Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hadiah Ulos Pinussa dan Rela Menjaga Pohon Mangga Demi Tulang

23 Juli 2022   20:25 Diperbarui: 24 Juli 2022   07:53 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kain ulos (Kompas.com/Gabriella Wijaya)

Ompung Saulina menceritakan bahwa ketika dia menjadi tersangka karena kasus pemotongan pohon durian yang amat kecil di pekuburan umum itu dia tertunduk malu ketika keluar dari kapal menuju Pengadilan Negeri (PN) Balige. Bolak bohikku (malu tingkat tinggi) ketika statusku menjadi tersangka dan anak-anakku. Niat kami hanya untuk memperbaiki kuburan nenek moyang kami, mengapa kami jadi penjahat?

Tulang (paman) datang dan memperkenalkan pengacara Boy Raja Marpaung, S.H untuk membela kami rasanya berubah pikiran kami. Hatiku bertanya, "Mengapa saya menjadi penjahat dan harus diadili?" Apa salahku dan anak-anakku? Saya menangis terus menerus sebelum tulang kami kenal.

Setelah tulang menemani kami dan terus datang dari Jakarta setiap sidang saya menjadi sadar bahwa kami tidak salah. Benar bahwa dari adat budaya Batak kami tidak salah.

Saya dan keluarga tidak bisa membalas kebaikan tulang dan kebaikan Boy Raja Marpaung, S.H, dokter Tota Manurung, dan semua teman tulang yang mendampingi kami. Semua datang karena tulang. Kami sangat berterima kasih kepada Tuhan atas kehadiran tulang dan kawan-kawan. Saya bisa balas dengan kembali menenun ulos Batak yang paling mahal yang pernah saya tenun selama 70 tahun lebih saya menun ulos. Ulos paling mahal akan saya buat kepada tulang dan nantulang (istriku). 

Mendengar ucapan ompung Saulina yang disampaikan dengan air mata itu membuatku juga meneteskan air mata. Saya tak mampu lagi berkata-kata. Aku memeluknya dan berkata sehatlah namboru dan makin panjang umurmu karena kami membutuhkanmu. Sampai kini batin kami sangat dekat.

Kiranya kasus hukum ompung Saulina tidak ada lagi di negeri tercinta ini. Saya hanya datang mendampingi ompung Saulina dan anaknya, tetapi betapa dalamnya makna perubahan dalam diri mereka.

Kasus ini menjadi viral sekitar 5 tahun lalu. Sejak kasus itu mata terbuka dan tersadarkan bahwa kasus hukum tidak boleh bermain-main. Perubahan itu nyata ketika kita terus menerus melakukan kebajikan. 

Sumber : Dokumen Pribadi
Sumber : Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun