Mohon tunggu...
Muhammad LuthfiA
Muhammad LuthfiA Mohon Tunggu... Guru - seorang guru yang masih terus ingin belajar

belajar tak harus di dalam kelas, mengajar tak harus bicara panjang lebar,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membelokkan Keberanian yang Belum Terarah

27 Juli 2020   11:07 Diperbarui: 27 Juli 2020   11:02 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan kita kembali tercoreng oleh ulah peserta didik yang tak mencerminkan ketawadukan terhadap guru. Sebelumnya, jagad pendidikan Indonesia dikejutkan oleh kematian guru SMK di Sampang, Madura. Seorang peserta didik yang tak terima ditegur karena ramai saat pembelajaran berlangsung, melayangkan "Jotos" yang tentu disengaja atau tidak membukakan gerbang kematian sekaligus pemicu wafatnya sang guru seni tersebut.

Kasus baru muncul, seorang guru yang terbilang berusia senja, dipermainkan si muridyang berlokasi di Kendal Jawa Tengah. Alasan bergurau tak begitu saja menghapus geram para Netizen. Sekali lagi, tawaduk terhadap guru menjadi isapan jempol dan tak terdengar lagi gaungnya.

Kali ini di sekolah SMP di kawasan Gresik, peserta didik kembali berulah. Merokok di dalam kelas. Ditegur baik-baik oleh sang guru, malah nyolot, Dan melakukan hal yang bertentangan dengan norma kesopanan.

Guru kembali menunjukkan kualitasnya. Dengan tenang ia menghadapi muridnya. Video itu tersebar begitu saja di era yang terbilang serba cepat ini. Jika orang berpikir tak akan ada yang mampu menyamai kecepatan cahaya, kini teori terbantahkan.  

Moral Dan Kurikulum

Pemerintah telah berupaya memperbaiki moral-moral peserta didik. Pendidikan karakter, yang pertama kali digaungkan pada kurikulum 2006 dan masih berlanjut hingga kini. Masih tak cukup, pemerintah mulai mengobok-obok kurikulum. Kurikulum terus direvisi. Hasilnya, pembentuk moral dan spiritual peserta didik, kini tak hanya menjadi tanggungjawab guru PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) Dan Pendidikan Agama saja, melainkan menjadi tanggungjawab seluruh guru mata pelajaran.

Setiap mata pelajaran memiliki potensi membentuk karakter positif peserta didik, baik secara tersurat maupun tersirat. Secara tersurat dapat disisipkan ketika menjelaskan materi pembelajaran. Sebagai contoh mata pelajaran Bahasa Jawa yang merupakan muatan lokal di kawasan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta memiliki tujuan akhir membentuk kesopanan melalui tutur kata berbahasa.

Secara tersirat, peserta didik secara tidak langsung memperoleh hikmah positif dari kegiatan pembelajaran, kerja maupun diskusi kelompok. Dari kegiatan itu, peserta didik dilatih bekerja sama, percaya diri, disiplin, tanggungjawab, dan masih banyak karakter positif lainnya.

Bagaimana dengan spiritual? Sisi spiritual peserta didik disinggung melalui materi pembelajaran yang berpotensi memunculkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah dirasakan. salah satu contoh materinya ialah  hujan pada mata pelajaran Geografi. Dengan adanya hujan, manusia tak perlu repot-repot mengambil air yang terakumulasi di laut, karena hujan merupakan distributor air dari lautan menuju daratan secara gratis. Pertanyannya, sudahkah usaha pemerintah dari garis pedoman pendidikan sudah optimal dan berhasil meningkatkan moral dan kesopanan peserta didik?

Sekolah militer

Terdapat cerita menarik terkait sekolah kemiliteran. Di YouTube pernah beredar video mengerikan latihan militer Indonesia yang tentu membuat penontonnya merinding. Prajurit merayap sambil ditembaki menggunakan peluru dari senjata laras panjang. Kisah itu masih sebagian, terdapat kisah menarik lain yang pernah saya dengarkan Dari teman yang diterima di pendidikan militer.

Seorang yang "ahli tawur" sekalipun, ingin kabur dari kegiatan pendidikan militer. Masih kisah yang sama, namun dikemas dengan Cara berbeda. Salah satu stasiun televisi swasta pernah menayangkan acara realiti show, memberikan pelajaran pada anak-anak yang terbilang bandel, melalui pelatihan militer selama beberapa hari. Hasilnya, si anak langsung tersungkur di telapak kaki sang ibu. Merasa bersalah dan menyesali perbuatan yang selama ini dianggap mengecewakan orang tua.

Jika cerita-cerita itu diintegrasikan, tentu akan muncul inovasi yang luar biasa. TNI dapat bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan untuk Pendidikan sekolah berbasis militer. Sekolah-sekolah ini nantinya akan menjadi kawah candra dimuka, para peserta didik bermasalah. Permasalahan-permasalahan moral itu akan "digodok" yang tentu memberikan efek jera yang luar biasa. Selain itu, pendidikan ini akan membelokkan keberanian yang mengarah ke kenakalan, ke arah yang lebih bermanfaat.

Soal apakah mereka lanjut ke pendidikan militer ikatan dinas itu soal lain. TNI sebagai garis depan penjaga kedaulatan negara tentu membutuhkan generasi bangsa pemberani.

Saya yakin, peserta didik-peserta didik yang telah kita bahas pada paragraf pertama artikel ini merupakan anak yang memiliki keberanian cukup besar, hingga berani mencengkeram kerah baju, mempermainkan, hingga mencabut nyawa sang guru. Jenis-jenis keberanian semacam ini banyak dimiliki generasi bangsa.

Tak hanya soal keberanian terhadap guru, mereka para peserta didik bermasalah juga tak segan menghabisi nyawa temannya sendiri dalam kegiatan yang dikenal sebagai tawuran. Perikemanusiaan mereka seolah luntur.

Alangkah bermanfaatnya jika keberanian yang awalnya mengarah ke kenakalan semacam itu diarahkan dengan baik, melalui pendidikan sekolah di bawah naungan TNI. Maka, dapat dipastikan negara kita akan memiliki banyak stok pemberani di barisan TNI sebagai garis terdepan penjaga kedaulatan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun