Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ilmu Sejarah Menjadi Sumber Ide dan Gagasan untuk Inovasi dan Kreativitas

6 November 2020   13:57 Diperbarui: 9 November 2020   13:37 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin pagi saya tanya anak saya yang kelas  8 Sekolah Menengah Pertama (SMP) tentang mata pelajaran apa yang sulit selama daring. Anak saya menjawab semua pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kemudian saya tanya topiknya apa dan saya minta agar ditunjukkan buku pelajarannya. 

Keponakan saya yang kelas 9 SMP juga mengatakan kesulitannya belajar IPS.  Apalagi dia SD di swasta, kini SMP di negeri yang pelajaran IPS-nya rasanya lebih sulit dan banyak sekali belajar IPS, katanya sambil menunggu anak saya mencari buku pelajarannya.

Anak saya menunjukkan buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Topik yang dituju adalah Peraturan Perundang-Undangan Nasional. Dalam topik itu membahas tentang hakikat peraturan Perundang-Undangan.  

Jika saya lihat buku yang dipakai memang semuanya dipaksa menghafal yang akibatnya membosankan. 

Menghafal itu membosankan jika tidak dimengerti.  Misalnya, anak saya harus menghafal azas pembentukan peraturan Perundang-Undangan, asas materi muatan peraturan Perundang-Undangan dan prinsip-prinsip penyusunan peraturan Perundang-Undangan.

Jika anak disuruh menghafal materi pelajaran seperti itu, maka akan melelahkan dan membosankan. Saya mencoba menjelaskan manfaat dari pelajaran itu dan dia terangsang untuk berpikir. Saya menjelaskan apa fungsi  Undang-Undang (UU) itu dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya ada  masalah kekerasan terhadap anak. Karena banyak kekerasan terhadap anak maka dibutuhkan perlindungan hukum agar tidak terjadi kekerasan lagi. Bagaimana caranya agar setiap anak terlindungi dari kekerasan, nah supaya anak terlindungi maka dibuatlah aturannya dalam bentuk UU. Begitulah cara saya menjeleskan.

Proses pembuatan UU itu ada hakikat yang harus dipegang teguh seperti mengingat bahwa Perundang-Undangan itu merupakan aturan hukum tertulis, landasan, asas pembentukan, asas materi, dan prinsip-prinsip. Mengapa harus ada ada landasan, asas pembentukan, asas materi dan prinsip-prinsip?

Tujuannya adalah agar UU yang dihasilkan  tidak tumpang tindih, fokus dan tidak bertentangan dengan budaya nusantara. UU yang baru dihasilkan serasi, seimbang, dan  ada kepastian. Jadi mudah memahami peraturan Perundang-Undangan kan?

Jika kamu menghafalnya tanpa mengerti maka selama belajar PPKn, kamu akan bosan dan lelah. Tetapi jika berangkat dari pengertian maka kamu akan asyik sendiri dan terus penasaran. Setelah saya jelaskan seperti itu, anak dan ponakan saya pun mengangguk.

"Bagaimana dengan ilmu sejarah?", tanyaku kepada mereka berdua. Ponakan saya yang kelas 9 itu mengatakan sulit sekali menghafal. Pelajaran sejarah itu bolak balik itu saja yang  ihafal.  

Anak saya pun menjawab dengan nada mirip seperti sepupunya,"Capek sekali menghafal pak," katanya. 

"Menurut kalian, apa gunanya belajar sejarah?", tanya saya kepada mereka. Mereka menjawab agar kita mengetahui sejarah perjuangan pahlawan masa lampau dan agar kita mengetahui bagimana Indonesia terbentuk di masa lalu.

"Bagaimana kalau kalian belajar sejarah bola? Kalian kan pecinta bola, bagaimana sejarah sepak bola dan perkembangannya? Bagaimana cerita Piala Dunia?. Apakah kalian tau cerita tentang Pele, Maradona, Ruud Gullit, Van  Basten, Lothar Matteus, Patrik Kluivert, Dennis Berkamp, Djorkaef, Zidan Zidane, Ronaldo, Ronaldinho, Ronaldo jagoan Portugal dan Neymar?", tanya saya kepada mereka.

"Ketika kita mengingat piala dunia dan nama-nama pemain bola kan belajar sejarah juga. Belajar sejarah bola juga kan. Asyik kan jika kalian belajar sejarah bagimana awal cerita sepak bola?"

Mereka mulai tertarik dengan sejarah bola karena mereka berdua pemain bola.

"Apakah kalian pernah belajar sejarah sekolah kalian? Berdiri tahun berapa dan siapa yang mendirikan dan bagimana proses pendiriannya? Jika kalian mengetahui sejarah sekolah kalian apakah menarik? Bagimana dengan sejarah nenek moyang kita? Bagaimana dengan sejarah marga-marga dan cerita nenek moyang kita? Apakah tidak menarik untuk dipelajari? ", tanya saya lagi.

Jadi dapat disimpulkan dari kisah di atas, bahwa belajar sejarah tidak identik dengan belajar penjajahan Belanda, Kerajaan Majapahit, Singosari, dan lainya sebagainya. Kita bisa belajar sejarah tentang makanan, kendaraan, gereja, kursi, dan semua aspek hidup kita lalu dikaitkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Atau bisa juga, sejarah perumahan di mana kita tinggal, sejarah ayah dan ibu merantau atau bagaimana sejarah gula, kopi, teh, dan  pertanian. Semua sejarahnya menarik untuk kita pelajri kan?. Iya, kata mereka mengangguk. 

Jika kita senang belajar sejarah maka kita belajar prosesnya. Jika kita mengetahui prosesnya maka secara otomatis merangsang ide dan gagasan kita untuk membuat sesuatu yang baru. Informasi sejarah yang kita gali membuat kita tidak melakukan kesalahan yang sama.  

Contoh. Ketika Covid19 datang, kit abaca baca di media bahwa bahan baku  obat farmasi kita 95 % bahan baku dari luar negeri.  Jika kita ingin membuat bahan baku obat dari dalam negeri maka harus dipelajari mengapa terjadi demikian. Apakah karena pedagang impor lebih berkuasa dengan para peneliti dalam negeri? Bagaimana sejarahnya?. Sejarah itulah jawaban agar tidak terulang lagi.

Belum lama ini ada isu yang mebahas tentang pelaran sejarah dihapus.  Diduga bocor informasi itu maka langsung para sejarawan bereaksi.  Konon, reaksi masyarakat mengurungkan niat  agar ilmu sejarah tetap dipertahankan. 

Sejatinya Ilmu sejarah tidak ditiadakan tetapi harus diperkuat. Seorang teman bertanya, apa urgensi ilmu sejarah bagi anak kejuruan?. Kejuruan apa?

Kejuruan dibidang pembukuan misalnya, sangat urgen karena  harus belajar sejarah pembukuan, sejarah ekonomi, sejarah paradigm ekonomi dan berbagai sejarah yang terkait dengan pembukuan. 

Anak kejuruan bidang mesin harus belajar sejarah mesin  seperti produk Toyota, Daihatsu, Honda,  Mazda,  BMW, Ford,  dan berbagai sejarah merk produk mesin di seluruh dunia.  

Anak kejuruan bidang pertanian, pariwisata,  peternakan sangat urgen belajar sejarah.    Belajar sejarah yang terkait dengan keahlian mereka sangat urgen. Karena itu pondasinya adalah belajar sejarah bangsa. Mereka belajar bagimana Republik ini dibentuk sehingga muncil rasa memiliki bagi bangsa dan Negara.

Ketika muncul kecintaan karena belajar sejarah bangsanya, maka harus belajar juga cara mengisi kemerdekaan dengan ilmu dan teknologi.    Belajar sejarah dan teknologi yang terkait dengan pengetahuan atau keahlian kita sangat menarik. Jika kita mempelajarinya dengan ulet maka akan muncul ide-ide dan gagasan baru dari pikiran kita.

Siswa kita malas dan bosan belajar sejarah karena identik dengan belajar sejarah perjuangan bangsa saja. Guru jarang mengajarkan betapa penting manfaatnya sejarah dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Sejatinya kita mengajarkan peran penting ilmu sejarah dalam pengambilan keputusan.  Jadi, para pendidikan sejarah di kampus harus meyakinkan bahwa semua kita butuh dasar ilmu sejarah agar diimplementasikan dalam keputusan kita masing-masing.  

Kita harus menyadari bahwa langkah kita atau keputusan kita akan tepat jika kita memahami secara benar sejarah apa yang kita kerjakan. Selamat memanfaatkan ilmu sejarah dalam  mengambil keputusan kita setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun