Memori pasca proklamasi yang kurang mendapatkan tempat dapat berakibat orientasi kenegaraan hanya sekedar mencapai kemerdekaan secara formal yang terjadi di 17 Agustus 1945. Akibatnya, Â kita lupa akan bahaya yang terus menerus merongrong. Kita lupa bahwa negeri Belanda masih terus tidak ikhlas menerima kemerdekaan kita, kita tidka boleh lupa negeri-negeri lain, atau musuh-musuh di dalam negeri masih bisa hidup dan kembali menjadikan kita sebagai negeri jajahannya.
Suara lantang Bung Tomo, seyogianya tidak kalah dengan suara khidmat Bung Karno membacakan Proklamasi. Semoga besok ada film atau drama musikal yang dapat memberikan penyegaran memori heroik 10 November. Semoga suasana surabaya dapat kita hidupkan, agar perayaan hari pahlawan dapat dirayakan dengan konteks 10 November.
Semoga Presiden Jokowi dapat menciptakan apresiasi hari pahlawan nasional dengan menghadirkan 10 Novembernya, semoga peristiwa heroik Indonesia mengalahkan sekutu (bukan hanya Belanda) dapat memberikan inspirasi kepada kita betapa kuatnya Indonesia di hari tersebut, kita tidak lagi hanya mampy bertarung dengan negeri penjajah Belanda, tetapi dengan komplotan sekutu, kita tidak lagi hanya mengenang melepaskan diri dari penjajah, namun kita juga mampu melawan kompolotan penjajah antar negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H