Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yohanes Surya dan Ambisi Anak-anak Indonesia

28 Juli 2017   11:06 Diperbarui: 28 Juli 2017   13:45 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menawati Simamora (Agribisnis SU) / dokumentasi pribadi

Banyak orang  mengenal Prof. Yohanes Surya sebagai ilmuwan Fisika yang membawa Indonesia juara dunia berulangkali  di olimpiade Fisika di berbagai negara.  Yohanes Surya dikenal dengan pernyataan "Tidak ada anak yang bodoh,  hanya anak-anak  kita  belum menemukan guru yang tepat".  Yohanes Surya dikenal dengan  metode mengajar Gampang Asyik Menyenangkan (Gasing). Yohanes Surya selalu mencari carabagaimana anak-anak kita belajar dengan menikmatinya.

Dalam tulisan ini saya tidak menuliskan prestasinya  dibidang keilmuwan. Tetapi saya menuliskan sisi lain kerendahan hatinya, pikirannya, kelemahannya, ambisinya membangun anak-anak Indonesia. Saya mau menuliskan Yohanes Surya sebagai sahabat, guru, sumber inspirasi,canda dan logika berpikirnya,  dan impian-impiannya untuk Indonesia. Menuliskan apa yang saya ketahui tentang Yohanes Surya.

Saya mengenalnya dari almarhum pakar politik Victor Silaen. Victor Silaen ketika itu masih dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di UKI. Menurut Victor Silaen,  Yohanes Surya itu sangat baik, jika ada kawan-kawan kita yang kesulitan biaya menyelesaikan tesis dan disertasi Yohanes surya mau membantunya.  Berbagai cara dilakukannya, seperti memperkenalkan kepada jaringan dan lain sebagainya. Yohanes Surya itu visioner.  Saya banyak berdiskusi dengannya, hingga saya  menyelesaikan doktor saya di UI, kata sahabat saya almarhum Victor Silaen yang terakhir mengabdi di FISIP  UPH.

Pertama kali saya menghubunginya lewat email yang saya dapat dari Victor Silaen. Yohanes Surya sangat cepat membalasnya. Kemudian, saya diminta ke kantornya untuk berdiskusi. Setelah pertemuan itu kami akrab.

Tahun 2013 Yohanes Surya mendirikan Surya University (SU).  SU menyediakan beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi. Sebagai seorang yang terbiasa kritis, saya menjumpainya dan mengatakan bahwa beasiswa kepada anak berprestasi saja tidak selaras dengan pernyataan yang mengatakan " Tidak ada anak yang bodoh tetapi mereka belum menemukan guru yang tepat".  Lalu, Yohanes Surya bertanya, bagaimana pendapatmu?. 

Saya mengatakan SU ada di Banten maka berikan beasiswa kepada anak-anak Banten bukan karena prestasi. Mereka tidak berprestasi karena bisa saja  gurunya tidak berprestasi. Kalau begitu, carikan anak-anak  Banten yang mau kuliah di SU. Kita juga carikan sponsor untuk membiayai hidup mereka. Kewalahan saya mencari  calon mahasiswa dari  Banten.

Puluhan masyarakat Banten masuk SU gratis  dan mendapatkan laptop yang kualitasnya bagus. Mereka yang tidak jalur prestasi di matrikulasi.  Dosen SU kerja keras dosen  untuk matrikulasi agar mampu mengikuti perkuliahan. Anak Banten yang tidak lulus SMA pun ada, dengan catatan setelah kuliah mengikuti paket c.

Selain dari Banten, ada kisah menarik dari  Pinangsori , Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.  Saya menemukan Ternando Situmeang melalui anak Poriaha, Tapteng, namanya Robert Hutagalung. Menurut Robert Hutagalung  ada anak Pinangsori lulusan SMAN 1 Pinangsori  orangnya pintar. Ternando Situmeang ingin sekali kuliah tapi tidak punya biaya.

Kami mencari nomor telponnya  dan kami hubungi. Saya dituding penipuan, karena tidak mungkin kuliah gratis.  Karena dituding penipuan, saya suruh telpon diberikan kepada  pendeta dimana dia menjadi anggota jemaat. Sedihnya, pendeta  yang marganya sama dengan istriku pun ragu dengan saya. Keraguan itu terjawab setelah pendeta itu  saya minta menelpon pendeta saya. Tidak mungkin ibu pendeta ragu lagi jika menelpon pendeta saya apakah saya penipu atau tidak. Akhirnya, pendeta itupun meyakinkan bahwa saya bukan penipu.          

Ternanando Situmeang (Agribisnis Surya University) / dokumentasi pribadi
Ternanando Situmeang (Agribisnis Surya University) / dokumentasi pribadi
Ternando Situmeang  berangkat dari Pinangsori  naik bus ALS. Tiba di Tangerang tasnya hilang. Kata pihak ALS tasnya ketukar dengan seorang ibu yang turun di Lampung.  Melihat Ternando sedih, saya katakan bahwa kejadian ini tanda-tanda Ternando akan menjadi Bupati di Tapteng. Biasanya, anak-anak sukses itu memiliki kisah yang lucu-lucu.  Lalu, istri saya membelikan Ternando pakaian dalam kondisi darurat.

Selama proses kuliah Ternando Situmeang menikmati kuliah dengan baik.  Dia tinggal di rumah kami. Saya kira, Ternando memiliki dosen-dosen yang bermutu. Saya merasa puas dengan perkembangan Ternando sebagai mahasiswa.  Cara dia menjawab permasalahan-permasalahan pertanian masyarakat  kelihatan ciri intelektualnya. Saya senang melihat anak-anak yang saya bawa ke SU karena mutu mereka sangat baik. Padahal, mereka mendapat beasiswa bukan karena prestasi tetapi karena kebaikan hati dan  keterbukaan Yohanes Surya terhadap kritik.  Kini Ternando sedang menyelesaikan skripsinya. Semoga Ternando menyusul teman-temanya dari jurusan lain yang sudah  lulus.

Menawati Simamora (Agribisnis SU) / dokumentasi pribadi
Menawati Simamora (Agribisnis SU) / dokumentasi pribadi

Selain Ternando, ada lagi Menawati Simamora. Menawati Simamora dibawa mertua saya dari Sijarango 1 Kecamatan Pakkat, Humbahas, Sumatera Utara. Mertua saya ketika itu pulang kampung dan meyakinkan keluarga Menawati  Simamora bahwa ada menantunya yang bisa membuatnya kuliah gratis. Kini, Menawati bergulat dengan skripsinya denga topik pertanian berkelanjutan.  Awalnya, saya ragu Menawati bisa mengikuti perkuliahan. Metode pengajaran di SU sangat kreatif  dan dinamis. Saya melihat mahasiswa menikmati perkuliahan.

Mahasiswa seperti Ternando Situmeang, Menawati Simamora cukup banyak dari Sumatera Utara, ada pula dari Riau.  Awal cerita, diprioritaskan anak-anak Banten sebagai pertanggungjawaban moral untuk memajukan provinsi Banten. Sayang, tidak banyak masyarakat Banten memanfaatkan beasiswa ketika itu. Yohanes Surya sudah membuktikan bahwa anak-anak Indonesia berhak untuk cerdas. Dia memfasilitasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun