Pada cerita yang terberai fitnah, aku memungut beribu bahkan berjuta serpihan kisah. Sangka dan kira melumat tetes keringatku satu persatu, habis tak bersisa. Lalu didamparkannya bahagiaku di dasar laut ambigu.
Dan kau tak pernah tau, senyaris apa susahku di balik tembok dinding bangunan megahmu. Karena antara kita, hanyalah dibedakan dalam hal memandang waktu dan memaknai istilah.
Setelahnya, tatkala langkah kaki sama-sama mencapai garis yang telah lama menanti, aku dan kau adalah kepastian dan hakiki yang kembali.
Kemudian, kita hanyalah kenangan yang beterbangan tertiup angin yang memilih, antara kerinduan ataukah kebencian.
Sinjai, 22 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H