Kalau dipikir sungguh-sungguh, ternyata saya, Anda dan kita semua itu sering menyerobot hak orang lain. Lebih hebatnya lagi, bahkan kita sering "menyerobot" hak Tuhan, alamaakk....!
Di sepanjang jalan, sudah biasa kita melihat pemakai jalan menyerobot hak orang lain. Mereka dengan leluasanya memacu kendaraan (sepeda motor) lewat jalur yang bukan semestinya. Ada yang ambil jalur kanan, ada yang baik trotoar, menerobos lampur merah, dll, yang semuanya itu adalah hak orang lain yang dirampasnya. Jika terjadi kelecakaan akibat ulahnya, mereka tidak mau disalahkan dan maunya minta haknya sebagai korban... Aneh!
Padahal, cara mudah memberi kontribusi pada bangsa dan agama yang MUDAH & MERIAH adalah sikap kita di jalanan. Seorang muslim misalnya, diajarkan untuk mengambil duri/paku di jalan. Tidak perlu jadi USTADZ, belajar di pesantren tahunan lamanya... cukup beri teladan yang baik di jalan, KITA bisa melakukan keteladanan yang positif, bahkan tak tertutup syiar agama. Betapa tidak?
Bayangkan ketika bulan Ramadhan, semua pada buru-buru pulang cepat sampai rumah. Sampai-sampai dijalan semua pada ngebut dan tidak mempedulikan rambu-rambu lalulintas. Saya pun pernah mendengar orang berkomentar "Mau.. buka di rumah sih baik saja, tapi kalau saat di jalan menuju rumah seperti ini (ngebut dan melanggar rambu).. tentu kan tidak baik jadinya...." Apalagi jika di kendaraannya ada atribut agama.
Itulah yang saya maksud bahwa tindakan kita di jalan pun bisa memberi kontribusi positif, dan berlaku sebaliknya, kepada pribadi, keluarga, bahkan agama kita. Memberi jalan kepada pejalan kaki, atau kendaraan orang lain, tidak berebut jalan, salip sana, salip sini. Sabar ketika ada dalam kemacetan, TIdak main klakson yang membisingkan orang lain. Berbuat baik di jalan banyak caranya, dan berbuat baik itu banyak manfaatnya!
Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Jika seorang berbuat baik dlm Islamnya maka tiap kebaikan yg diamalkannya dicatat 10 kali lipat shg 7 ratus, dan tiap dosa yang dilakukannya hanya dicatat satu. (Bukhari, Muslim).
Di lingkungan kita, kita sudah terbiasa menghakimi orang lain. Orang yang bersalah, katakan orang maling jemuran hanya untuk membeli sebungkus nasi, yang mestinya adalah "hak" penegak hukum untuk menghukumnya... eh ini orang-orang menyerobot hak itu dan memilih untuk menghukum sendiri dengan hukuman yang lebih sadis daripada perbuatan orang tersebut. Aneh bukan?
Saat ada teman mulai mendatangi mushola untuk pertama kali, karena ingin berjamaah, eh... ada yang nyeletuk.. "Alaah.. paling juga 1-2 hari aja, habis itu juga malas lagi sholatnya...." Naudzubillah... kok kita jadi beghibah?? Bukannya lebih baik mendoakan agar dia bisa seterusnya datang ke masjid?
Atau ketika banyak artis dan anggota masyarakat lainnya, berusaha tampil lebih religius dengan menggunakan busana muslim/muslimah, ada saja yang mencela dan mencibir! .... Bukahkah alangkah baiknya kita mendoakan agar seterusnya dia mendapatkan hidayah dari Tuhan?
Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan hamba beriman utk slalu mendoakan kebaikan orang lain.
“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu & bagi (dosa) kaum mukminin, baik laki2 maupun perempuan “ (QS Muhammad:19).
“Wahai Rabb kami, ampunilah aku & kedua orang tuaku & segenap orang2 yg beriman pd hari terjadinya hisab (kiamat)” (QS Ibrahim:41)
Bukankah, niat mereka itu adalah baik dan positif? Kalaupun tidak seperti itu, bukankah yang berhak menilai adalah Allah (Tuhan) sendiri atas niat orang tersebut... Lalu, apa hak kita, sebagai sesama makhluknya memberi nilai..?? Aneh bukan?
{ ….dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…. } al-Hujurat : 12
Sudah jelas, bahwa apa pun yang terjadi kepada sesama manusia, kita diwajibkan untuk nasihat-menasihati di dalam kebenaran dan kesabaran. Bukan saling mencibir, menghina, menertawakan, atau berghibah... Apa hak kita melakukan hal-hal itu terhadap makhluk ciptaan Yang Kuasa?
Kita semua menjalani takdir Allah SWT. Jangan sampai kita menertawakan atau mengejek (nasib) apa yang dialami oleh sesama kita yang notabene sedang menjalani takdir Allah. Apa yang terjadi atau dialami oleh sesama kita adalah sudah menjadi ketentuan Allah (sebagaimana firman Allah berikut). Bukankah itu berarti meremehkan KETENTUAN yang diberikan Allah SWT kepada orang tersebut...??
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daupun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Al An'aam, 6:59)
Bila kita berdoa selalu "menuntut" untuk dipenuhi Allah SWT! Emangnya apa hak kita menuntut...! Kewajiban kita itu kan hanya BERIBADAH kepada-NYA, bukan menuntut hak. Kita ini memang .. T E R L A L U.. !!!
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kpd kami beban yg berat sebagaimana Engkau bebankan kpd orang2 yg sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kpd kami apa yg tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yg kafir" (QS2:286)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H