Di tengah-tengah gencarnya program reklamasi pantai di Indonesia dalam rangka pembangunan daerah melalui kerjamasa pihak pemerintah dan swasta, ternyata Kota Palu pun turut serta menjadi salah satu daerah yang melakukan praktek reklamasi itu. Walaupun terbilang reklamasi berskala kecil, namun hal itu juga menuai beragam kontroversi dalam masyarakat lokal.
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. (UU No. 27 Thn 2007).
Dalam rangka penyelenggaraan satu dekade Expo Sanggar Seni Kaktus (SSK) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tadulako (FISIP-Untad), isu reklamasi kini menjadi perhatian khusus yang mencengangkan. Sehingga dengan upaya memediasi kontroversi yang terjadi, pelaksanaan Expo SSK FISIP-Untad tahun ini, mengemas reklamasi dalam tema “Dua Sisi Berbeda”. Dengan menyuguhkan karya pertunjukan seni, seperti tari, musik tradisi-modern, puisi, teater dan sinematografi. Gelaran Expo SSK FISIP-Untad dilaksanakan pada 8 dan 11 Desember 2014. Pada hari pertama berlangsung di lokasi Reklamasi - Pantai Talise, dengan konsep acara yang terbuka. Sejumlah pertunjukan seni secara partisipatif disuguhkan oleh beberapa lembaga seni mahasiswa, komunitas, maupun ada juga yang perorangan sebagai tamu undangan.
Diawali dengan sejumlah sambutan, acara pun dimulai sekitar jam 8 malam. Beberapa pemaparan tentang reklamasi yang disampaikan banyak tersimpul kekhawatiran dari masyarakat terhadap praktek reklamasi. Kenyataanya, memang kegiatan reklamasi masih belum bisa memberikan jaminan apakah akan berdampak baik atau buruk kepada masyarakat lokal dan lokasi sekitar. Sehingga pada penyelenggaraan Expo SSK FISIP-Untad ini diharapkan bisa menggambaran prasangka terhadap reklamasi melalui suatu pertunjukan seni. Sementara itu, pertunjukan seni di malam itu dibuka oleh Sanggar Seni Lisember, dengan tarian Salonde, yaitu tarian tolak bala yang digunakan sebagai penyembuhan. Penampilannya pun disajikan secara orisinil tanpa imrovisasi tambahan. Kemudian dilanjutkan oleh puisi dari Komunitas Seni Lobo, lalu penampilan musik ekperimental Tradisi-Modern dari Salibow Ensemble, dan lanjut beberapa pertunjukan lainnya. Selain itu adapula aksi mural dari komunitas seni rupa, Serrupa, dan juga pertunjukan video dokumenter testimonial serta menampilkan puisi visual berjudul “Cerita Laut” oleh Neni Muhidin, seorang sastrawan Kota Palu, yang menceritakan tentang nostalgianya di tepi pantai bersama keluarga.
Sejumlah pertunjukan seni yang partisipatif pada malam itu telah mengundang antusiasme para penonton maupun masyarakat sekitar untuk memadati area reklamasi. Tanpa menentukan harga tiket masuk, gelaran Expo SSK FISIP-Untad hanya menawarkan tiket apresiatif kepada para penontonnya. Alhasil, terdapat 1.000 tiket yang dicetak dan hampir terjual seluruhnya dengan harga yang berbeda-beda. Pelaksanaan Expo SSK FISIP-Untad di malam pertama itu berlangsung hingga pukul 23.30 Wita, yang kemudian ditutup dengan pelepasan sejumlah lampion.
Hari Kedua Expo SSK FISIP-Untad Memasuki hari kedua (11/12), ialah puncak penyelenggaraan Expo SSK FISIP-Untad yang menyuguhkan karya pertunjukan seni seperti tari, musik, puisi, teater dan sinematografi. Berlangsung di area gedung Gelanggang Olah Seni (Golni), Taman Budaya. Acara baru saja dimulai pukul 8.40 Wita melalui pertunjukan yang dibuka oleh karya sinematorafi, sebuah film pendek berdurasi sekitar 2 menit, yang berjudul “Suara”. Di film tersebut menceritakan tentang desas-desus dalam masyarakat yang kerap melakukan resistensi terhadap beberapa kebijakan pemerintah. Yang pada akhirnya, sikap resistensi yang dilakukan masyarakat itu mulai memudar akibat ketidaktahanan idealisme dan kepasrahannya terhadap keadaan setempat.
Kemudian lanjut ke pertunjukan puisi yang diperankan oleh 5 orang sekaligus melalui perpaduan intonasi vokalnya sebagai ritme dalam menghasilkan padanan ekspresinya. Tak kalah pula setelah itu, pertunjukan musik intrumental yang memadukan alat tradisi-modern berhasil memuaskan telinga para penonton. Dan penampilan selanjutnya diisi oleh tari kreasi, dengan penggabungan antara tari tradisi dan kontemporer. Memasuki dipenghujung acara, sesi penampilan teater sebagai penutup pertunjukan seni pada malam itu. Dengan naskah yang menceritakan tentang dilema masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah reklamasi, telah membuahkan pertikaian antar warga bahkan di dalam keluarga yang pro-kontra terhadap program pemerintah dalam rangka melakukan reklamasi di tempat tinggal mereka. Diceritakan dalam pertunjukan tersebut bahwa masyarakat seketika dihadapkan dengan permasalahan program reklamasi dalam hal pemanfaatan lahan pekerjaan sebagai penghidupan. Dan warga setempat pun harus berpindah dari tempat tinggalnya, belum lagi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh reklamasi masih belum memiliki jaminan penghidupan yang layak terhadap warga maupun wilayah sekitar. Demikian penampilan teater sebagai penutup, yang berlangsung sekitar 30 menit telah usai pukul 23.00 Wita. Maka seluruh pertunjukan seni Expo SSK FISIP-Untad selesai pada malam itu. Terdapat
catatan menarik yang terlihat dari antusiasme penonton saat memadati kegiatan yang berlangsung di dua hari. Apresiasi dari masyarakat tampak sangat responsif terhadap karya-karya pertunjukan seni yang disuguhkan, khususnya dengan mengangkat permasalahan rekmalasi yang saat ini banyak diperbincangkan. Sehingga diharapkan melalui pertunjukan dalam Expo SSK FISIP-Untad masyarakat dapat membuka wacana secara luas dan turut berpartisipasi mengenali program pemerintah dalam rangka pembangunan daerah. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Catatan Selengkapnya