Di hari minggu beberapa waktu lalu, seorang mahasiswa  peserta kampus merdeka yang  magang ditempat  saya bekerja  mengirim saya  pesat WhatsApp (WA)  yang mengatakan bahwa dia ditahan polisi.  Dia ditahan polisi karena dituduh mencuri.  Ketika membaca pesan WA itu, saya hendak mengantar kedua anak saya kebaktian di gereja.  Anak-anak saya kuantar ke gereja di  Tangerang dan  kupesan ke mereka agar nanti  pulang  gereja nanti kendaraan online saja. Bapak hendak ke Jakarta  mengurus ada teman bapak ditahan polisi.
Ketika  saya membaca  WA itu langsung  saya bertanya bagaimana kronologisnya mengapa  sampai ditangkap polisi?  Mahasiswa itu menuliskan  di pesan WA  bahwa Sabtu siang dia ke sebuah mall  da  ke toilet. Ketika di toilet ada yang gedor-gedor pintu dan bertanya apakah ada  jam tangan di dalam toilet?  Mahasiswa itu tidak  menghiraukan pertanyaan itu karena lagi  fokus dengan urusan toilet.
Setelah mahasiswa ini selesai urusan toilet, dia melihat  jam  tangan di atas toilet.  Dia memunggungi jam tangan  yang  konon harganya mahal itu.  Ketika melihat jam  tangan itu  barulah dia tersadar bahwa pertanyaan  dari  luar pintu itu.  Jam tangan bermerk mahal itu disimpan dalam tas dan langsung menuju pusat informasi.  Mahasiswa itu berpikir bahwa sikap yang benar adalah menyerahkannya ke pusat informasi.
Ketika mahasiswa menuju pusat informasi seseorang menghampirinya dan langsung marah-marah dan dituduh mencuri. Mahasiswa mengatakan saya mau antar  ke pusat informasi.  Hanya pusat informasi  yang berhak memberikan jam itu kepada siapa yang berhak.  Orang itu memaksa dan menggeledah  tas mahasiswa dan bersama Satpam membawa mahasiswa itu  ke  kantor polisi.
Di kantor polisi  dijelaskan  kronologisnya dan ditahan  dari sore hingga pagi hari. Pagi hari dengan rasa  kurang percaya diri menghubungi saya lewat WA.  Kemudian, saya hadir menjumpainya di Kantor Polisi di Jakarta.  Di kantor polisi saya memeluknya dan mengatakan akan baik-baik saja.  Saya minta tolong ke polisi agar mahasiswa itu diperbolehkan saya ajak makan siang. Polisi tidak mengizinkan dan menyarankan agar saya beli saja dan makan di kantor polisi. Saya membelikan makan untuk kami . Kami makan nasi bungkus di kantor polisi di lantai 3. Polisi memperlakukan kami dengan baik.
Saya sangat percaya  dengan mahasiswa ini karena saya tahu persis perilakunya di tempat kami bekerja. Di tempat polisi saya menanyakan polisi pasal yang apa yang dituduhkan? Polisi  menunjukkan pasal tuduhan adalah mencuri.  Membaca pasal tuduhan itu dan  mengetahui bahwa mahasiswa  itu adalah  masuk nominasi  mahasiswa  terbaik se-Indonesia  beberapa waktu lalu,  rasanya kaget sekali.  Iya, saya sangat bangga dengan mahasiswa ini selama ini karena saya mengikiuti  lomba mahasiswa berprestasi  selama dia bekerja.  Mahasiswa yang sangat menyenangkan.
Tidak sedikitpun aku ragu akan integritas mahasiswa itu  selama ini karena super sangat baik.  Mahasiswa ini teramat sangat cerdas, kreatif, inovatif dan sangat kritis.  Sering sekali saya membuat pertanyaan kepadanya dan selalu jawabannya brilian.  Dari semua peserta mahasiswa kampus merdeka yang mengikuti magang itu, saya kira anak inilah yang paling rajin dan ingin belajar dengan baik.  Dia ingin mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya  di tempat magang.
Ketika mahasiswa ini mengikuti lomba  mahasiswa berprestasi tingkat nasional  karya ilmihanya adalah  gagasan kreatif digitalisasi  ATR/BPN sebagai katalisator program pendaftaran melalui aplikasi berbasi integrasi sistem guna mencapai efisiensi.  Dalam abstrak  karya ilmiahnya  dia memberikan solusinya.
Mahasiswa itu menawarkan  aplikasi digitalisasi administrasi pertanahan dengan mekanisme integrated system untuk merampingkan birokrasi pendaftaran, mengeliminasi pihak ketiga (mafia tanah), meningkatkan transparansi proses pendaftaran, mengedukasi masyarakat terkait prosedur pendaftaran tanah, serta meningkatkan efisiensi waktu.
 Mahasiswa itu menyebut bahwa  inklusi administrasi digital pertanahan ini, masyarakat tidak perlu lagi menyimpan kertas sertifikat hak milik (SHM) atau bentuk fisik SHM dan dapat disubstitusikan dengan surat kepemilikan elektronik. Aplikasi ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan tanah maupun meng-upgrade kepemilikan surat secara administrasi, misalnya dari Eigendom Verponding, Petok D melalui mekanisme Sporadik, hingga SHM (Surat Hak Milik) melalui proses rekonsiliasi data BPN dan kelurahan. Secara teknis alur operasional dari aplikasi ini adalah sebagai berikut: (1) pihak pemohon melakukan upload dokumen ke sistem; (2) pemohon kemudian akan mendapat tanda terima dan diminta untuk mengklaim lokasi dan batas tanah di denah digital yang diperoleh dari satelit (adaptasi konsep Metaverse); dan (3) pemohon menunggu perilisan sertifikat tanah digital di dalam sistem.
       Dari  lomba yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi  mahasiswa itu masuk 15 besar mahasiswa berprestasi dari seluruh Indonesia.  Dari prestasi itulah saya  merasa sangat kaget dan memanggilnya berbicara berdua dalam ruangan.  Apakah ada niat di hatimu untuk  menyembunyikan jam tangan itu? Jujur saja sama saya.  Tidak ada niatku pak sedikitpun, jawabnya.  Saya menuju  pusat informasi untuk menyerahkan jam itu agar kembali ke pemiliknya.  Saya sedikit grogi menjawab mereka karena saya merasa diintimidasi, katanya.
Setelah  saya berbicara dari hati ke hati, saya meminta pimpinan tertinggi polisi di kantor polisi. Saya bicara baik-baik dan menceritakan bahwa  mahasiswa itu adalah anak yang sangat baik, cerdas dan  senang belajar.  Mahasiswa itu memiliki integritas tinggi.  Sikapnya untuk mengantar jam tangan ke pusat informasi benar.  Polisi itu  menerima penjelasan saya dan mengatakan bahwa tolong bersabar karena  pelapor sedang kami hubungi agar  kita lakukan  mediasi.
Hingga malam,  pelapor tidak dapat dihubungi  dan akhirnya saya  diminta polisi menandatangani  jaminan bahwa anak itu adalah anak baik.  Saya tanda tangani surat pernyataan  itu.  Kami pulang dan saya ajak  mahasiswa itu ke mall dengan sahabat kokonya yang datang ke kantor polisi.  Kami  makan malam  sambil cerita  tentang pengalaman lucu yang dialami mahasiswa itu.
Kemarin sore, mahasiswa itu  mengirim  kue Natal ke rumah kami.  Saya tidak begitu suka makan kue karena saya orang kampung yang tidak terbiasa makan kue  tetapi istriku dan keluarga sangat menyukainya.  Kue Natal itu mengingatkanku akan kejadian lucu  di kantor polisi.  Seorang mahasiswa baik, cerdas, brilian ditahan polisi  dengan tuduhan mencuri.  Ketika itu, saya tawarkan  melawan.  Melawan sambil belajar, pintaku.  Mahasiswa  itu mengatakan, saya fokus menguasai ilmu dan teknologi saja. Saya kuatir magangku terganggu, katanya.  Andaikan  saya  tidak tanda tangani surat itu, mungkin ada pelajaran lain  yang kami dapat dalam proses hukum itu. Tetapi kami pilih pragmatis dan kini  mahasiswa mengirim kue Natal  penuh makna.  Terima kasih kue natalnya,  sahabatku.  Kiranya sahabatku menjadi  anak bangsa yang selalu memberikan inovasi terbaik bagi negeri. Selamat Natal untuk kita semua.  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H