Mohon tunggu...
Gunawan Sriwibowo
Gunawan Sriwibowo Mohon Tunggu... profesional -

Insan biasa yg mencoba berbagi hal2 melingkupi kita walaupun kecil namun insyaAllah ada manfaatnya.....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kenanganku di Makassar

22 Oktober 2010   02:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:13 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu Soto Pallbas? Bukannya Makassar terkenal dengan Coto dan Konronya... Begitu komentarku saat dipesani teman untuk mencoba Soto Pallbas. Untunglah akhirnya kesampaian juga menikmati Pallbas itu... Jika Anda ada kesempatan jalan-jalan ke Makassar, jangan lupa ke obyek wisata unik Air Terjun Bantimurung dan Trans Studio. Keduanya unik karena sulit ditemukan tandingannya di kota lainnya. Sementara wisata pantai atau peninggalan sejarah lainnya mungkin hampir bisa kita jumpai di kota lainnya. Bandara Hasanuddin Makassar pun hadir dengan nuansa yang sangat beda dengan bandara-bandara di Indonesia. "Ini benar di Makassar ya? Kok serasa di bandara luar negeri ya......," gelak teman kami saat pertama kali menjejakkan kaki di bandara ini. Memang benar adanya, bersih dan beda! Saat masuk masuk ke kawasan Air Terjun Bantimurung, keramaian pengunjung mengingatkanku pada obyek wisata di Ancol. Tapi jujur, pengaturan pemandian di sana memang agak sedikit terlihat sedikit kurang rapi dan bersih. [caption id="attachment_75472" align="alignnone" width="377" caption="Bantimurung in black & white 2003"][/caption] Dari Wikipedia, Air Terjun Bantimurung ini tingginya sekitar 15 meter, airnya jernih dan sejuk meluncur deras sepanjang tahun. Di bawahnya ada pemandian dari landasan batu kapur dan lapisan mineral akibat aliran air ratusan tahun. Kedalaman airnya antara mata kaki hingga ke pinggang. Di hari libur banyak keluarga yang membawa anak-anaknya untuk bermain air di sana. Di sana juga ada goa Mimpi dan goa Batu. Berada di Kecamatan Bantimurung, Maros, 20 km dari Bandara Hasanuddin dan 50 km dari Makassar. Dapat dicapai 1 jam-an dengan mobil dari Makassar, atau dengan pete-pete (mikrolet) atau bus wisata dari bandara sekitar 30 menit. Tiket dewasa hanya 10.000 anak-anak 5.000, turis mancanegara 20.000. Keistimewaannya, selain air terjun mempesona, kawasan Air Terjun Bantimurung juga jadi habitat berbagai spesies kupu-kupu langka. Pemerintah Belanda pernah menjulukinya "Kingdom of Butterfly" dan naturalis asal Inggris, Alfred Rassel Wallase, pernah meneliti 150 spesies kupu-kupu langka. Hingga saat ini, kita masih dapat menyaksikan indahnya warna-warni spesies kupu-kupu berterbangan ke sana-ke mari di antara bunga-bunga dan semak-belukar gunung batu Bantimurung (Wikipedia). Selain mempelajari kehidupan kupu-kupu, kita juga bisa membeli kupu-kupu yang sudah diawetkan. Sayang sekali, aku ndak bisa lama-lama di Bantimurung, harus segera bertemu orang di sana. Teman-temanku di sana pun, sangat akrab dan tidak berubah. Dulu waktu kuliah seperti itu, eh ketika jadi seorang wakil rakyat pun sikapnya masih belum berubah.  Namanya Amri Yusuf. Aku bilang dia "membumi". Untunglah aku sempat mampir ke rumahnya sebelum pergi Bantimurung tadi. Jadi sempat bernostalgia sebentar, bercanda, dan dibeliin gado-gado dari warung di depan rumahnya. Diapun menelepon teman kami lainnya untuk "menyambut" kedatanganku. "Ini ada tamu temen kita dari Jakarta... Ya.. ditraktir makan malam lah... atau apa," kata Amri di telepon. Lalu kami pun janjian untuk bertemu. Ketika aku mau mengunjungi TRANS Studio World, masih ada pembangunan lapangan parikir di sana-sini.  Belum lagi pelayanan petugas keamanan yang lumayan kaku. Jadi aku urungkan untuk masuk. Toh aku dah dapat gambaran dari tayangan di tivi.  Yang aku tahu Harga tiket masuknya termasuk premium Rp100.000 untuk 15 wahana permainan. Tiba waktunya aku dijemput dari Hotel oleh sahabatku, dan makan malam di Mall terbesar di dekat hotel. Ngobrol sana-sini, aku sempat bertanya tentang Trans Studio. Ia asli Kalimantan, kebetulan ia bekerja di Makassar. [caption id="attachment_75471" align="alignnone" width="292" caption="Bersama Agus Salim di Makassar 2010"]

12898713692088999124
12898713692088999124
[/caption] "Dari pagi sampai malam, anak-anak tidak merasa kelelahan bermain di sini. Padahal saya hampir tidak kuat lagi menemani. Tapi semua layak asal kesenangan mereka," papar Agus Salim, kawan kuliahku yang juga seorang direktur perusahan PMA di Makassar. Nah, kalau makanan khas Makassar yang patut diicip-icip selain Coto dan Sop Konro adalah Pallu Basa. Ini kata Pak Sule, yang mengantar jemput aku. Pallu Basa yang layak dicoba hanya bisa ditemui PALBAS Haji Udhin di Jalan Serigala. Yang membedakan dengan Coto adalah bumbunya yang diracik khusus. Juga kalau Coto dimakan dengan ketupat, Pallubasa dimakan dengan nasi putih. "Rasanya .. sulit dideskripsikan. Pallu Basa ini kecuali enak banget.. Kuahnya segar, dagingnya empuk. Pantas aja penggilanya buanyaak..... Sewaktu menerima mangkuk berisi pallu basa, sudah ada sejumlah orang yang mengantri di belakang kami," kata seorang pengunjung. Memang enak sih... Aku yakin, pasti kuncinya ada pada kuali (tanah liat) dan memasaknya menggunakan arang, di samping bahan baku (daging) yang masih segar, serta yang pasti bumbu racikannya. Yang aku lihat, penggemar Coto dan Sop Konro ini rata-rata berbadan tambun. Ya tentu saja karena sajian itu kadar lemaknya tinggi. Dalam hatiku "Ya sesekali bolehlah... Kalau tiap hari, tentu menjadi tidak menyehatkan... karena bisa menimbun lemak..." Beberapa kali mengunjungi Makassar, tiada rasa bosan aku rasakan. Sudah masyarakatnya ramah, makanannya enak, pemandangannya juga oke... Ditambah lagi ada sahabat, yang sudah jadi orang-orang terkemuka di sana, sebagai tempat tujuan berkunjung, dan minta traktiran pastinya!...Apalagi kalau ada pacar di sana... Hahaha...  (kalau yang satu ini cuma menghayal aja...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun