Bulan ini, aku adalah penonton yang kesepian. Disuguhkan makanan dari piring-piring pecah dan minuman dari gelas-gelas retak.Â
Terlalu banyak janji yang berserakan di mulutmu. Anyir kuhirup dari kejauhan, di sini, di tempurun kepalaku yang sebesar nuranimu, sebab mungkin telah bercampur dengan darahku.
Bulan ini, kau adalah aktor yang kegirangan. Memainkan peran sesuai skenario sang sutradara. Meskipun alur ceritanya mudah ditebak dan menjemukan.
Terlalu sering film itu kau hidangkan di mataku. Entah berapa banyak biji piala kau menangkan. Mungkin isi lemarimu telah penuh dengan penghargaan. Tapi tidak bagiku.
Bulan ini, kita adalah komentator yang pendiam. Tak ada teori yang benar kecuali pembenaran. Tak ada ada filosofi yang sahih kecuali versimu.
Bagimu, ini yang kau sebut kemajuan? Maaf, menurutku ini kemunduran bung.
Sinjai, 24 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H