Dari  lomba yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi  mahasiswa itu masuk 15 besar mahasiswa berprestasi dari seluruh Indonesia.  Dari prestasi itulah saya  merasa sangat kaget dan memanggilnya berbicara berdua dalam ruangan.  Apakah ada niat di hatimu untuk  menyembunyikan jam tangan itu? Jujur saja sama saya.  Tidak ada niatku pak sedikitpun, jawabnya.  Saya menuju  pusat informasi untuk menyerahkan jam itu agar kembali ke pemiliknya.  Saya sedikit grogi menjawab mereka karena saya merasa diintimidasi, katanya.
Setelah  saya berbicara dari hati ke hati, saya meminta pimpinan tertinggi polisi di kantor polisi. Saya bicara baik-baik dan menceritakan bahwa  mahasiswa itu adalah anak yang sangat baik, cerdas dan  senang belajar.  Mahasiswa itu memiliki integritas tinggi.  Sikapnya untuk mengantar jam tangan ke pusat informasi benar.  Polisi itu  menerima penjelasan saya dan mengatakan bahwa tolong bersabar karena  pelapor sedang kami hubungi agar  kita lakukan  mediasi.
Hingga malam,  pelapor tidak dapat dihubungi  dan akhirnya saya  diminta polisi menandatangani  jaminan bahwa anak itu adalah anak baik.  Saya tanda tangani surat pernyataan  itu.  Kami pulang dan saya ajak  mahasiswa itu ke mall dengan sahabat kokonya yang datang ke kantor polisi.  Kami  makan malam  sambil cerita  tentang pengalaman lucu yang dialami mahasiswa itu.
Kemarin sore, mahasiswa itu  mengirim  kue Natal ke rumah kami.  Saya tidak begitu suka makan kue karena saya orang kampung yang tidak terbiasa makan kue  tetapi istriku dan keluarga sangat menyukainya.  Kue Natal itu mengingatkanku akan kejadian lucu  di kantor polisi.  Seorang mahasiswa baik, cerdas, brilian ditahan polisi  dengan tuduhan mencuri.  Ketika itu, saya tawarkan  melawan.  Melawan sambil belajar, pintaku.  Mahasiswa  itu mengatakan, saya fokus menguasai ilmu dan teknologi saja. Saya kuatir magangku terganggu, katanya.  Andaikan  saya  tidak tanda tangani surat itu, mungkin ada pelajaran lain  yang kami dapat dalam proses hukum itu. Tetapi kami pilih pragmatis dan kini  mahasiswa mengirim kue Natal  penuh makna.  Terima kasih kue natalnya,  sahabatku.  Kiranya sahabatku menjadi  anak bangsa yang selalu memberikan inovasi terbaik bagi negeri. Selamat Natal untuk kita semua.  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H