Mohon tunggu...
Gunawan Sriwibowo
Gunawan Sriwibowo Mohon Tunggu... profesional -

Insan biasa yg mencoba berbagi hal2 melingkupi kita walaupun kecil namun insyaAllah ada manfaatnya.....

Selanjutnya

Tutup

Money

Pajak Warteg "Mencekik" Rakyat Kecil

3 Desember 2010   06:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:04 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di tengah kasus mega skandal Century dan Gayus (pegawai pajak) yang menjadi sorotan, dalam negeri, luar negeri, bahkan luar angkasa (hehe), yang urusannya makin kusut aja, ndak jelas juntrungannya, ndak jelas uang negara itu nanti akan balik apa tidak  ...ehhh ini kok... sudah ada kebijakan baru yang akan mengenakan pajak Warteg....

Slogan dalam iklan pajak... .... "Hari gini tidak bayar pajak, apa kata dunia????" Juga sangat ndak tahu malu!! Saya yakin iklan itu dicibir oleh (saya paling tidak) kita semua.... Harusnya iklan pajak itu bunyinya... "Hari ini tidak bayar pajak.... apa kata Gayus??"

Belum juga lagi urusan pengemplang pajak kelas kakap terungkap.... Bagaimana bisa pemerintah "mencekik" pengusaha kelas bawah seperti Warteg ini?Hal lain yang membuat kebijakan pajak untuk Warteg semakin bikin bete.

Lagian, jika pajak warteg diberlakukan,  nanti yang ngontrol siapa?  Petugas pajak (teman-temannya Gayus) sendiri? sudah bisa bisa ditebak larinya ke mana bukan?

Perlu diingat para konsumen Warteg kebanyakan adalah masyarakat golongan menengah ke bawah (termasuk saya, hehehe).... Bagaimana jika diberlakukan pajak 10% (?) kepada Warteg... jelas nanti kami mau makan di mana lagi? Kami sanggupnya makan kelas Warteg!!

Mengapa para pemimpin kita itu tidak mencontoh gaya kepemimpinan Nabi dan para sahabatnya? Beliau punya prinsip, "Kalau harus menderita biarlah aku yang lebih dulu menderita... Kalau harus bahagia biarlah rakyatku lebih dulu merasakannya!"

Alkisah seorang sahabat yang saat diangkat jadi khalifah sangat kaya raya, ketika meninggalnya (selesai kepemimpinannya) hartanya tinggal lah sedikit. Itu semua karena hartnya digunakan untuk kepentingan dan melayani umat. Bukan sebaliknya, umat yang yang harus menyetor "upeti" (dalam bentuk pajak neko-neko) dan melayani pemimpin....

Keadaan di Indonesia jelas terbalik bukan? Rakyat yang harus memikul penderitaan lebih dulu. Pemimpin sih enak-enak saja. Kalau dapat penghargaan . ..  ya kami pemimpin lah yang tampil duluan...

Apa gak sebaiknya pemerintah itu menyosialisasikan zakat, infaq dan sodaqoh aja ke para pengusaha Warteg itu? Bayar zakat yang notabene sesuai ajaran agamanya dan hanya sebesar 2,5% tentu akan disambut gembira oleh para pengelola Warteg. Nah zakat ini jika dikelola (oleh badan pemerintah) secara benar dan sungguh-sungguh tentu hasilnya akan luar biasa, karena terkait ibadah... Dan di dalam Al-Qur'an perintah berzakat itu selalu melekat pada perintah sholat.

In sepotong kisah kepemipinan Abu Bakar r.a.

Abu Bakar berpidato: “Hai umat, aku telah diangkat untuk memerintahmu. Sebenarnya aku terpaksa menerimanya. Aku bukanlah orang yang terpandai dan termulia dari kamu. Bila aku benar dukunglah bersama-sama, tetapi jika aku menyimpang dari tugasku, betulkanlah bersama-sama. Jujur dan lurus adalah amanat, sedang bohong dan dusta adalah penghianatan.

Kaum yang lemah diantara kamu adalah kuat dalam pandanganku hingga haknya diperolehnya. Orang yang kuat dari kalanganmu adalah lemah dihadapanku hingga aku rebut hak itu dari padanya. Perjuangan dan jihad itu sekali-kali janganlah ditinggalkan. Kaum yang meninggalkan jihad itu akan dipukul kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Dikala aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak wajib patuh lagi kepadaku.”

Selanjutnya dalam kehidupan sehari-hari, Abu Bakar sebagai seorang khalifah atau pemimpin negara, dengan mencontoh Rasulullah Saw, tetap dalam kesederhanaan. Antara Abu Bakar dan rakyat tak ada tabir dan dinding pagar pembatas. Rumahnya boleh dikunjungi setiap waktu dan terbuka bagi rakyat. Ia bisa ditemui di mana saja. Pakaian, makanan, dan penghidupannya sangatlah bersahaja.

Alkisah, suatu hari Abu Bakar keluar ke Pasar Madinah memakai baju dari kulit kambing. Ketika kejadian itu dilihat keluarganya, mereka buru-buru datang kepada Abu Bakar dan berkata: “Hai khalifah, engkau sungguh-sungguh membuat malu kami di mata kaum muhajirin, Anshar, dan orang Arab.” Lalu Abu Bakar menjawab: “Apakah kamu bermaksud agar aku menjadi seorang Raja yang angkuh di zaman Jahiliyah dan angkuh di zaman Islam?”

Ketika Abu Bakar hendak meninggal, ia berkata kepada putrinya Aisyah: “Hai Aisyah, unta yang kita minum susunya, juga bejana tempat kita mencelupkan pakaian, serta baju qathifah yang saya pakai, semuanya hanya dapat kita gunakan selama saya berkuasa. Dan bila aku meninggal, seluruhnya harus dikembalikan kepada Umar.” Maka ketika Abu bakar meninggal, Aisyah mengembalikan semua barang tersebut kepada Umar bin Khaththab.

Kisah yang lainnya, tatkala seorang wanita kampung bernama Unaisar berkata: “Hai Abu Bakar, apakah engkau masih dapat menolong kami memerah susu kambing seperti sebelum menjadi khalifah?” Jawab Abu Bakar: “Insya Allah aku akan tetap bersedia menolong kamu.” Demikianlah sosok Abu Bakar sebagai kepala negara yang telah berhasil menaklukkan dua kerajaan besar (Syiria dan Persia) masih menyediakan waktu untuk memeraskan susu kambing untuk para wanita sekampungnya. (sumber: http://www.ikdar.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=81)

Semoga menginspirasi kita semua.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun