Kita satu. Kita bukanlah bagian. Aku hanya berada di tempat yang satu dan kalian di tempat yang lain. Saling melengkapi.Â
Kita utuh. Kita bukanlah potongan. Aku sekedar berdiri di sisi yang satu dan kalian berdiri di sisi yang lain. Saling menyempurnakan.Â
Lalu, untuk apa benci hadir, untuk siapa?
Kita eka. Kita bukanlah penggalan. Aku cuma berpijak di serpihan yang satu dan kalian di serpihan yang lain. Saling mencukupkan.Â
Kita bulat. Kita bukanlah pecahan. Aku sekedar bertumpu di sudut yang satu dan kalian bertumpu di sudut yang lain. Saling menggenapkan.Â
Lantas, untuk apa dengki lahir, untuk siapa? Â
Kumohon, janganlah kita bercerai pada tujuan yang sama. Sebab, tanah ini masih milik kita. Bangsa ini punya kita. Jagalah ia sepenuh hati, rawat ia segenap jiwa.
Bukan untukku, pun bukan untukmu. Tapi, untuk anak cucu kita.
Sinjai, 22 Agustus 2020
Kutulis, 5 hari setelah dirgahayu bangsaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H