Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menghindari Kebosanan Anak Ketika Stay at Home

24 Mei 2020   22:41 Diperbarui: 25 Mei 2020   09:58 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin sore anak saya yang kelas V SD menunjukkan pengumuman dari sekolah bahwa anak di rumah libur dan tidak boleh belajar materi pelajaran dari sekolah. Saya mengatakan anak saya dengan bercanda bahwa di rumah adalah otoritas orang tua. Sebab, selama ini ketika anak di sekolah merupakan otoritas guru. Jadi, bapak yang memutuskan, bukan guru. Karena, ketika anak di rumah merupakan otoritas orang tua. 

Anak saya kelihatan kalah argumentasi, kemudian anak saya laki-laki yang kelas VII SMP mengatakan, bahwa walaupun di rumah konteksnya jam belajar. Karena itu, guru memiliki  kewenangan untuk mengatur. Spontan, jawaban saya kemudian adalah  bahwa anak laki-laki saya cocok menjadi pengacara. Argumentasi anak saya yang kelas VI bagi saya nalarnya sangat baik.

Selama Stay at home saya fokus mengajari mereka untuk bernalar, logika dan rasionalitas. Mereka saya ajak untuk menulis, membaca dan memahami peristiwa. Saya memahami dalam dunia pendidikan ada tiga hal yang harus dibangun yaitu kognitif, afektif dan motorik. Ketiga hal itu harus kita didik secara simultan. 

Mereka mengerjakan tugas-tugas sekolahnya tetapi tidak hanya itu, mereka juga saya didik untuk menuliskan persepsi mereka, perasaan mereka dalam kondisi kekinian. Mereka juga saya ajak menyelesaikan soal-soal matematika dengan berbagai problemnya, sehingga suasana belajar menjadi seru. Mereka dikondisikan belajar dengan suasana yang seru.

Menyelesaikan tugas-tugas sekolah, melatih menuliskan perasaan dan mimpi, juga soal-soal matematika, mereka tentu saja mengalami kebosanan. Lalu, bagimana mengatasi kebosanan?. Salah satu cara yang baik untuk mengatasi kebosanan adalah memilih permainan. Jenis-jenis permainan yang kami gunakan adalah :

A. BASKET

dok. pribadi
dok. pribadi
  • Bermain basket di teras rumah cukup seru. Mereka dapat menghabiskan waktu di teras rumah selama 1 atau 1,5 jam. Kedua anak saya, saya dan istri terlibat dalam permainan ini.

dok. pribadi
dok. pribadi
B. CATUR

dok. pribadi
dok. pribadi
Bermain catur dengan anak atau bermain sesame anak cukup seru. Selain bermain ketawa-ketawa, catur juga membantu mereka untuk berpikir. Bermain catur dapat menghabiskan waktu 1 hingga 2 jam. Bermain catur secara bergantian sangat menyenangkan. 

C. FOOSBAL

dok. pribadi
dok. pribadi
Bermain foosball sangat seru. bermain foosball dapat menghabiskan waktu sekitar 1 hingga 2 jam. Bermain foosbal bisa di dapur, di garasi, dimana saja. tergantung kesepakatan.

D. VOLLY

dok. pribadi
dok. pribadi
Bermain Volly membutuhkan tempat yang agak luas, bermain volley untuk dua orang dapat juga di teras rumah atau di halaman rumah bagi yang memiliki halaman rumah. Bola Volly juga digunakan untuk juggling. Permainan itu sangat seru karena permainan yang komunikatif.

Berbagai macam jenis olah raga atau permainan di rumah untuk suasana yang seru. Selain tubuh kita yang sehat, fungsi yang sangat esensi dari permainan adalah komunikasi yang intim antara kita dan anak. Kita memilih jenis permainan yang membangun komunikasi yang sangat intim.

Permainan olah raga membantu kecanggunagan antara anak dan orang tua. Kedekatan komunikasi batin seperti itu mempermudah membantu anak jika anak memiliki masalah dengan guru, temannya dan berbagai tantangan. Apalagi anak kita menjelang remaja. Di rumah, saya, kedua anak saya dan istri bermain ludo. Permainan ludo juga membantu kami berempat lucu-lucuan. 

dok. pribadi
dok. pribadi
Ketika kita dan anak kita berkomunikasi sangat baik dengan anak-anak kita, maka suasana rumah kita asyik dan menyenangkan. Komunikasi kita dengan anak butuh alat bantu. Salah satu alat bantu itu adalah permainan olah raga. Kami merasa tidak bosan dengan berbagai permainan yang kami lakukan selama stay at home. 

Kedekatan hati degan anak membuat mereka suka isengin kita. Beberapa hari lalu, anak saya yang kelas VII SMP menyembunyikan telepon genggam saya hingga saya kesal mencarinya.

Tadi malam lebih iseng lagi, ketika saya mengirim tulisan ke Kompasiana, anak saya mematikan wifi di rumah. Saya kesal karena berulangkali saya kirim tidak biasa, ternyata wifi diputus jaringannya oleh karena perilaku iseng. Stay at home merupakan momentum bagi kita untuk bermain dan belajar dengan anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun