup lebih sehat. Persahabatan mereka menjadi lebih erat, tidak hanya terikat oleh masa lalu, tapi juga oleh perjuangan melawan penyakit yang mengakibatkan masuk instalasi gawat daruratÂ