Mohon tunggu...
Guntur Cahyono
Guntur Cahyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Belajar untuk menjadi baik. email : guntur_elfikri@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Panen Tanpa Perayaan dan Bantuan Traktor

23 Maret 2015   08:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:15 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hamparan padi nan luas siap dipanen (fotoku DW)

Padi itu telah menguning dihiasi senyum sumringah para petani. Itu tandanya hari panen telah tiba. Setelah menanam dan merawat beberapa bulan hari yang ditunggu telah datang.

Daerah ini sawah-sawah begitu indah dengan hamparan tanaman padi yang luas. Walaupun hanya sawah tadah hujan tetapi petani tak patah arang untuk menghasilkan tanaman berkwalitas. Paling tidak untuk memenuhi kebutuhan dapurnya sendiri selama masa panen dan habisnya masa tanam.

Bagi petani disini panen menjadi hal istimewa karena masa panen hanya bisa dilakukan 2 kali dalam setahun. Selebihnya sawah atau lading tak mampu ditanami lagi karena kekeringan atau kemarau. Jika sudah masa kemarau, jangankan menanam padi atau tanaman yang lain, untuk memenuhi air kebutuhan sehari-hari saja tidak mampu.

1427072068712129192
1427072068712129192
Hasil panen siap diangkut untuk dibawa ke rumah (fotoku DW)

Tanahnya akan kering dan tandus sehingga membentuk lubang-lubang. Petanipun harus rela tidak menggarap sawahnya dan akan meninggalkan kampung halaman untuk buruh di kota dalam menyambung hidup. Ada beberapa menjadi buruh bangunan atau tenaga serabutan yang lain. Hal terpenting adalah menghasilkan uang.

Namun, saat musim hujan telah tiba masyarakat akan pulang kampung untuk menggarap sawahnya sampai dengan waktu panen tiba. Itulah kondisi yang terjadi di salah satu pedesaan di kab. Wonogiri bagian selatan. Daerah ini terkenal dengan kurang bersahabatnya air jika musim kemarau.

14270721301261246997
14270721301261246997
Padi dipikul selanjutnya akan dimasukkan ke truk (fotoku DW)

Beberapa hari lalu saya sempat berkunjung ke daerah ini dimana para petani begitu antusias saat panen padi. Tanpa perayaan, tanpa acara seremoni atau bagi-bagi traktor yang kata anak sekarang pada di PHP panenpun dilakukan penuh suka cita.

14270721991713559873
14270721991713559873
Menata padi yang akan diangkut (fotoku DW)

Walaupun sebenarnya dari berbagai obrolan masyarakat alangkah bahagianya jika mendapatkan bantuan itu sehingga biaya menjadi terbantu untuk mewujudkan swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.

Nampaknya mereka tidak terlalu peduli juga dengan janji-janji pemerintah tentang ini dan itu. Karena merasa tidak ada yang perlu meminta-minta atau berharap terhadap penguasa yang sok dermawan kala pemilu datang.

Dengan kontur jalan berbatu dan susahnya sinyal buat internetan mereka tak terlalu berpikir tentang informasi diluaran sana yang penuh hiruk pikuk makin tak jelas. Memenuhi urusan perut lapar adalah hal terpenting bagi mereka. Tidak ada motivasi yang lain kecuali hal itu.

1427072260679547549
1427072260679547549
Akting sejenak ditengah sawah (fotoku DW)

Mereka para petani menjual sebagian hasil panennya kepada tengkulak. Harga gabah mencapai Rp. 4.300,-. Sebagaian yang lain untuk di simpan atau dijadikan beras untuk makan sehari-hari. Sedangkan sayur mayur mereka cukup menanam diladang rumah. Benar-benar penduduk disini mandiri.

1427072325439781661
1427072325439781661
Merontokkan padi dengan alat tradisional disebut ojek padi (fotoku DW)

Sifat manja dan berharap bantuan pemerintah bukan budaya mereka. Budaya mereka adalah budaya pekerja keras tak kenal lelah. Sifat gotong royongpun sangat dijunjung tinggi dikampung ini. Mereka para buruh tani tidak perlu dibayar uang tetapi diantara mereka saling membantu dan bergantian untuk menyelesaikan pekerjaan disawah. Yang mendapat giliran hanya menyiapkan beberapa makanan serta minuman pelepas lelah.

14270723922041810117
14270723922041810117
Mbah tua ini tak peduli dengan cuaca panas untuk menjemur gabah (fotoku DW)

Itulah kehidupan sederhana yang tanpak dari petani di daerah pesisir Wonogiri bagian selatan panen tanpa perayaan dan tanpa bantuan traktor pak presiden. Semoga mereka senantiasa diberi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia.

14270724555370710
14270724555370710
Tak lupa menyiapkan benih padi untuk masa tanam selanjutnya (fotoku DW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun