Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Daerah Sulit Bangkit dari Kubangan Kemiskinan?

29 Agustus 2020   11:20 Diperbarui: 29 Agustus 2020   11:58 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : merdeka.com 

Kelima,  kasus pengunduran diri dari 64 Kepala Sekolah (Kepsek)  dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Indragiru Hulu (Inhu), Riau karena tertekan dalam mengelola Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 

Para kepala sekolah itu diperas oknum jaksa. Dalam berita Kompas.com  Selasa 18 Agustus 2020 memberitakan bahwa  Kejaksaan Agung membenarkan tiga orang jaksa Kejaksaan Negeri Inhu telah ditetapkan menjadi tersangka.

Ketika saya posting beberapa berita pemerasan yang dilakukan jaksa di Inhu kepada para Kepsek di medos saya, beberapa komentar secara langsung maupun japri mengatakan   bahwa  kejadian di Inhu bisa saja potret  di berbagai daerah.  

Jika perilaku jaksa di Inhu  menjadi potret jaksa di berbagai daerah dan perilaku jaksa Pinangki juga menjadi potret di berbagai daerah betapa banyaknya pejabat kita yang menderita.  Bisa saja kita katakana bahwa  jaksa atau penegak hukum melakukan itu karena pejabat kita korup. Apapun alasannya, penegak hukum melakukan pemerasan merupakan tragedi bagi kita.   

Bisa saja perilaku ini "memaksa" pejabat melakukan kejahatan untuk membayar para pemeras. Sikap Kepsek Inhu harus diteladi para pejabat dan semua kita. Mereka melawan dengan ramai-ramai. Dengan ramai-ramai menjadikan kasus itu menjadi perhatian nasional.

Berbagai macam kendala yang dihadapi daerah sehingga sulit bangkit. Kita sulit menjadi rakyat yang beradab jika hidup dalam kungan kemiskinan. Betapa tersayat hati kita ketika rakyat kita membutuhkan sembako dan BLT ketika badai. Sampai kapan Negara kita mampu membantu rakyat meberi sembako dan BLT?. 

Padahal, andaikan kita bersikap negarawan  maka sangat mudah kita bangkit dari kubangan kemiskinan itu.   Sejatinya, rakyat bangga dengan pejabat, bangga dengan polisi, bangga dengan jaksa, bangga dengan hakim. Rakyat sulit bangga jika mereka melihat kondisi yang menyayat hati.   

Dalam kondisi ini, semua kita bangkit dimulai dari   menolak politik uang, ramai-ramai melawan kejahatan yang dilakukan penegak hukum dan memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa dan Negara. 

Kita patut berterima kasih kepada Kapolri yang mengawasi secara tegas agar oknum Polri yang terlibat meminta proyek, intimidasi/intervensi kepada kebijakan  pejabat.  Dalam keseharaian Kapolri menunjukkan bagimana anggota Polri melayani dan hidup sederhana.  Bangkitlah Indonesiaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun