Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Menghindari Kehamilan di Masa Pandemi?

11 Juli 2020   07:27 Diperbarui: 11 Juli 2020   07:28 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Paragram.id

Dua minggu lalu saya  berjumpa dengan beberapa orang teman setelah sekitar 3 bulan  di rumah saja (Work From Home).  Kami mengobrol dan  seorang ibu cerita bahwa kawan kita si Anu istrinya hamil. Mendengar itu saya kaget dan protes. Kenapa sih harus hamil di masa pandemi? Tau nggak sih resiko hamil dimasa pandemi? Saya reaktif mendengar berita itu. Beberapa hari kemudian, saya mendengar istrinya keguguran. Sedih sekali mendengar berita itu. Kini istri teman kami itu sudah pulih secara total.

Sudah sebulan saya sakit gigi,  baru kali ini aku mengalaminya. Klinik gigi di klinik langganan kami tidak buka. Saya ke rumah sakit dengan penuh perjuangan. Itupun hanya pengobatan darurat karena harus ke dokter bedah mulut jika mau sembuh secara total. Karena masa pandemic, saya tunda ke dokter bedah mulut.

Coba bayangkan jika ibu hamil periksa ke dokter, serba susah kan.  Lagi ngidam, mulut harus disumpal pakai masker? Kita saja kurang oksigen karena masker, bagaimana dengan bayi yang masih beberapa bulan dalam  kandungan? Itu baru kalau  cek ke dokter. Bagaimana dengan obat-obatannya.  Tidak hamil saja sudah repot bangat, apalagi hamil? Hamil belanja keseharian ke pasar, bekerja, susah cari asisten  rumah tangga. Hamil memang hak setiap wanita, tetapi perlu berhikmat, bukan?.

Mengapa harus hamil dalam kondisi yang sebenarnya dimasa  tragedi? Tau ngak sih bahwa kondisi yang sebenarnya tragedy sekarang? Sayang nggak sih  kita sama istri kita? Bisa saja  mengatakan rejeki jangan ditolak. Tetapi, anak dalam kandungan  membutuhkan suasana yang aman dan nyaman.  Dalam kondisi sekarang, pergi ke pasar saja susah.  Apalagi pergi ke dokter. Rumah sakit kewalahan, jangan kita tambah lagi lah.

Pernah ngak terpikir andaikan kita terjadi krisis pangan, obat-obatan,  dan kebutuhan mendasar istrimu dalam kondisi hamil?.  Krisis pangan dan obat-obatan bukan tidak mungkin terjadi. Resiko yang termat tinggi sangat mungkin terjadi dalam kondisi pandemic. Masa dalam kondisi seperti ini  istri kita hamil?. Apakah dalam sudah siap lahir batin?

Banyak orang mengatakan   kehamilan yang tidak disengaja. Hanya karena efek work from home.  Lebih parah lagi, karena  layanan alat kontrasepsi tidak tersedia. Benarkah? Kalau mengatasi itu saja tidak mampu, bagimana mengelola keluarga dengan baik? Jika alat kontrasepsi tidak tersedia saya kira itu alasan saja. Itu kurang usaha saja. Banyak cara untuk mengatasi kehamilan.  Jeni salat kontrasepsi banyak hingga  menghindari kehamilan secara alami. Itu soal pemahaman kita  tentang  bahaya kehamilan dalam kondisi pandemi.

Resiko hamil dimasa pandemic sangat tinggi yaitu  akses kita ke dokter terbatas. Selain akses periksa kehamilan ke dokter,  ketika ke dokter berpotensi terpapar Covid 19. Dalam kondisi sekarang tidak nyaman ke  klinik, Puskesmas, apalagi ke Rumah Sakit (RS).  Ketersediaan obatpun bisa terbatas karena distribusi obat terganggu.  Selain itu, pegawai klinik, Puskesmas,  RS pun  dibatasi karena social distancing. Kita  ekstra hati-hati ke medis,  demikian juga medis hati-hati ke kita. Hubungan yang serba curiga. Apakah nyaman membawa istri hamil ke tempat yang serba curiga? Inilah faktanya.

Organisasi  pangan dunia FOA mengingatkan dunia untuk menyiasasti krisis pangan. Artinya, potensi krisis pangan tinggi. Karena itu, kita  memberikan kontribusi agar meringankan  negara untuk menyiasatinya.  Berulangkali pemerintah dan berbagai komponen bangsa mengingatkan masayarakat agar menghindari kehamilan di masa pandemi.

Cinta kita di masa pandemic diuji.  Candaan di medsos yang mengatakan  Covid 19 negatif tetapi  positif hamil karena Work From Home  (WFH) kurang baik. Candaan itu tidak memberikan pengertian yang dalam kondisi yang kita alami. Kondisi ini tidak layak untuk kita candain.  Bercanda itu meningkatkan imunitas tetapi kita pilih canda yang menguatkan.  Menguatkan agar hamil di masa pandemic sangat beresiko.  Buktikan cintamu dengan tidak membuat hamil istrimu di tengah ancaman. Istri tidak hamil sebagai bukti cinta sejatimu melindunginya di masa pandemi.

Membawa istri ke kilinik, Puskesmas, RS untuk periksa kehamilan itu artinya potensi terpapar Covid 19  tinggi.  Pikirkan juga bahwa anak dalam kandungan membutuhkan  kemananan dan kenyamanan, bukan dalam kondisi ibu yang kuatir.

Ayo, kita buktikan cinta sejati kita dengan melindungi istri kita dari hamil di masa tragedi pandemi Covid 19. Kita berikan cinta yang terbaik kepada istri dan keluarga. Kita hindari dari potensi ancaman Covid 19 dan berikan gizi yang terbaik bagi istri, anak dan keluarga kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun