Pagi tadi sekitar pukul  01 .00 WIB  ambulance berbunyi. Saya terbangun dan mba  Padmi sudah   dipintu pagar rumah kami. Mba Padmi menceritakan bahwa tetangga kami ada yang meninggal.  Ketika saya keluar rumah, para tetangga sudah berkumpul.  Mba Padmi diminta istri saya mengirim teh  untuk para pelayat.  Para tetangga sibuk membuat tenda dan mengurus segala kebutuhan.  Saya mendengar anggota keluarga mencari  KTP orang yang meninggal.  Mendengar anggota keluarga  mencari KTP, pak RW mengatakan bahwa urusan dengan administrasi penguburan sudah beres sama RT/RW.  Administrasi semua diurus RT dan RW.
Kami bertetangga berkumpul hingga pagi. Karena mungkin habis topik  pembicaraan karena cukup lama berkumpul, ada yang membahas nomor-nomor yang membawa keuntungan. Tiba-tiba, nomor keuntungan lari ke nomor punggung sepakbola paling terkenal dan beruntung. Ada yang bilang nomor punggung paling terkenal adala 10. Nomor punggung 10 itu adalah Pele dari Brasilia, Maradona dari Argentina,  Roberto Baggio dari Italia,  Rivaldo dari Brasilia, Fransesco Totti dari Italia, Lionel Messi dari Argentina.  Nomor 9 paling terkenal adalah Ronaldo dari Brasilia, Batistuta dari Argentina, Inzaghi dari Italia, Suarez dari Uruguay.  Nomor punggung itu acapkali perbincangan hangat dalam dunia sepakbola.
Setelah habis membicarakan nomor punggung sepakbola,  pembicaraan beralih ke sekolah sepakbola.  Katanya, pemain nasional Indonesia  Firman Utina membuka sepakbola di Tangerang.  Isu sekolah sepakbola Firman Utina menarik perhatian saya,  karena anak saya ada yang menjelang remaja yang butuh sekolah sepakbola terbaik.  Belum saya  tanya alamat sekolah sepakbola Firman Utina, tiba-tiba pak RW menyeletuk, jika pemain bola membuka sekolah sepakbola, bagaimana kalau kita buka sekolah RT/RW pak RT?.  Pak  RT senyum-senyum saja
Pertanyaan iseng pak RW menarik perhatian saya karena unik dan mendesak.  Saya katakana ke pak RW bahwa ide itu sangat baik.  RT/RW itu merupakan pionir dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara. Kunci keamanan, kenyamanan, kesejahteraan ada di RT/RW. Jika semua RT/RW di Indonesia aman dan nyaman maka kontribusinya luar biasa. Pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara dimulai dari RT/RW.
Jujur saja pak RW, saya itu kaku dalam bertetangga.  Tadi saja, ketika saya tahu tetangga meninggal, saya  tidak mengerti apa yang harus saya lakukan. Butuh keterampilan kan cara bersikap jika tetangga meninggal, tetangga ada pesta, atau tetangga lagi sakit atau apa saja kebutuhan tetangga, sejatinya tetangga harus tahu kan?.  Jadi sekolah RT/RW itu sangat mendesak agar penanganan RT/RW profesional. Jadi, RT/RW tidak identic hanya mengurus administrasi surat keterangan tempat tinggal.
Istri saya meminta si mba membuat  teh manis  ke pelayat, kemudian pagi-pagi  sudah belanja untuk memasak ayam untuk tetangga. Kata si mba, kami menyediakan ayam, tetangga menyiapkan makanan lain. Budaya semacam ini jarang dalam kehidupan saya. Kebiasaan kami  adalah  semua kebutuhan ditanggung keluarga. Akhir-akhir ini disediakan dengan catering. Berbeda dengan di lingkungan kami yang menyediakan kebutuhan secara ramai-ramai.  Pemahaman seperti ini tidak saya miliki. Saya mau menolong, tetapi  keterampilan cara menolong tidak  saya miliki.
Sekolah RT/RW penting untuk keterampilan mengatasi  perilaku tetangga. Kita juga perlu ketarmpilan untuk memahami Undang-Undang Tata Ruang, Undang-Undang Perlindungan Pengelolaan lingkungan hidup.  Banyak aturan yang terkait  kehidupan bertetangga dipahami secara bersama untuk satu persepsi. Pemahaman yang satu persepsi akan membuat lingkungan kompak. Hanya dengan satu persepsilah kehidupan bertetangga menjadi akur dan hangat.  Kehidupan bertetangga akan rumit jika membangun dengan selera sendiri.  Rumah atau bangunan kita  bangun sesuai selera tanpa memperhatikan perasaan tetangga.
Sekola RT/RW Â dilaksanakan secara formal dan informal. Di sekolah RT/RW itulah kehidupan makin dinamis untuk saling berbagi. Sekolah RT/RW Â secara terus menerus saling mengasah satu dengan yang lain untuk menjadikan lingkungan damai dan sejahtera. Jika kita sudah sekolah RT/RW maka komunikasi antar tetangga kuat dan solid. Â Bangunan fisik seirama karena atas kesepakatan, juga batiniah dekat saling mendukung.
Dalam filosofi orang Batak  dalam bertetangga mengatakan, "jonok dongan partubu, jumonokan do dongan parhundul" (dekat hubungan darah, tetapi lebih dekat dengan tetangga). Orang Batak menyadari, bahwa  orang yang paling kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari adalah tetangga kita.  Jika kita sakit mendadak atau sesuatu terjadi pada diri kita seperti kebakaran,  melawan penjahat, atau apapun tantangan kita, maka tetanggalah yang pertama menolong kita.
Sekolah RT/RW sangat mendesak mengingat hidup kita sehari-hari bersama tetangga. Sayang, akhir-akhir  banyak yang tidak mengenal tetangganya. Banyak manusia yang tidak mengenal tetangga karena tidak dibangun komunikasi. Dalam rangka membangun komunikasi,  sekolah RT/RW menjadi jawabannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H