Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Buruh - Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sepatu Baru untuk Fuad

7 Mei 2019   00:48 Diperbarui: 7 Mei 2019   01:30 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fuad, anak jagoanku/Dokpri

Dikaruniai dua orang anak adalah hal terindah dalam hidupku. Sang kakak namanya Fuad, umurnya baru 8 tahun, sedangkan yang adik kuberi nama Afifah, sekarang usianya telah menginjak 5 tahun. 

Mungkin faktor keseringan bergaul dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua, sehingga sang adik terbentuk sebagai pribadi yang superaktif. Selain itu, anak perempuanku ini cerewetnya minta amplop..eh minta ampun!. Hampir tak ada dalam kamus hidupnya yang dinamakan diam. Terus bergerak adalah hobbi faforitnya, selain selfi...hehehe.

Fuad dan adik cerewetnya/Dokpri
Fuad dan adik cerewetnya/Dokpri

Sedangkan sang kakak, lain lagi. Anak jagoanku ini, meskipun rada pendiam (kalau ada smart phone ditangannya), kurang bicara tapi kelewat usil. Saking usilnya, sehingga ibunya sendiri nyaris tiap hari kewalahan dibuatnya.

Sekarang, Fuad sudah duduk di bangku paling depan..eh, maksud saya dibangku kelas 2 Sekolah Dasar. Dengan usia 8 tahun, sebagai orang tua, kami (saya dan istri pastinya) berkeinginan untuk Ramadhan tahun ini, dia belajar berpuasa 1 hari penuh, sebab Ramadhan sebelumnya, anak laki-lakiku ini hanya mampu berpuasa setengah hari. 

Untuk merealisasikan keinginan itu, segala daya dan upaya kami lakukan, termasuk rayuan dalam bentuk janji kami ucapkan, dengan satu tujuan, Fuad mau berpuasa sehari penuh.

Alhasil, rayuan maut kami dia terima, dengan syarat tentunya. Dia siap berpuasa 6 hari penuh, asalkan sepatu baru bisa kami belikan untuknya. Tanpa pikir panjang, saya selaku kepala rumah tangga sekaligus penentu kebijakan mengiyakan. 

Ibunya yang notabene menteri keuangan sekaligus koordinator seksi pengadaan dan perlengkapan pun menyambut gembira, meskipun harus sedikit berkorban, keuangan dapurnya untuk sahur dan berbuka puasa agak terganggu, tapi demi loyalitas pada pimpinan serta bukti tanggung jawab pada anak, permintaan sang kakak ikhlas dia penuhi.

Jadilah MoU kesepatan ini, kami tandatangani bersama di atas kertas selembar bermaterai. Hal itu dibuktikan oleh sang kakak pada sahur pertama semalam di rumah neneknya. Dengan disaksikan langsung oleh sang nenek, tante, serta kami orang tuanya, Fuad bangun dengan semangat 45- nya untuk menjalankan janjinya. Diawali dengan niat sahur (dengan bimbingan ibu tersayangnya), anakku ini mulai menyantap hidangan di atas meja, dengan selera makan berapi-api, tanpa lupa minum air putih segelas, Fuad menutup sahurnya.

Jam delapan pagi, dia terbangun. Maklum hari pertama Ramadhan, anak sekolah diliburkan. Belum ada tanda-tanda dia ingat sarapan seperti hari biasanya. Jam sepuluh pagi, staminanya belumlah terkuras. Masih seperti kebiasaannya, seisi rumah dia usili, mulai dari saya, ibunya, adik cerewetnya, tante-tantenya, sampai neneknya pun dapat bagian.

Jam dua belas siang, jam dimana rasa lapar, haus, dan ngantuk berkumpul jadi satu (bagi yang berpuasa) berlalu begitu saja. Fuad masih sanggup bertahan, meskipun keusilannya kini bukan lagi pada orang di sekitarnya, tapi sudah menular ke puasanya. Mulai dari leher, pipi sampai wajahnya, dia basahi dengan air. Tak apalah, yang penting tidak membatalkan puasanya. Makruh bolehlah, namanya juga masih anak-anak.

Pukul 14.00 siang Wita, dengan wajah lesu, letih, loyo, Fuad memberi usul untuk merevisi perjanjian yang telah disepakati. Isinya, bagaimana kalau puasanya dicukupkan sampai jam dua saja, tapi reward berupa sepatu baru tetap kuberikan. Tentu saja, usulan sepihak ini tidak kuindahkan, perjanjian tetaplah perjanjian (harus istiqamah). Tapi sebagai pengayom pada masyarakatnya, saya tetap memberikan semangat berupa motivasi, bahwa sisa empat jam lagi dia bertahan, maka dia akan mengukir sejarah baru dalam hidupnya, berupa puasa satu hari penuh.

Meskipun dengan wajah yang kurang paham, Fuad terpaksa melanjutkan ibadahnya. Berbagai cara dia lakukan, agar empat jam tidaklah terasa. Tapi dia lupa, dengan berbagai aksi yang dibuatnya, sama saja dengan semakin menguras energinya. Puncaknya, pada pukul 17.00 sore, dengan sisa-sisa tenaga yang dia miliki, ditambah lagi wajah dehidrasi yang tak bisa disembunyikan, Fuad anak lelakiku, harapan terbesarku sebagai penggantiku kelak, salah satu nomitor penerima warisanku selain adik cerewetnya, menangis tersedu-sedu di depan tante dan neneknya karena kehausan. 

Sebagai nenek, tak tega melihat cucu pertamanya, cucu satu-satunya laki-laki (untuk sementara), cucu yang dia sayangi merengek dengan air mata bercucuran di pipinya memohon seteguk air. Maka ditawarilah Fuad gelas yang berisi air putih sebagai penghilang dahaganya.

Disinilah iman yang bicara..cie..cie. Fuad, dengan muka hausnya karena dehidrasi bimbang, antara menerima suap berupa air putih segelas dari sang nenek, atau tetap bertahan melanjutkan puasanya yang tinggal sebentar.

Alhamdulillah, Fuad meskipun dengan air mata yang belum kering di pipinya, menolak skandal ini. Dia takut untuk membatalkan puasanya, apakah karena takut sama Allah SWT, atau takut sama perjanjian yang telah kami sepakati, mengambil keputusan brillian untuk tetap berpuasa, walaupun tenaganya hampir habis.

Dan, apa yang kami cita-citakan berdua untuk Ramadhan tahun ini Alhamdulillah tercapai. Lewat Fuad, anak jagoanku itu yang mewujudkannya. Dia menjalankan ibadah puasanya satu hari penuh.

Meskipun belum sempurna tapi harus kuakui, dengan niat dan perjuangan yang luar biasa dalam menahan hawa nafsunya, terutama persoalan haus, puasa hari pertamanya berhasil dia lalui. 

Selamat nak, kau telah berhasil mengukir sejarah dalam hidupmu. Kutitip kunci rumah..eh, ucapan bangga dari kami berdua (etta dan mama), kami bersyukur memilikimu. Lima hari lagi puasamu kami tunggu, kalau itu mampu kau lakukan, sepatu baru impianmu bukanlah hal sulit bagi kami. Sekali lagi, selamat nak.

Sinjai, 6 Mei 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun