Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Intim sebagai Akumulasi Total Oriented Love

13 Juni 2020   23:16 Diperbarui: 14 Juni 2020   04:04 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak latar belakang seseorang menyukai atau mencintai lawan jenisnya. Seorang pria suka wanita karena hidungnya mancung, keibuan, rambutnya panjang, bibirnya seksi, tinggi, kulitnya mulus, betisnya cantik dan lain sebaginya. 

Pertanyaanya adalah jika bagian dari tubuh wanita seperti rambutnya dipotong atau mengalami kerontokan, atau betisnya terluka atau mengalami kecelakaan masihkah pria mencintainya?. Lalu, sesungguhnya bagaimana mencintai lawan jenis yang menjadi pasangan kita  secara benar sehingga kebutuhan lahir dan batin dapat terpelihara?

Hubungan seks dengan pasangan banyak diperbincangkan orang. Ada yang mengatakan hubungan seks mengganggu keharmonisan keluarga. Apakah hubungan seks yang mengganggu keharmonisan keluarga atau keharmonisan yang mengganggu hubungan seks?. Jawaban pertanyaan ini yang menjadi kunci persoalan.

Jika hubungan seks didefenisikan sebagai hubungan komunikasi batin yang intim maka jawabannya adalah karena keharmonisan yang terganggu maka hubungan seks terganggu. Sebagai contoh, mengapa ketika anak kita lahir dan istri kita lelah menyusui anak dan mengurus anak mengapa laki-laki bisa bertahan tanpa seks?. Itu artinya, laki-laki mampu  bertahan tanpa hubungan seks karena cinta istri dan anak, bukan?.

Laki-laki yang meninggalkan istrinya beberapa waktu karena pekerjaan, urusan keluarga dan urusan lain mampu berbincang-bincang dengan istri sebelum berhubungan seks. Mereka memperbincangkan apa yang terjadi selama mereka berpisah dan perkembangan anak --anak selama ditinggal dan komunikasi yang intim  kemudian menimbulkan hasrat seksual suami istri.

Persepsi atau konsep hubungan seks sangat mempengaruhi hubungan seks. Karena itu kita harus sepakati dulu bahwa harmoni keluarga yang mempengaruhi seks, bukan seks yang mempengaruhi keluarga. 

Seorang laki-laki hasrat seksualnya akan terus membara  jika hubungan komunikasi dengan istrinya berjalan dengan baik. Dalam rangka komunikasi itulah dibutuhkan rekreasi yang kreatif. Romantisme dibutuhkan karena romantisme mempengaruhi hasrat seksual. Romantisme adalah sebuah cara berkomunikasi.

Dalam kenyataan memang ada kesulitan-kesulitan bagi suami istri dalam berkomunikasi. Karena kemampuan berkomunikasi dipengaruhi oleh paradigm berpikir dalam melihat berbagai persoalan hidup. Misalnya, cara mendidik anak dapat menimbulkan konflik karena memiliki paradigma yang berbeda. 

Sikap terhadap uang akan mempengaruhi komunikasi suami istri. Jika suami boros membantu orang sementara istri  pelit, maka perbedaan itu dapat menimbulkan konflik. Sebaliknya, jika suami  senang membantu orang dan istrinya bangga dengan kemurahan hati suami secara otomatis akan menimbulkan kedekatan batin suami istri. Kebanggan istri kepada suami karena kemurahan hati akan menimbulkan hasrat seksual.

Hasrat seksual suami istri tidak dapat terlepas dari komunikasi. Komunikasi sangat dipengaruhi oleh paradigm dan nilai-nilai hidup. Karena itu, sejatinya paradigma berpikir dan nilai hidup harus didiskusikan. Ketika diskusinya menarik  dapat menimbulkan hasrat seksual.

Lagi-lagi terbukti bahwa keharmonisanlah mempengaruhi seks. Kebanggaan akan nilai yang sama, paradigma yang sama akan menghasilkan komunikasi yang intim. Komunikasi yang intim akan menghasilkan hasrat seksual yang dahsyat.

Salah Sejak Awal
Ketika kuliah saya sering melihat mahasiswa laki-laki dan perempuan tinggal satu kamar kost atau sering berlama-lama di kamar kost. 

Ketika itu saya sering mengajak dialog dan mempertanyakan mengapa dan untuk apa mengunci pintu kamar kost? Baiklah, sesuai dengan pengakuan tidak ngapa-ngapain, apakah itu tidak batu sandungan atau mengundang persepsi negative terhadap anda?. Apakah perilaku itu tidak mencoreng harga diri anda?

Bagaimana jika pacaran di tempat terbuka dan membahas banyak hal yang penting dan berguna bagi masa depan?. Mana lebih asyik bicara keluarga, kuliah, masa depan dibandingkan dengan membawa dalam "pencobaan" di kamar kost?. Tidakkah berdua di kamar kost berpotensi merusak diri anda dan pacar anda?. Tidakkah sangat indah bercinta jika  bercerita-cerita yang bermutu?. Tidakkah dengan cara itu belajar memelihara hasrat seksual dengan baik?.

Mereka yang melakukan pacaran dengan menghiraukan etika dan makna nilai-nilai secara otomatis mereduksi nilai-nilai hidup. Tidak jarang kita dengar pasangan yang belum menika sudah tinggal bersama ternyata tidak jadi menikah. Bagaimana pertanggungjawaban perempuan ke pacar yang baru?. Jika terbuka salah, tertutup juga salah. Kehidupan serba salah itulah mempengaruhi gairah hidupnya.

Hubungan seksual dalam Alkitab ditulis satu tubuh atau satu daging. Artinya dua insan yang berbeda kelamin menyatu. Ketika mereka menyatu akan menghasilkan buah hati. Kalaupun tidak menghasilkan buah hati, bisa dicarikan alternatif seperti adopsi atau melakukan kegiatan sosial suami istri untuk menolong orang lain.

Hubungan seksual suami istri tidak harus memiliki buah hati atau anak. Itulah hubungan seksual yang sejati. Satu daging atau satu tubuh merupakan akumulasi penerimaan dalam kondisi apapun. Jika suka karena bibir yang seksi dan sekalipun bibir yang seksi itu berubah cinta tetap mendalam. Sekalipun betis atau kulit yang mulus sudah berubah, cinta  tetap makin mendalam.

Jika kita menerima pasangan kita secara total dari ujung rambut sampai ke ujung kuku (total oriented love) maka akumulasinya akan menghasilkan hasrat seksual. Karena itu, sikap yang benar adalah kita meluruskan makna hubungan seksual. Jika pemahaman hubungan seksual tidak sama maka dapat menghasilkan konflik karena kuantitas suami dan istri yang berbeda akan menghasilkan konflik.  

Jadi, kuantitas akan sama jika persepsi sama. Hubungan seksual adalah akibat akumulasi hubungan komunikasi yang intim. Hubungan seks bukan tujuan untuk memuaskan. Jika mencari kepuasan, tidak akan pernah puas.Jadi, kepuasan lahir batin itu tercapai jika hubungan batin yang intim menghasilkan hubungan seks. 

Hubungan seks merupakan akumulasi penerimaan terhadap pasangan. Itulah yang disebut dengan pernikahan suci. Karena hanya mereka yang dapat melakukannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun