"Main futsal ndak hari ini?" tanya temanku asal Aceh yang kini sekantor di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.
"Walah... kamu sih ndak ngingetin aku kemarin... jadinya sekarang ndak bawa sepatu dan kaos deh..." timpalku.
"Halah.. alesan... Kalau kemarin aku ingetin juga belum tentu sekarang inget mau main futsal..." sindirnya.
Di minggu berikutnya dia bertanya hal serupa.
"Sepatu sih dah siap.. tapi baju olah raga ndak bawa..."
"Ya udah pinjam aja deh sama teman-teman lainnya.... Yang lain juga biasa gitu kok, pinjam sepatu, dll.." kata temanku itu.
Terus terang... aku sedikit malas kalau berolah raga malam. Makanya hari di mana teman-teman main bulu tangkis atau main futsal, sering aku lupakan. Bermain futsal menurutku juga lebih berisiko cedera, karena bersinggungan langsung dengan pemain lawan (misalnya dibanding bola voli), dan juga memacu jantung dengan lebih dinamis (lebih fluktuatif dari pada berenang misalnya).
Di kantor memang ada komunitas olah raga, seperti bulu tangkis dan futsal. Komunitas ini tentu bisa menjadi ajang yang bisa mempererat persahabatan antar teman sekantor. Jadi bukan hanya mencari "keringat" atau target yang lebih ideal adalah agar tubuh menjadi sehat dan bugar.
"Biar pas nih pemainnya..... Jadi sawerannya juga cukup..." katanya sambil tersenyum.
"Oooo begitu ya.. makanya aku diajakin terus terusan untuk ikut..." ledekku.
Sambil salah tingkah... dia akhirnya "meralat" ucapannya itu...dengan alasan-alasan yang lebih rasional dan bisa diterima.
Waktu ada pertandingan antar departemen beberapa tahun sebelumnya, aku memang ikut main futsal dan menjadi pemain andalan tim. Mereka mungkin melihat permainanku lumayan seperti aku ungkapkan ... (Tembong-Mu di Mana?) di http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2010/12/08/tembong-mu-dimana/
Tapi memang dibutuhkan sedikit "pengorbanan" untuk berolah raga malam. Karena dilaksanakan selepas jam kantor, bahkan sehabis sholat maghrib, tentu yang pertama adalah pengorbanan waktu. Pengorbanan tenaga. Karena harus pulang ke rumah lebih larut malam, sementara besok paginya harus berangkat kantor lagi.
Belum lagi faktor udara malam yang setahu saya sudah tidak "sehat" lagi. O2 sudah rebutan sama pepohonan di sekitar kita. Polusi siang hari juga sudah menumpuk (terakumulasi) di ambang batas. Olah raga malamnya sih di dalam ruangan, tapi saat perjalanan pulang?
"Ya untuk peregangan otot lah .. seharian kan sudah tegang tuh otot gak digerak2in... apalagi sehari-hari banyak duduk.... Ya sekalipun menyegarkan pikiran lah ... refreshing... " gitu alasan temanku mau berolah raga malam. Konon, olah raga malam bisa membuat tidur lebih lelap.
Bagaimanapun menurutku sih paling bagus ... pagi atau sore hari. Tapi kesempatannya tentu hanya di hari libur (Sabtu dan/atau Minggu), apalagi untuk masyarakat perkotaan yang super sibuk...
Dan paling membuat aku lebih berat lagi adalah... sholat Isya jadi ketinggalan untuk berjamaah di masjid...
Adakah tulisan seputar olah raga malam yang lebih komplet dari Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H