Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

W20 dan Keunikan Perempuan Batak di Danau Toba

21 Juli 2022   08:34 Diperbarui: 28 Juli 2022   07:43 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Bersama Pejuang Sigapiton (dok pribadi)

Dalam kehidupan sehari-hari isu gender berbeda dengan kenyataan. Suatu ketika saya berseloroh dengan aktivis perempuan Sumatra Utara yang seorang pengacara Maya Manurung.

Ketika itu kakak Maya Manurung menjadi Koalisi Perempaun Indonesia bergerilya menyampaikan pesan agar perempuan memperjuangkan hak-haknya.

Saya mengatakan hati-hati jika perempuan menyuarakan hak-haknya, bisa nanti meningkatkan perceraian. Jangan sampai kakak Maya berkontribusi meningkatkan perceraian di Sumut.

Mendengar seloroh saya, kakak Maya sedikit agak kesal. Tetapi namanya aktivis biasanya susah tersinggung tetapi membuat pertanyaan mengapa ito (panggilan saudara) berkata demikian?

Saya menjelaskan bahwa bukan perempuan yang tidak tau haknya tetapi laki-laki (suami) yang tidak memberi hak perempuan. Jika perempaun terus menuntut haknya maka potensi perceraian makin tinggi, bukan?

Lalu bagaimana solusinya? Saya mengatakan bahwa solusinya adalah gerakan kesadaran bagi laki-laki. Jika laki-laki sadar akan peran penting perempuan dalam keluarga maka hak perempaun itu akan diberi.

Saya pernah membaca hasil penelitian di Indonesia bagian Timur bahwa waktu berangkat laki-laki ke ladang lebih cepat dan pulang lebih lama, tetapi efektifitas perempuan bekerja 2 kali lipat dari laki-laki. Hal itu disebabkan karena waktu laki-laki minum kopi, merokok dan ngobrol dengan orang lain di sekitar ladang mereka cukup banyak.

Perempuan yang mengurus rumah seperti menyapu rumah, halaman, mencuci piring dengan segala perabot rumah, mencuci pakaian dan menyetrika pakaian ternyata waktu perempuan tetap lebih banyak bekerja di ladang.

Gambar : Bersama Pejuang Sigapiton (dok pribadi)
Gambar : Bersama Pejuang Sigapiton (dok pribadi)

Di Kawasan Danau Toba peran mengurus rumah umunya perempuan dan juga kaum perempuan rajin ke ladang. Kaum perempuan yang rajin disebut padot jika tekun, ulet dan cekatan mengurus sawah dan ladangnya.

Diksi padot biasanya di kampung kami dialamatkan kepada perempuan yang mengurusi urusan keluarga dengan baik dan juga mengurus sawah ladangnya dengan baik. Selain perempuan mengurusi rumah, sawah dan ladang kaum perempuan juga yang mengurusi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun