Mohon tunggu...
Guntur Saragih
Guntur Saragih Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang yang bermimpi menjadi Guru, bukan sekedar Dosen atau Trainer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Presiden Jokowi di Barisan Sholat Jumat Monas 2 Desember

1 Desember 2016   15:03 Diperbarui: 1 Desember 2016   15:05 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini pak Jokowi yang kita kenal adalah sosok yang menampilkan kesederhanaan, kebersamaan,  keakraban dengan masyarakat. Pak Jokowi rela berpanas-panas ria masuk geng keluar gang. Pak Jokowi mau makan bersama warganya di tempat warga berada. Pada tahun 2016, Pak  Jokowi membuat tradisi baru untuk sholat Ied tidak di Jakarta melainkan di Aceh. Hal ini semakin memperkuat bahwa Presiden Jokowi merupakan orang yang tidak begitu kaku.

Sholat Jumat di komplek Monas juga merupakan hal yang berbeda  dengan yang selama ini dilakukan di mesjid. Pelaksanaannya tergolong istimewa karena melibatkan ratusan ribu orang dalam waktu dan tempat yang sama. Selain itu, partisipasi jemaah yang mengikuti sholat  bukan hanya sebatas warga Jakarta dan sekitarnya, melainkan dari berbagai provinsi baik di pulau Jawa maupun luar pulau Jawa.

Jika pak Jokowi ikut sholat bersama, maka hal tersebut dapat dimaknai dengan berbagai hal. Meskipun demikian, sikap yang mendukung pastinya jauh lebih banyak. Suka tidak suka, Presiden Jokowi adalah pemimpin di negara dengan jumlah muslim terbesar. Suka tidak suka orang yang hadir di Monas 2 Desember adalah rakyat yang mengharapkan pemimpinnya hadir dalam upaya menegakkan keadilan. Terakhir suka tidak suka jumlah massa yang hadir sangat luar biasa besarnya, melebihi jumlah pendemo saat pemerintahan Mubarak di Mesir jatuh, melebihi saat demo 1998 atau 1966.  Artinya, jika Pak Jokowi hadir, maka isu yang mempertentangkan presiden dengan massa pendemo menjadi buyar.

Model penanganan demo yang bersifat defensif dan represif telah ketinggalan zaman. Lihat sja bagaimana Kapolri dapat bernegosiasi pendemo untuk tidak menjalankan aksinya di jalan, melainkan di Monas. Lihat bagaimana polisi akhirnya mendukung bus untuk mengangkut para pendemo. Bagaimana polisi menerjunkan pasukan asmaul husna untuk mengkondisikan rasa damai dalam panas terik yang dialami di saat demo 4 November. Pendemo merupakan mekanisme dalam demokrasi dalam hal unjuk rasa. Rasa yang ditunjukkan seyogianya dibalas dengan rasa yang sama dalamnya. Pendemo 4 November telah menunjukkan esensi unjuk rasa melalui ekspresi yang luar biasa damai.

Pak Jokowi tidak perlu defensif apalagi melakukan aksi menghilang diri saat demo 4 November. Pilihan pendemo di Monas menunjukkan harapan agar simbol yang merupakan simbol negara dapat direspon langsung oleh kepala negara. Dibandingkan dengan safari silaturahmi dengan berbagai perwakilan agama, maka lebih baik Pak Jokowi menyempatkan diri berbaur bersama dengan peserta demo.

 Demo ini nantinya pasti diliput oleh media nasional maupun media asing, kehadiran Pak Jokowi akan memberikan sinyal bahwa pendemo tidak terkait dengan makar, pak Jokowi tidak terkait dengan pelindung Ahok, karena  pak Jokowi lebih suka melindungi warganya. Selain itu, andai kondisi terpahit sistem hukum kita tidak menjalankan proses hukum Ahok tidak sesuai dengan pendemo, maka Pak Jokowi dapat berkata, saya juga bersama dengan Anda (pendemo) untuk merasakan bagaimana keyakinan dan kehormatan terganggu, jadi Saya tidak mungkin melindungi dengan memerintahkan anak buahnya.

Saat besok terjadi, Pak Jokowi akan dikenang dengan pemimpin yang tidak hanya getol blusukan ke rumah warga, tetapi juga ke tempat kumpulan warga. Pak Jokowi bukan hanya jago meredam amarah dan justru menjadi simpati saat memindahkan pasar di Solo. Saatnya Pak Jokowi kembali seperti yang dulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun