Mohon tunggu...
Gunawan Mahananto
Gunawan Mahananto Mohon Tunggu... Freelancer - Ordinary people with extraordinary loves

From Makassar with love

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Tepi Jurang, Di Ujung Tanduk.

15 Januari 2021   19:00 Diperbarui: 15 Januari 2021   19:04 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin tanpa sengaja bertemu sobat lama di jalan.

Perawakan badannya tinggi kurus  menjulang,jadi gampang terlihat. Wajahnya tampan ,berkulit kuning.
Pernah menikah ,tapi cerai karena terpisah jarak.

Tapi yang serem , dia jalan kaki sliweran tanpa masker.

Setelah bertegur sapa dan basa basi. Saya tanya kenapa nggak pakai masker.

Jawabnya santai , " Untuk apa ? " Katanya ,balik bertanya.

Kamu nggak takut kena Corona ? Tanyaku lagi.

Jawabnya sungguh memilukan.

Katanya " Saya nggak takut dan nggak mikir virus corona !

Lalu ngoceh panjang lebar.

Kesimpulan ku awal ,  temanku ini tidak setuju pembatasan sosial.

"Pembatasan sosial  itu pada akhirnya cuma membuat lebih sengsara diri kita", katanya.

Dia jelaskan rinci , meski tidak di PHK . Gaji yang dia terima , sejak berlaku  pembatasan sosial , sebagai bartender resto ,  sebulan cuma seperempatnya. Artinya kalau gaji awal nya 2 juta. Dia terima sekarang sekitar 500 ribu.
Itu karena omzet resto nya menurun sangat drastis.
Bos restonya pun ,tidak bisa berbuat apa apa.
Hari hari Koko cuma menghitung rugi.

Bantuan sosial pun yang dia terima dari pemerintah terasa kurang. Meski bisa untuk perpanjang survivalnya.

Penasaran saya tanya , sejak awal pandemi , nggak pakai masker , emang nggak pernah sakit ?

Jawabnya tegas " Bro ..yang bikin sakit itu  pikiran .
Kita stress ya itu bisa sakit dan tewas.
 Stress berat ya sakit berat.

"Kalaupun gue pernah sakit kepala , pegel pegel , encok , demam itu karena duit gue habis .
Bukan Corona !.

"Gue stress lah ,  nggak ada lagi  duit  untuk makan di warteg dekat kantor  pos yang per porsi bisa budget  6 ribu aja ! Tutupnya.

Sambil menatap kosong wajah temanku ngoceh , lewat orang gila .  Tanpa masker dan baju . Cuma bercelana pendek.
Tapi terlihat tubuhnya bugar.
Bahkan orang gila itu sekali kali tersenyum sendiri.

Entah apa di benak orang gila itu.

Mungkin dia tersenyum  melihat orang waras semua stress.

Kelak semua akan jadi

sehat jasmani , rusak jiwa seperti dia.

Lalu ..

Semua rusak jasmani ,rusak jiwa.

Lalu punah sama sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun