Bagaimana cara memulai agar budaya meneliti muncul dari anak-anak didik kita di wilayah Danau Toba?. Pertama sekali harus ada guru yang mampu mengarahkan anak-anak itu untuk meneliti dan menuliskannya secara sederhana. Dengan kata lain, pemerintah atau siapa saja elemen masyarakat atau swasta seperti PT Inalum melakukan pelatihan kepada guru-guru sains agar mereka mumpuni untuk mengarahkan siswa untuk meneliti. Setiap guru yang sudah mendapat pelatihan mencari siswa yang potensial untuk meneliti tentang masalah di masyarakat.
Kemudian dilakukan lomba karya ilmiah remaja. Program ini secara otomatis membangkitkan gairah anak-anak dipinggiran danau Toba untuk meneliti. Lama kelamaan meneliti akan menjadi budaya. Bisa dibayangkan jika anak-anak kita memiliki budaya meneliti hasilnya akan menakjubkan. Dengan demikian muncul ilmuwan-ilmuwan muda yang bisa menjawab persoalan masyarakat kita.
Paradigma selama ini yang disebut pintar jika mampu menghafal pelajaran perlu digeser menjadi memahami persoalan disekitarnya dan mampu untuk menjawabnya secara ilmiah.
Ironis sekali, jika Danau Toba yang begitu tersohor tidak muncul ilmuwan yang mendalami tentang persoalan danau. Di Dunia, kerusakan danau telah menjadi persoalan serius. Karena itu, persoalan danau Toba harus bisa dijawab oleh ilmuwan yang muncul dari wilayah Danau Toba. Saatnya Danau Toba kita manfaatkan jadi laboratorium anak didik untuk menjadi ilmuwan dunia.
Penulis adalah pengamat dan praktisi Lingkungan. Bekerja di Surya Research and Education Indonesia (SURE Indonesia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H