Mohon tunggu...
Gunawan Mahananto
Gunawan Mahananto Mohon Tunggu... Freelancer - Ordinary people with extraordinary loves

From Makassar with love

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menanti Nasib Sang "Penghianat Negara"

29 September 2019   11:02 Diperbarui: 29 September 2019   12:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : The Guardian


Saat ini bergulir proses penggulingan Presiden secara konstitusional di Amerika.

Donald Trump dikatakan penghianat negara karena dianggap menggunakan kapasitas dan fasilitas sebagai presiden . Trump telepon  Presiden Ukraina , cari tahu hal negatif dari capres 2020 dari partai  Demokrat Joe Biden yang punya kontrak bisnis di Ukraina. Joe Biden adalah calon terkuat dari partai Demokrat untuk menantang Trump.

Ternyata , pembicaraan sangat rahasia dan aman dari kedua kepala negara bocor-cor.

Bagi Trump ,semakin banyak tahu borok calon lawannya di pilpres nanti ,akan memudahkan untuk jadi senjata  mematikan saat kampanye pilpres 2020. Itulah yang membuat dia selalu menang selama ini.  

Akan banyak debat dan adu aturan hukum yang berhubungan dengan masalah impeachment kali ini.  

Dari pihak pro Trump ,anggap ini konyol. Cuma bocoran sebagian trankrip telepon saja bisa usir presiden dari gedung putih. Mereka anggap ini hoax dan buang waktu saja. Juga langgar hak kerahasian seorang presiden dalam jalankan urusan kenegaraan.

Sebaliknya ,pihak anti Trump anggap kelakuan Trump sudah kelewat batas. Trump dengan fasilitas dan kapasitas nya , sudah belagak seolah  jadi " Bos besar" perusahaan yang tekan orang lain untuk ikuti kepentingan pribadinya ,yaitu untuk rencana pilpres keduanya di 2020.

Kejadian diatas adalah bukti strategi saling menjatuhkan lawan politik adalah terus terjadi. Bukan berlomba menjual keberhasilan ,tapi berlomba  mengorek borok lawannya. Semakin banyak borok terkuak semakin tipis peluang sang lawan untuk bisa menang.

Ada juga hal penting yang berkaitan dengan kondisi di negara kita. Sadapan dan penghianat negara.  

Betapa hasil sadapan itu bisa " mengganggu " bagi jalannya pemerintahan. Makanya ,ada pihak yang getol upayakan ,bahwa  sistem penyadapan ,harus ada sistem kontrol. Tidak ada lembaga  yang boleh punya full power dalam hal menyadap.

Hal lain adalah Trump di sana di olok sebagai "penghianat negara".   Disini DPR nya diolok "Penghianat rakyat".
Inilah  seninya demokrasi . Adu otak , moral dan ide.  Bukan demokrasi murahan yang kedepan kan anarki dan rusuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun