Mohon tunggu...
Guntur Cahyono
Guntur Cahyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Belajar untuk menjadi baik. email : guntur_elfikri@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Terimakasih BPJS

25 Juli 2014   13:54 Diperbarui: 4 April 2017   17:09 8068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_349626" align="aligncenter" width="591" caption="www.loveindonesia.com"][/caption]

Keluarga saya adalah salah satu dari peserta Asuransi Kesehatan ASKES, karena kebetulan dari jajaran PNS. Tentu saja hanya mengikuti alur saja, biasanya jika PNS adalah menjadi peserta ASKES. Sama seperti saat saya kecil jika periksa ke Puskesmas gratis, bapak saya yang PNS setiap periksa selalu memakai HI (semacam Askes) untuk mendaftar di loket Puskesmas sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya.

Singkat cerita, pada hari sabtu tanggal 19 Juli 2014 lalu kami berniat mengkhitankan anak pertama. Semua rencana telah disusun. Mulai pagi hari kami mendaftar dan diminta datang j  jam 9 malam untuk datang. Karena kebetulan tukang khitannya adalah teman saya sendiri.

Malampun tiba, hingga akhirnya segala persiapan di kamar khitan telah siap dan akan eksekusi. Namun, juru khitan tiba-tiba memanggil kami kalau anakku tidak bisa di khitan karena ada sedikit kelainan yang di sebut Web Penis. Dimana jaringan kulit kelamin melebar. Kelainan ini akan mengakibatkan ereksi tidak maksimal karena jaringan kulit menarik bagian penis sehingga penis tidak bisa lurus saat ereksi.

Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit tetapi sebagai orang tua kami merasa sedih. Jalan satu-satunya yang selama ini terjadi maka harus melalui jalan bedah (operasi). Biaya operasi tentu sangat mahal. Sebagai orang tua berapapun uang yang harus dikeluarkan tentu tidak masalah asal putra kami menjadi sehat.

Senin pagi tanggal 21 Juli 2014 kami pun datang ke poliklinik salah satu rumah sakit islam terbesar di kota Solo untuk melakukan konsultasi dengan dokter spesialis bedah urologi. Benar saja, anak kami harus menjalani operasi untuk mengatasi kelainannya. Sesuai dengan kebiasaan jika berobat, setiap berobat saya membawa surat rujukan dari Puskesmas tempat saya tinggal untuk mendapatkan keringanan biaya melalui kartu Askes.

Setelah konsultasi, saya menuju loket pembayaran untuk membayar biaya tetapi saat itu saya tidak membayar dari biaya konsultasi sebesar Rp. 75.000,-. Kami hanya tanda tangan. Beda saat masih bernama Askes setiap biaya dokter di Rumah Sakit swasta ini hanya mendapat potongan biaya Rp. 10.000,-. Jadi jika biaya dokter 75.000 maka akan membayar 65.000. Setelah bernama BPJS biaya gratis kami dapatkan. Hati kami begitu lega.

Setelah itu kami pulang dan datang ke rumah sakit malam harinya untuk masuk ruang IGD dan pesan kamar inap. Tepat jam 7 malam kamipun datang kerumah sakit lagi untuk persiapan operasi. Seperti biasa, kamipun mendaftar di loket pendaftaran IGD dengan membawa foto kopi kartu Askes, FC surat rujukan puskesmas, foto kopi KTP PNS. Semua proses pendaftaran selesai.

Kamipun mulai khawatir, karena sesuai hak kami sebagai PNS mendapat perawat di kelas nomor 1. Namun, peraturan pihak rumah sakit swasta jika rawat inap kasus bedah harus naik satu tingkat menjadi kelas  VIP dengan biaya kamar permalam 400 ribu. Kamipun  sebenarnya tambah khawatir khususnya masalah biaya karena masuk kelas VIP.

Sebenarnya ada peraturan lain yang dijelaskan kepada kami mengapa harus naik satu tingkat tetapi saat itu a kami hanya mengiyakan dan tidak mempedulikan. Buat kami kesehatan anak adalah paling penting dari uang yang banyak.

Dokterpun menyarankan jika ingin biaya gratis melalui kartu Askes saya akan dirujuk ke rumah sakit berplat merah tetapi kami tidak mau. Karena pengalaman kawan kami yang harus menjalani operasi antri urutan sampai 3 hari lamanya ketika teman saya sakit usus buntu. Kamipun putuskan operasi di rumah sakit swasta saja.

Sebelum operasi kami harus melakukan tanda tangan persetujuan tentang penggunan obat bius dan seterusnya. Selanjutnya tanda tangan tentang biaya khusus operasi yang akan dibebankan kepada kami dimana kurang lebih Rp. 12.500.000,-. Kamipun agak tertegun melihat angka itu. Besar sekali biaya itu. Padahalah saya cuma memiliki uang seperempatnya. Biar sajalah pikirku, dijalani dulu masalah biaya menurut kami urusan esok hari kalau sudah mau pulang.

Akhirnya Selasa, 22 Juli 2014 tepat jam 6 pagi anak kami menjalani operasi selama kurang lebih 30 menit. Setelah urutan operasi selesai anak kami pun bisa kembali kekamar, setelah dokter bedahnya menyampaikan operasi sukses dan sorenya kami bisa pulang. Jadi saya hanya punya waktu beberapa jam untuk mencari biaya itu dan entah dari mana.

Menjelang siang kami bertanya kepada perawat bangsal berapa habisnya biaya yang menjadi tanggungan kami. Perawat memperlihatkan layar monitor jika biaya sampai siang itu sebesar Rp. 7.500.000,-. Sedikit agak lega karena biaya operasi hanya 6 juta dari tanda tangan saya yang 12,5 juta.

Kamipun memastikan jika biaya itu belum mendapat potongan dari Askes. Rejeki itu luar biasa, ibarat kata tak lari gunung dikejar, karena kakak saya menawari pinjaman jika nanti biaya belum lunas. Kamipun semakin lega dan kuat menjalani ini.

Setelah jam 4 sore kami dipersilahkan untuk melunasi biaya dan bisa pulang. Sesegara mungkin kami menuju kasir dari lantai 5 kamar kami ke lantai 1. Sesampainya dikasir biaya yang dibebankan kepada kami bertambah menjadi Rp. 7.800.000,- karena ada obat-obatan yang harus dibawa pulang.

Namun, kemudian kasir rumah sakit berkata "biaya SELISIH yang harus ditanggung pengguna BPJS bapak Rp.385.000,-. Kamipun kaget dan minta diulang berapa biaya yang harus saya bayar sampai tiga kali karena tidak percaya. Hati kamipun sangat gembira dan hampir air mata ini menetes mengetahui potongan biaya yang begitu banyak. Sehingga saya tidak perlu hutang untuk menanggung biaya rumah sakit berkat BPJS.

Saat masih bernama ASKES setiap keluarga kami rawat inap di rumah sakit swasta ini biaya yang dipotong paling hanya 25% sehingga yang 75% menjadi tanggungan pasien. Nampaknya sekarang lain cerita dan itulah yang kami alami menjelang akhir puasa, sungguh THR yang luar biasa. Sekali lagi terimakasih dan Alhamdulillah sekarang anak kami sudah sembuh dan sudah kering jahitan operasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun