Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kehadiran Negara di Tengah Kegagalan Warga Negara

9 November 2020   15:50 Diperbarui: 9 November 2020   15:56 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2017  seorang anak dianggap nakal oleh gurunya, setelah dilatih pak Yo menjadi mahasiswa termuda di Kanada.  Anak itu memang jenius  tetapi tidak diperlakukan guru sebagai anak jenius. Akibatnya dianggap anak nakal.

Jika saya amati  pendekatan-pendetan pak Yo untuk membangkitkan pendidikan anak Indonesia  sering terbalik. Pak  Yo pendekatannya membimbing anak yang dianggap bodoh menjadi  juara olimpiade.  

Pendekatan yang selama ini tidak lazim. Pak Yo meyakinkan pelajaran Fisika adalah pelajaran paling mengasyikkan.  Pendekatannya belajar dan bermain dengan menggunakan alat peraga. Bantuan alat peraga membuat anak cepat memahami dan sulit lupa. Jika siswa memahami dengan baik dan menyukainya maka sulit lupa.

Bagaimana  masa depan anak-anak yang  mendapat perlakuan kasar dari orang tua, korban bulling,  anak-anak yang terabaikan orang tua karena kemiskinan?.  Bagimana masa depan anak pemabuk, anak korban perceraian orang tua,  dan berbagi macam kasus yang sebetulnya anak itu korban?. Adakah masa depan mereka difasilitasi oleh Negara?.

Almarhum pendeta Lumy pendiri anak jalanan atau kampus diakonia   yang kini dilanjutkan anaknya Beny Lumy dan kawan-kawan  yang menunjukkan bahwa anak-anak yang terabaikan bisa menjadi sukses diberbagai bidang. 

Anak-anak yang marginal bisa menjadi sarjana, ahli di berbagai bidang  dan menjadi  pembina bagi anak-anak marginal.  Mereka yang terlatih dan suskes menjadi sarjana komitmen memperhatikan anak-anak yang marginal secara berkelanjutan.   Korban mengurus korban berikutnya secara berkelanjutan.  Peran kampus diakonia  sangat penting untuk mengatasi anak-anak marginal.

Sumber: gki.pi.org 
Sumber: gki.pi.org 

Prof. Yohanes Surya, Ph.D dan Pendeta Lumy memiliki keunikan tersendiri.  Prof Yohanes Surya mengajak anak yang dianggap bodoh menjadi  orang hebat dan pendeta Lumy mengangkat anak-anak marginal dari berbagai etnis dan agama yang beragam  menjadi anak yang  menikmati kehidupan.  

Mereka berdua berjuang secara personal dengan membuat lembaga.  Model pendekatan mereka itu sejatinya diadopsi Negara dalam bentuk pengambilan keputusan.  Jika keputusan Negara untuk menolong maka distribusinya adil ke seluruh nusantara.

dokpri 
dokpri 

Apa yang bisa ditangkap dari metode Prof Yo?  Guru harus terlatih dan greget untuk merubah paradigma  mengajar. Jika selama ini belajar  menjadi beban bagi siswa harus berubah menjadi menyenangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun