Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Cara Mudah Menentukan Pilihan Terbaik untuk Pilkada 2020

22 Oktober 2020   15:21 Diperbarui: 22 Oktober 2020   15:30 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2014  saya pernah menjadi Calon Legislatif.  Saya mencoba menjaga idealime saya selama kampanye. Program kampanye saya adalah  mencerahkan politik dari pintu ke pintu, komunitas ke komunitas.  Berulangkali, ketika kami kampanye ke komunitas  kaum ibu, mereka mendengar materi kampanye saya. Tetapi, setelah selesai kampanye dan acara makn dan minum, ada yang berbisik. Bisikannya adalah  memberikan daftar para ibu yang suaminya sudah setahun atau berbulan-bulan tidak pulang dan anak-anaknya sudah tidak minum susu bahkan tidak ada lagi beras dirumahnya.

Menjaga idealisme, saya telpon kawan saya yang profesional atau penggiat sosial  agar membantu nama-nama yang kesulitan itu. Saya menceritakan kepada teman akan kondisi saya yang menghindari makna politik uang. Kawan-kawan saya membantu mereka.  Tetapi, sepanjang kampanye berbulan-bulan menemukan banyak persoalan.  Masyarakat banyak persoalan karena sistem jaminan sosial tidak baik.  Andaikan sistem jaminan sosial kita baik, maka saya tidak banyak menjumpai kasus tidak adanya kebutuhan rakyat yang mendesak.

Semangat saya  untuk melakukan pencerahan politik terus berjalan setiap hari. Tetapi, saya menemukan berulangkali  kasus rakyat tidak ada makanan. Apakah saya menunggu transferan  dari teman-temanku?. Mereka juga tidak punya nomor rekening.   Dalam kondisi ini saya kasih uang untuk kebutuhan mereka yang sangat menderita. Apakah saya melakukan politik uang?. Dalam hati saya mengatakan bertanggungjawab kepada siapapun atas tindakan saya. 

Dalam kondisi rakyat yang tidak nyaman dan aman  dalam hal kebutuhan pokok merupakan dampak dari kinerja pemerintah. Dalam kondisi ini hanya dapat diatasi dengan kebijakan politik. Karena itu hadirlah Kementerian sosial yang kalau di daerah dinas sosial. Apakah dinas sosial membantu rakyat yang tidak memiliki kebutuhan pokok?.  Dalam konteks inilah tafsir politik uang harus fleksibel. Kita harus realistis melihat kondisi rakyat yang sebenarnya.

Pilkada yang semakin dekat, sejatinya rakyat sudah memberikan penilaian terhadap hitung-hitungan politik. Rakyat sejatinya melihat secara objektif dari berbagai sisi untuk  kemajuan bersama.  Pertimbangan kualitas kandidat, peluang untuk menang dan dukunga politik menjadi dasar untuk memilih.  Siapa yang memiliki kapasitas, integritas, energik dan memiliki dukungan politik dan jejaring politik yang kuat untuk membangun daerah kita, itulah yang terbaik untuk daerah kita. Sudut pandang untuk kebersamaan  menjadi titik awal dalam penilaian.  Tentu saja, mengeliminasi mantan terpidana.  Jika mau daerah kita mau maju, singkirkan mantan narapidana.  Apalagi narapidana korupsi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun