Mohon tunggu...
Guntur Saragih
Guntur Saragih Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang yang bermimpi menjadi Guru, bukan sekedar Dosen atau Trainer.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Timnas Kalah lagi, Kalah lagi

21 Maret 2017   20:42 Diperbarui: 21 Maret 2017   20:58 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil laga Timnas U-22 kalah dengan Myanmar dengan skor 1-3 cukup menyakitkan. Meskipun bertajuk laga persahabatan, kekalahan ini cukup mengkhawatirkan karena tidak hanya dalam skor, dalam kualitas bermain juga kalah kelas. Belum jelas konsep bermain pelatih timnas (Luis Milla) dengan apa yang diterapkan dalam permainan. 

Kekalahan ini semakin menyakitkan karena daya juang pemain tidak didukung oleh fisik pemain. Jika tidak ada perubahan radikal kekalahan jni akan semakin sering kita rasakan.

Luis Milla Bukan Malaikat

Dalam beberala bulan, publik diberikan angin surga dengan kedatangan Pelatih Anyar dari Spanyol yang telah mumpuni melatih timnas junior Spanyol. Ekspektasi tinggi ini kerap terjadi, kerapkali cara berpikir pragmatis mewarnai. Milla dibebankan juara tim Sea Games dan Piala Usia Junior. 

Luis Milla bukanlah Malaikat, karenanya kekalahan 1-3, melainkan konsep bermain Milla yang tidak terlihat dalam permainan. Garuda muda bermain seperti biasa, tak jelas apakah pelatih Milla yang membesut. Permainan tiki taka tak terlihat. Bola-bola panjang masih kerap. Kemampuan bermain bola pendek masih sangat jauh. Kualitas passing yang memperihatinkan. 

Saya berharap Mila tidak dihakimi dengan cepat. Skor dalam pertandingan persahabatan bukan lah segala-galanya. Kualitas kesesuaian permainan yang paljng penting. Tidak penting menang, jika konsep bermain masih belum terjadi.

Sabar dan Ikhlas

Kebiasaan berpikir pragmatis harus segera dibuang. Kekalahan akan menjadi kekalahan jika hanya secara terus menerus saling menyalahkan. Kekalahan sebenarnya terletak pada ketidakmampuan menerima keadaan yang sebenarnya. 

Kekalahan berikutnya pasti  terjadi, saat semuanya hanya sibuk dengan skor, kita lupa langkah berikutnya harus ngapain. Ke depan, pemain timnas dapat bermain reguler di liga atau tidak. Mereka dapat perlindungan dari bully publik. Apakah liga nasional dapat berjalan dengan normal atau tidak, sportif? 

Kekalahan tidak perlu panik, tidak perlu obral naturalisasi, tidak perlu evaluasi kontrak Milla, tidak perlu banyak komentar. Yang dibutuhkan kesabaran dan ikhlas. Yang dibutuhkan rasa tanggung jawab bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun