Seperti yang diungkapkan Tasya Kamila (salah seorang penyanyi cilik di era '90-an) melalui CNN Indonesia (24/06/2018). Tasya yang terkenal dengan lagu "Aku Anak Gembala" ini mengemukakan, ada 4 hal yang memicu kurang banyaknya lagu anak zaman sekarang, yaitu:
- Man (manusia), di mana saat ini sudah tidak banyak pencipta lagu yang berdedikasi seperti dulu.
- Method (metode), lagu anak tidak lagi memiliki ruang di televisi dan kurang mampu mengimbangi pesatnya era digital saat ini.
- Money (uang), jarang ada musisi yang mau memproduksi lagu anak lantaran pasar yang minim.
- Media, sekarang tidak ada yang menyuguhkan lagu anak. Saat ini kurang populer, lebih banyak lagu orang dewasa. Alih-alih menampilkan lagu atau acara anak, televisi kini lebih peduli bagaimana mengejar rating dengan menampilkan sinetron yang kurang mendidik.
Lain lagi yang dikatakan oleh Chikita Meidy yang juga merupakan penyanyi cilik seangkatan dengan Tasya. Menurut penyanyi yang mempopulerkan lagu "Kuku ku" ini, pembajakan karya, juga menjadi salah satu alasan mengapa lagu anak kian sedikit. Pembajakan sangat merugikan musisi dan pihak yang memproduksi lagu, karena karya merupakan sumber pendapatan mereka.
Menyikapi hal ini, seharusnya pemerintah segera menyadari untuk menggerakkan kembali roda industri musik anak-anak, dengan cara menggaet media elektronik khususnya stasiun televisi untuk mengadakan lomba dengan tema lagu anak-anak. Meskipun kita akui, ada beberapa stasiun televisi yang menayangkan program pencarian bakat untuk anak-anak, namun sepertinya hal ini tidak dilakukan sepenuh hati, sebab lagu-lagu yang diminta untuk dinyanyikan tetap lagu orang dewasa.
Hal inilah yang menyebabkan para pencipta lagu tidak tertarik dan kehilangan semangat untuk menciptakan lagu bertema anak-anak, sebab mereka tidak memiliki ruang dan wadah berekspresi. Padahal mereka sangat membutuhkan media untuk mengekspos karya-karyanya.Â
Di samping itu, dukungan pemerintah sangat minim dirasakan oleh pelaku dan penulis lagu, padahal dukungan ini sangat mereka perlukan untuk menjembatani mereka dengan pihak perbankan maupun non perbankan dalam hal kemudahan mengakses permodalan, sebab mesti diakui untuk melahirkan karya-karya bermutu pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
Seperti yang kita lihat dan ketahui bersama, bahwa di era tahun '60-an sampai '90-an, atmosfer lagu anak di masa itu sangat menjanjikan, sebab karya mereka (pelaku dan penulis lagu) bisa mendapatkan popularitas berkat dukungan penuh media khususnya stasiun televisi yang saat itu menjadi platform utama anak-anak dalam mendapatkan hiburan, sehingga tak bisa dipungkiri, lagu bertemakan anak-anak cukup mendapat tempat di hati pemirsa kala itu.
Sebut saja Soerjono atau biasa kita sebut Pak Kasur. Beliau merupakan pencipta lagu anak-anak di tahun '50-an sampai '60-an. Bersama dengan Sandiah (bu kasur), pak Kasur memandu acara Taman Indria di TVRI sebagai satu-satunya stasiun televisi saat itu. Kurang lebih 200 lagu anak-anak telah diciptakan oleh beliau. Lagu yang masih sering kita dengar dan nyanyikan sampai saat ini antara lain, lagu "Naik Delman", "Balonku", dan "Kebunku".Â
Pada tahun '60-an, kita mengenal A.T. Mahmud dengan lagu-lagu ciptaannya seperti "Pelangi-pelangi" dan "Anak Gembala". Lalu di tahun '90-an, ada Erwanda atau lebih dikenal dengan nama Papa T Bob dengan tembang andalannya "Bolo-bolo", "Jangan Marah", dan "Tanteku".
Mereka tidak lahir dan tercipta begitu saja, tapi saat itu mereka memiliki wadah dalam mengeluarkan karya-karyanya. Oleh karena itu, tidak berlebihan mungkin apabila saya sebagai penikmat musik sangat menginginkan hadirnya kembali program-program berkualitas bertema anak-anak di setiap stasiun televisi, sekaligus mengantisipasi kesulitan istri saya tatkala mencari kepingan CD tentang lagu anak-anak tatkala kami melakukan perjalanan.
Semoga pihak-pihak media utamanya stasiun telivisi dapat tergugah dan siap merubah mindset pemikiran mereka, bahwa mengejar rating bukan satu-satunya cara mengejar keuntungan, namun dengan pengelolaan program berkualitas yang dilakukan secara kreatif dan positif juga mampu menghasilkan uang lebih banyak.Â
Selain itu, stasiun televisi hadir di ruang publik pada dasarnya bukan hanya untuk menyuguhkan hiburan semata, tapi lebih dari itu mereka sejatinya menjadi salah satu pelopor pencerahan, salah satu sumber pendidikan utamanya bagi anak-anak di tengah kepungan arus informasi yang semakin cepat. Salam