Mohon tunggu...
Gunawan Sriwibowo
Gunawan Sriwibowo Mohon Tunggu... profesional -

Insan biasa yg mencoba berbagi hal2 melingkupi kita walaupun kecil namun insyaAllah ada manfaatnya.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salah Kaprah Ramadhan

24 Mei 2010   04:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:01 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ramadhan kan masih jauh....." Ini bisa jadi merupakan salah satu kebiasaan kita yang memandang bulan Ramadhan masih jauh, sehingga kita belum perlu mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Cenderung meremehkan? Mungkin . . . Ada salah kaprah lainnya yang biasa kita (termasuk saya sendiri) lakukan menjelang memasuki bulan puasa Ramadhan.

Sudah diketahui bahwa puasa Ramadhan diibaratkan oleh Rasulullah sebagai sebuah "perang besar" melebihi dari perang Badar sekalipun. Yaitu perang melawan hawa nafsu.

Bila kita menyadari dan harusnya memang percaya bahwa puasa Ramadhan adalah perang besar, maka kita tidak boleh meremehkan datangnya bulan ini. Kita meremehkan karena ditandai dengan persiapan seadanya saat memasukinya.

Jadi, semestinya kita persiapkan jauh-jauh hari untuk menghadapi bulan Ramadhan ini (katakanlah seperti persiapan seorang tentara akan diberangkatkan ke sebuah perang, dia siap fisik dan mental, bahkan siap untuk mati sekalipun).

Persiapan itu meliputi persiapan hati dan pikiran. Bahwa bulan Ramadhan adalah bulan penyucian diri, yang penuh pengampunan dan berkah dari Allah. Kita mantapkan niat untuk meraih nikmat dan hidayah di bulan Ramadhan itu, yaitu mencapai ketakwaan yang lebih baik. Membangun semangat untuk mempersiapkan diri menuju Ramadhan barangkali juga merupakan bentuk persiapan hati & pikiran.

Mulai saat ini pula, kita harus menjauhi kegiatan dosa atau makruh sehingga saat memasuki momentum berpuasa Ramadhan, hati dan pikiran kita sudah relatif "cukup bersih" (paling tidak menurut takaran kita pribadi). Tentu bukan bermaksud bersombong diri, tapi karena memang hanya kita sendiri (dan Tuhan lah) yang benar-benar tahu bagaimana kualitas (bersihnya) hati dan pikiran kita.

Persiapan kedua adalah persiapan fisik. Untuk bertempur, maka fisik kita harus prima. Terkadang saat memasuki puasa Ramadhan kita malah mulai sakit-sakitan. Ini tentu tidak sesuai dengan taktik persiapan untuk sebuah perang besar. Pola hidup sehat dan pola makan seimbang harus kita jalankan secara lebih intensif sejak 2 bulan sebelum bulan Ramadhan tiba. Bahkan fisik kita bisa kita latih dengan puasa Senin-Kamis atau puasa intensif menjelang Ramadhan seperti yang dilakukan oleh Rasulullah.

Latihan fisik juga kita lakukan untuk sholat malam, sholat-sholat sunnah dan membaca Alquran. Latihan-latihan dan terus latihan berhari-hari menjelang datangnya bulan Ramadhan agar saat memasuki bulan Ramadhan fisik dan mental kita benar-benar telah siap dan menyatu. Bila otak punya brain memory, ternyata otot-otot kita pun punya memori (muscle memory). Jika otot-otot ini kita biasakan sholat malam misalnya, maka secara otomatis otot-otot kita akan mengajak kita untuk terus melakukan apa yang telah biasa kita lakukan.

Persiapan ketiga adalah membekali diri dengan ilmu yang benar. Tentang keutamaan-keutamaan di bulan Ramadhan, bagaimana berpuasa yang benar, hal-hal yang membatalkan (dan mengurangi) nilai ibadah puasa, dan pengetahuan lainnya.

Dengan persiapan seperti itu, semestinya bisa diupayakan pengeluaran rumah tangga tidak mejadi membengkak di saat Ramadhan akibat berbuka puasa atau sahur yang berlebihan. Bukan belajar menahan nafsu eh malah berfoya-foya (makan minum lebih spesial dari bulan sebelumnya). Di bulan Ramadhan yang perlu kita perbanyak tentu ibdah dan amal sodaqoh.

Tercatat dalam sejarah, banyak peristiwa besar terjadi di bulan Ramadhan. Bulan puasa bukan bulan malas. Bulan puasa adalah bulan prestasi! Jadi harus kita persiapkan sungguh-sungguh dan kita jalankan puasa Ramadhan dengan sebaik-baiknya agar kita bisa menorehkan prestasi di dalam bulan Ramadhan. Ya.... minimal prestasi untuk diri sendiri (meningkatkan kualitas ibadah) dan keluarga. amin ya robbil 'alamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun