Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Dua Anak Hebat dari Pulau Samosir

28 Juni 2022   10:33 Diperbarui: 14 Juli 2022   19:45 7185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: di FB Rikardo Hutajulu

Dari hasil  Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi  Negeri (SBMPTN) tahun 2022   yang menarik perhatian saya adalah  dua anak hebat dari Samosir  yang saya kenal sejak SMP yaitu  Patricensia  Hutajulu dan Dominikus  Situngkir. Patricensia  Hutajulu   dan Dominicus Situkkir adalah  peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) dari Samosir ketika SMP.

Menariknya adalah Patricensia  anak Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik)  Samosir ketika SMP dan Dominikus Situngkir adalah anak keluarga petani sederhana  yang tinggal di sebuah dusun yang  tidak bisa dilalui kendaraan roda 4.  Kini Patricensia  Hutajulu lulus di Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Jakarta  dan Dominikus  Situngkir lulus di Desain Interior Institut Teknologi  Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Sumber: di FB Rikardo Hutajulu
Sumber: di FB Rikardo Hutajulu
Kisah Patricensia  dan Dominikus  sangat menarik bagi saya karena  ketika pelatihan  persiapan  masuk  OSN  tidak diperlakukan khusus karena ayahnya seorang Kadisdik ketika itu.  Tidak ada informasi dari pak Rikardo Hutajulu  bahwa anaknya ada di peserta pelatihan kepada kami selaku penyelenggara pelatihan.  Saya mengetahui  nama Patricensia  Hutajulu dari  ibu Maria  Radjawane  selaku pengajar Fisika dan pak Nur Hidayah  pengajar Biologi bahwa ada  ada anak yang layak mendapat medali di tingkat nasional nantinya.  Apakah Patricia Hutajulu anak  Kadisdik Samosir?, Tanya mereka. Saya jawab tidak tau. Sayapun menanyakan pegawai disdik  Samosir dan ternyata Patricia adalah anak Kadisdik Samosir  ketika itu.

Patricensia  itu  sangat besar  harapannya mendapat  medali di  OSN, lebih besar peluangya dari Hilarius Sitanggang kata mereka meyebut senior Patricia  di OSN dari Samosir. Hilarius adalah anak yang  meraih prestasi OSN  di tingkat nasional yang kini kuliah di Institut Teknologi  Bandung.  Dominikus  juga  sangat hebat dalam menguasai Matematika. Karena itu Domnikus  mewakili Samosir dalam OSN Matematika tetapi tidak lulus ke tingkat nasonal.  Kami sedikit agak kecewa mendengar Dominikus  tidak lulus OSN tingkat nasional.  Saya menyemangatinya  di sebuah lapo di depan Hotel JTS  ketika itu. Semangat iya, nanti kamu lulus Perguruan Tinggi hebat, itu paling penting.  Kami banyak bicara sambil  makan siang di kedai El Shadday  yang menyedikana ikan mujair, saksang dan  babi panggang yang semuanya enak.   

Ketika pelatihan persiapan masuk  sekola SMA Unggulan,  Dominikus  nilai terbaik Fisika, Kimia, Biologi. Hanya bahasa Inggris  yang nilainya tidak tertinggi.  Melihat  prestasi akademik dan perilakunya yang baik, saya penasaran Dominicus itu anak siapa dan tinggal dimana?.  Saya  mendengar Dominikus adalah anak desa   dari keluarga sederhana. Tetapi dari penampilan baju, celana, sepatunya rasanya tidak mungkin anak itu  sederhana ekonominya.  Saya dekati Dominikus   dan saya bilang setelah pelatihan saya antar kamu ke rumahmu.  Dominicus sebetulnya mengelak tetapi ketika saya tanya bagaimana kamu pulang? Karena dia belum terpikirkan dia pulang maka secara spontan dia  setuju. Tetapi dia bilang, bapak nanti tidak bisa  sampai ke rumah, karena motor (mobil) tidak bisa sampai ke rumah kami.  Nanti kita pikirkan, jawabku.

Dalam perjalanan Dominicus menceritkan bahwa ibunya orang Sunda tetapi sudah sangat pandai bahasa  Batak dan rajin ikut pesta Batak.  Dominikus juga menceritkan bagaimana kehidupan keluarga ayahnya dan ibunya di Jawa Barat.  Dominikus  sangat pandai bercerita dan dia pandai membuat cerita menarik.  Dominikus juga menceritakan kehidupan asrama di sekolahnya Budi Mulia Pangururan.  Guru-guru di Budi Mulia sangat menarik dan Dominikus juga mengungkapkan kehebatan para trainer  matematika seperti Dr.Dr.  Wardono, Dr.  Scolastika, Dr. Dahnielsyah,  Maria Radjawane, M.Si  dan Dominicus menceritkana belajar itu sangat menarik.  Ternyata, jika kita menguasai konsep  tentang sebuah teori, sesulit apapun pelajaran itu bisa kita pecahkan pak, katanya.  Matematika itu sangat menarik bagi saya pak, katanya.

Di tengah asyiknya kami bicara, kami harus belok kanan agak jauh dari Parbaba. Simpang itu sudah dekat Simanindo. Tiba-tiba saja kiri kanan  banyak ranting-ranting kayu yang menggores mobil kami.  Kasihan mobil bapak, bisa tergores nanti, kata Dominikus. Apakah masih jauh? Masih jauh pak, aku turun disini saja.  Aku jalan kaki saja pulang, katanya .  Kamipun terus melaju menuju  rumah Dominicus melewati   daerah pertanian. Petani banyak menanam berbagai macam sayur di di kiri dan dikanan.

Tibalah saatnya kami   diminta Dominikus untuk parkir dan kami jalan kaki menuju rumahnya yang sederhana.  Ibu Dominikus  sedang mengerjakan ladangnya dan kami pun cerita.  Ibunya menceritkan kegalauan hatinya tentang harga hasil pertanian yang tidak jelas.  Kami bukan tidak bekerja keras tetapi harga hasil pertanian ini tidak bisa diharapkan.  Kalau begini, bagaimana dengan biaya sekolah atau biaya kuliah Dominikus? Dominikus cita-citanya  harus kuliah, bagaimana dengan kondisi ekonomi petani seperti kami? Saya banyak mendengar dan memberikan pesan ke Domi agar fokus belajar. Soal biaya,  kita tidak tau Dom,  pasti ada jalan keluar. Pertolongan Tuhan tepat waktu.  Saya minta pamit, saya dan temanku Sitanggang  pulang dan sekira 200 meter Sitanggang melihat jambu kelutuk  dengan buah yan matang di semak-semak.

Sitanggang memanjat jambu kelutuk dan kami panen. Dominikus melihat  kami dan dia datang lagi menjumpai kami untuk membantu panen jambu yang tidak tau milik siapa.  Jambu itu tumbuh di semak-semak yang tidak terurus.  Kamipun panen jagung dan membawa jambu klutuk itu ke Siborongborong dan teman-teman kami di Siborongborong sangat menikmati jambu yang amat manis itu.  Jambunya ada yang matang, setengah matang da nada yang  sedikit matang.  Kami makan bersama di Siborongborong.  Kami  buru buru pulang karena  jadwal kapal penyebrangan di Pelabuhan Ambarita.

Sebulan kemudian, saya ditelpon Dominikus.  Dengan sedih Dominikus mengatakan bahwa dia sedang di sekolah Unggul Del dan diminta uang sebesar  Rp 19 juta uang pendaftaran.  Ketika itu saya di Pangaribuan  Tapanuli Utara.  Mendengar telpon itu, saya menjumpainya langsung dari  Pangaribuan.  Lama perjalanan sekitar  1,5 jam ke sekolah unggul Del.  Sitanggang sedikit ngebut agar tidak terlambat.  Sitanggang ikut juga sedih karena tau persis pergumulan Dominicus  antara cita-cita dan ekonomi.  Kami tiba dengan cepat di Pintubosi, Laguboti.  Kami ngopi dengan Dominikus dan ayahnya.  Saya terpikir  menelpon  Kadisdik  Samosir.

Sebelum menelpon Kadisdik Samosir pak Rikardo Hutajulu,  saya ingat bahwa  Dominikus Situkkir juga  lulus di  Yasop  Balige. Saya telpon  ketua  Yasop dr. Tota Manurung agar dibantu.  Sebelumnya, saya sudah menceritakan kisah anak-anak Danau Toba yang hebat kepadanya.   Bantu mereka nanti dokter, pintaku sejak lama.   Dokter Tota Manurung menyanggupi hingga lulus SMA dan kini lulus di ITS.

Ketika pandemi mereka belajar daring.  Dominikus terpaksa  belajar dari Sidikalang karena sinyal  di rumahnya kacau balau.  Dominikus  belajar daring di Sidikalang dan juga bimbingan test dibiayai  oleh sponsor yang dibantu oleh dokter Tota. Terima kasih dokter Tota atas kebaikan hatimu.  Betapa banagganya kita melihat adik kita Dominikus Situngkir akan ke Surabaya untuk menggapai cita-citanya.

Kisah anak-anak Samosir ini hendak menyampaikan bahwa pejabat membiarkan anaknya bertumbuh dengan mandiri.  Sikap itu yang diberikan pak Rikardo Hutajulu yang kini  menjadi Kadisdik Toba.  Dominikus  Situngkir memberikan inspirasi bahwa kehidupan ekonomi  orang tua yang sederhana tidak menjadi hambatan untuk meraih cita cita dan tentu saja hati yang mulia dari ketua Yayasan  Soposurung dokter Tota Manurung yang sangat mulia.  Dominicus memilih Del dan tidak  ada uang membayar  pendaftaran Rp 19 juta tetapi Yasop menerima Dominikus dengan suka cita.

Pendidikan memang membutuhkan semangat  Dominikus, hati seperti dokter Tota, cara mendidik seperti pak  Rikardo Hutajulu.  Kini orang tua Domikus masih tetap galau, apakah Dominikus akan lulus dari  ITS dan menjadi anak hebat? Itulah doa kita bersama.  Kiranya, makin banyak kisah anak-anak  Indonesia  seperti Dominicus dan Patricia agar ada bahan tulisan saya. Saya suka menuliskan kisa ini dengan harapan menginspirasi pembaca.  Salam hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun