Di Medan banyak kader-kader PDIP yang mumpuni dan di Solo. Karena itu, pencalonan Gibran dan Bob kurang baik bagi kaderisasi partai  dan kemudahan-kemudahan mereka jika terpilih kelak kurang baik bagi mereka sebagai pemimpin. Pengalaman empiric bahwa hasil aji mumpung kurang baik.
Termuda
Dalam kehidupan sehari-hari ada  gengsi seolah-olah termuda itu keren. Bupati termuda, Walikota termuda, Gubernur termuda, Menteri termuda, Presiden termuda, profesor termuda, rektor termuda, dekan termuda dan lain sebagainya.Â
Pertanyaanya adalah apa yang dikejar dengan gelar termuda? Apa yang dilakukan orang untuk mengejar gelar termuda? Semangat kompetisi dan ambisius yang berpotensi menghasilkan kebosanan.
Buah yang matang pada waktunya jauh lebih baik daripada yang diperam. Manusia yang memperoleh kehormatan pada waktunya juga lebih matang.Â
Coba kita ingat siapa saja jenderal termuda, profesor termuda, doktor termuda, kades termuda dan lain sebagainya. Apa yang terjadi dalam diri mereka ketika waktu menjawabnya?
Muda, energik, cerdas dan visioner sangat baik. Tetapi, momentum bagi seseorang sangat penting. Jika lebih cepat dari momentumnya bisa menghasilkan kebosanan hari esok.Â
Orang yang bosan mengerjakan sesuatu pada umumnya hasilnya tidak baik. Karena itu, semangat antrian menghargai yang memiliki pengalaman empirik harus ditanamkan juga ke generasi muda.
Semoga Gibran dan Bob tidak ambisius untuk mengejar Walikota termuda Solo dan Walikota termuda Medan. Andaikan mereka bukan anak Jokowi dan menantu Jokowi, apakah mereka Bacalon Walikota?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H