Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tips Bebas Perselingkuhan dengan Pikiran yang Bersih

13 September 2020   08:10 Diperbarui: 13 September 2020   08:18 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain  perselingkuhan di kantor  kerja  yang banyak dialami orang,  tempat kuliah di pascasarjana juga potensi  yang tinggi  dialami orang apalagi jika kuliah di pascasarjana meninggalkan  keluarga. Kondisi ini  sangat rentan untuk melakukan perselingkuhan. Di Pascasarjana  itu pertemuan mahasiswa Timur dan Barat. Mereka banyak yang meninggalkan  keluarga dan hasrat biologis acapkali tidak terkendali ditambah  kebersaamaan mengerjakan tugas-tugas kuliah.  Jika ini terjadi maka  muncullah  alumni pascasarjana  di daerah-daerah yang umumnya mengajar di Perguruan Tinggi (PT)  yang pernah mengalami perselingkuhan.

Jika seorang dosen pernah mengalami perselingkuhan di masa kuliah, maka potensi  selingkuh dengan  rekan dosen dan mahasiswa  dengan siapa saja akan semakin besar. Sebab, kebiasaan lama ketika kuliah akan muncul lagi.  Karena itu,  bagi mahasiswa yang berkeluarga  sejatinya membawa  istri dan anak-anak ke tempat kuliah. Biasanya, alasan tidak membawa keluarga  karena  dana beasiswa hanya cukup untuk satu orang. 

Biaya menjadi kendala. Tingginya potensi perselingkuhan di pascasarjana, maka  perencanaan biaya beasiswa harus memikirkan resiko itu.  Argumentasi,  bahwa tergantung moral seseorang  agak sulit diterima karena hasrat biologis dan ancaman kesepian adalah alamiah.  Variable ini yang sering diabaikan para perencana beasiswa.  Sebab, dalam  rekruitmen  menjadi dosen umumnya dilihat dari kemampuan akademik, bukan moral. Seorang yang nilai akademiknya tinggi tidak ada jaminan moralnya tinggi dan mampu menyangkal diri dari potensi hasrat biologis  yang kelak menjadi selingkuh.

Mengatasi perselingkuhan itu tidah mudah apalagi disebut gampang. Karena  perselingkuhan ada kalanya menutupi ruang kosong  dalam diri seseorang. Namanya saja ruang kosong, harus ditutipi bukan. Hal yang ditutupi hati, jiwa dan hasrat biologis atau dikenal lahir dan batin.  Juga kekecewaan dan penasaran.  

Karena yang ditutupi adalah hati, jiwa dan hasrat maka tidak heran orang yang sangat super alim, baik dan memiliki kepribadian yang hampir sempurnapun bisa terjebak.  Penggiat spiritual, pemikir, sastrawan, guru, dosen, pengacara, hakim, jaksa dan apapun profesi seseorang tidak bebas dari ancaman perselingkuhan.  Presiden Bill Clinton pun  diketahui dunia  tentang hubungannya dengan Monica Lewinsky. 

Kita menyadari bahwa potensi perselingkuhan  mengancam semua orang, tetapi dalam kebijakan negara, kantor dan berbagai lembaga mengabaikannya. Dalam diskusi berbagai kalangan sepakat bahwa hasrat seksual seseorang adalah pribadi, tidak menjadi urusan Negara, kantor dan lembaga apapun.

Dalam kontek ini, kebijakan Negara yang saya maksud adalah contoh pemberian beasiswa yang abai  keluarga.  Beasiswa sejatinya  memperhitungkan biaya keluarga  karena Indonesia yang kita bangun adalah keluarga yang harmonis.  Anak-anak Indonesia lahir dari keluarga harmonis secara turun temurun.  

Bagaimana  cara mengatasi perselingkuhan di kantor, tempat kuliah dan di berbagai tempat?.  Tokoh Islam Liberal pernah menulis agar para laki-laki memasang jilbab dalam pikirannya.  Saya setuju dengan  anjurang Ulil, tetapi  dalam kegiatan sehari-hari realitanya tidak banyak  laki-laki yang mampu memasang jilbab dalam pikirannya.  

Dalam realita, banyak orang bekerja di kantor  tidak fokus dengan pekerjaannya. Banyak orang kuliah di pascasarjana hanya demi gelar dan karir. Dengan kata lain,  banyak yang kuliah  tidak fokus dengan kuliahnya. Banyak yang kuliah sambilan, sehingga pikirannya tidak sibuk dengan kuliahnya. 

Mengapa orang tega melakukan perselingkuhan?. Apakah mereka tidak memahami resikonya yang teramat tinggi?.  Apakah mereka tidak mencintai keluarganya sehingga tega melakukan perselingkuhan?.  Pada umumnya mereka  sadar akan resikonya tetapi mereka yakin tidak akan ketahuan.   Mereka sibuk dan fokus mengatasi agar tidak ketahuan, padahal sejatinya fokus  mengatasi agar tidak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun