Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Cintaku untuk Dairi

4 Juli 2017   04:38 Diperbarui: 4 Juli 2017   08:38 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Berawal dari seorang teman yang bercita-cita ingin jadi Bupati. Dia mengajak saya diskusi secara kontinu. Bertemu dengan wartawan secara kontinu untuk menyuarakan apa saja dan bagaimana membangun Dairi hari esok. Kepada wartawan saya diperkenalkan menjadi ahli lingkungan.  Betul, saya mendalami ahli lingkungan secara serius. Menurut sang  calon Bupati,  kalau dia jadi Bupati saya akan dilibatkan menata Dairi agar kelak ramah lingkungan. Saya merasa tersanjung, karena itulah kerinduanku. Daerah dikelola dengan mengutamakan keadilan untuk  kesejahteraaan rakyat dan lingkungan hidup.

            Sang Calon Bupati kontinu bertanya dan meminta saya untuk menuliskan apa dan bagaimana Dairi ke depan. Tentu saja saya antusias untuk menjelaskan bahkan menuliskannya. Tulisan saya itu dibuatnya di medsos pribadinya. Saya merasa senang karena ilmu saya merasa dimanfaatkan. Merasa bermanfaat  bagi sesama menjadi kebanggaan bagi saya. Peretemuan diskusi demi diskusi saya hadir. Saya tidak pernah dibayar dengan apapun termasuk ongkos. Betul bahwa setiap pertemuan biaya konsumsi dibayar sang calon.

            Di siang hari,  saya mengeluh  kepada sang calon tentang sahabatnya anggota DPR yang rutin membuat turnamen bola tetapi diulur-ulur. Saya ceritakan banyak klub sepakbola termasuk klub saya  yang mendaftar turnamen tetapi selalu ditunda. Saya akan tanya nanti secara langsung katanya. Saya senang sekali.  Satu minggu kemudian, dia menelpon saya bahwa turnamen itu sudah pasti dimulai April 2017.

            Karena sudah pasti  dimulai di bulan  April, dia minta saya membuat klub baru yang membawa nama Dairi. Saya menolak, karena olahraga tidak boleh dibawa ke arena politik. Olah raga ya olah raga. Politik ya politik. Betul bahwa kebijakan olah raga menjadi ranah politik. Sebab menteri pemuda dan olah raga sepanjang sejarah kita adalah  politisi. Tidak ada yang salah dengan itu. Tetapi dalam konteks Pilkada, itu tidak tepat.

            Sang calon meyakinkan saya bahwa hal itu adalah  terpisah. Dalam konteks ini  saya membagun opini publik bahwa saya  peduli olah raga. Dan, saya memang peduli olah raga, katanya.  Nanti, kalau saya jadi Bupati saya akan memajukan sepakbola Dairi.  Argumentasi itu meyakinkan saya bahwa betul bahwa  dunia olah raga harus bergairah.  Lalu, kami sepakat untuk membuat tim baru  yang membawa nama Dairi dalam turnamen PSBI Cup tahun 2017.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
            Bagaimana dengan target di turnamen ini?.  Sang calon menjawab harus jadi juara. Kalau mau menjadi juara para pemain harus didatangkan dari berbagai daerah. Tentu saja memakan biaya yang cukup banyak karena turnamen selama 3 bulan. Turnamen yang panjang sekali. Biaya hidup para pemain cukup banyak.  Kami hitung secara detail biayanya dan sang calon mengiyakan.

            Setelah kami sepakati, saya bergerilya mencari para pemain. Para pemain saya utamakan putra Dairi. Bergerilya mencari pemain cukup melelahkan. Hingga saya menemukan pemain muda di Pangururan yang ketika itu masih kelas tiga SMA. Saya pikir untuk masa depan bola harus mengutamakan yang muda-muda.

            Ketika saya  selesai bergerilya mencari para pemain, semua nama itu saya daftarkan kepada panitia. Nama itu sebanyak 18 orang. Mereka 5 orang dari Sumatera Utara (Dairi) dan seorang dari Duri provinsi Riau. Sang calon membayar tiket 3 orang. Setelah itu tidak bisa saya ajak komunikasi lagi.

            Para pemain tinggal di rumah saya.  Tentu saja istri saya kaget. Siapa tamu kami dan untuk apa?.  Karena membawa pemuda 6 orang tinggal di rumah tentu saja mengubah suasana. Semua saya jelaskan. Istri saya meminta agar mereka dipulangkan saja karena  mengganggu pekerjaan saya selama tiga bulan. Sahabat dekat saya juga menyarankan agar mereka dipulangkan saja karena akan menyita waktu, uang, perasaan untuk mengikuti pertandingan demi pertandingan.

            Saya panik dan bertanya kepada para pemain bola itu.  Mereka bersemangat bertanding dengan menyadari kondisi yang ada.  Apapun yang terjadi, kita maju saja kata mereka. Saya terharu sekali. Kemudian, saya mendukung mereka. Sebab dalam pikiran saya, pertarungan ini menjaga nama baik Dairi.  Mendaftarkan nama Dairi dalam turnamen berarti  bertanggungjawab  menjaga nama baik Dairi. Atas pertimbangan itu saya putuskan untuk mengikuti pertandingan dengan motto, “ sampai maliklik (kulit terkelupas karena kerja keras, sportif dan jiwa petarung).

            Berkat motto itu, kami kompak.   Setiap bertanding kami satu persepsi untuk kerja keras, sebab kami bertanding membawa nama Dairi. Dairi penghasil kopi kesohor itu. Kopi Sidikalang namanya.  Dalam pertandingan ini, saya sedih ketika bawa nama Daerah kalah telak hingga skor 20-1 misalnya. Mengertikah mereka makna membawa nama daerah?. Itu sangat mempermalukan. Sepanjang pertandingan  di penyisihan kami tidak pernah kalah. Kami  menang 3-0  melawan Dairi FC,  2-1 melawan  Silindung, 8-1 melawan  Sipahutar, 1-1 melawan Dolok Sanggul, 4-1 melawan Laguboti. Di perempat final  menang atas Sumbul. Di Semifinal kami kalah tipis melawan juara Bintang Tobasa.  Atas semua pertandingan kami masuk semifinal. Di perebutan juara 3 pemain inti kami sudah masuk mess untuk liga dan akumulasi kartu. Wajar saja kami kalah dengan Muara. Semua kami terima dengan lapang dada.

            Dari semua proses yang amat panjang itu. Saya bersyukur sama para pemain yang amat rendah hati. Mereka mengerti makna mengapa harus menjaga nama baik Dairi.  Dari 24 tim kami masuk semifinal dengan keterbatasan yang luar biasa. Keterbatasan membuat kami kompas dan sehati sepikir di lapangan dan di luar lapangan. Kami bagikan keluarga yang sangat utuh. Saling memperhatikan.

 Terima kasih untuk para jagoan Dairi seperti Glen Tama Tambunan, Erpin Butarbutar, Dede Panjaitan, Dikhe Sihombing, Serasi Sitepu, Jhonni Nababan,  Rizki Siburian, Sianturi par Sidikalang, Beng Neno Tampubolon, Risman Sihotang, Pergono Sihotang, Moses Naipospos, Maruba Naipospos, Silvester Simbolon, Bryan Rajagukguk, Fauzi Purba, Ucok Lubis dan semua kawan kawan official. Betapa bangganya saya dengan kawan-kawan. Kita sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga nama baik Dairi di turnamen ini. Majulah kopi Sidikalang ke seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun