Beberapa hari yang lalu, saya hendak mengunjungi salah satu kerabat yang baru saja melahirkan di sebuah rumah sakit di Depok. Berangkat dari Jakarta naik Komuter, terus lanjut lagi dari stasiun Pondok Cina naik taksi. Perjalanan saat pergi tidak ada masalah, yang jadi masalah dan membuat saya kesal adalah ketika hendak pulang dari rumah sakit.
Saat hendak kembali menuju stasiun, kembali saya mencari taksi yang kebetulan sedang lewat. Saya langsung memilih taksi "burung biru" yang kebetulan lewat saat itu. Alasan saya memilih taksi itu pastinya karena nama besarnya yang hampir semua orang pasti tahu.
"Mau kemana dek?" tanya Mas Supir.
"Ke stasiun Pocin, Mas."
Kemudian Mas Supir mengiyakan dan seketika taksi pun meluncur.
Karena saya sudah mempercayakan semuanya pada Mas Supir yang pasti tahu tempat yang hendak dituju, saya pun santai sambil main-main HP, buka twitter, FB, Kompasiana :D . Sampai tiba-tiba saya sadar bahwa ada yang salah. Stasiun Pondok cina yang seharusnya tidak lebih dari 5 km dari lokasi pertama saya naik, tapi sekarang taksi malah sedang melaju ke arah Universitas Indonesia.
"Loh, kok Maskesini? saya kan tadi bilang Pocin."
"Oh, tadi saya kira ke Stasiun UI," Mas Supir ngeles.
"Yaudah deh Mas, gak apa-apa, ke stasiun UI aja."
Dan salahnya saya, saya kembali keasyikan main HP sampai tidak fokus memperhatikan jalan, sampai akhirnya saya sadar kalau stasiun UI pun lewat, dan malah taksi seperti hendak menuju ke arah Jakarta.
"Loh Mas, kok kesini?"
"Kan katanya ke stasiun Pasar Minggu," dengan santainya si supir menjawab.
Sontak, saya langsung marah.
"Mas tahu stasiun gak sih? tadi stasiun Pondok Cina lewat, stasiun UI juga lewat, mas mau main-mainin saya ya? Ok deh, saya foto aja ni data no taksi dan no supir mas."
"Iya..iya.. argonya saya matiiin deh tuh, kita muter balik."
"Akhirnya saya minta diturunkan di stasiun terdekat, yaitu stasiun UI."
Tapi tiba-tiba saya malah diturunkan entah dimana. Saya kembali kesal.
"Mas tahu stasiun gak sih?"
Karena sudah terlalu kesal, akhirnya saya turun dan lebih baik mencari taksi lain.
Saya masih gak ngerti, sebenarnya tujuan apa mas supir sampai saya dibuat muter-muter seperti itu. Apa memang karena mas supir ini gak tahu jalan, atau emang sengaja karena ada niat-niat tidak baik.
Apapun alasannya, berikut hal-hal sederhana yang harus diperhatikan kalau kita sedang naik taksi:
1. Selalu perhatikan jalan yang sedang dilalui taksi. (ini salah saya yang sibuk main HP)
2. Kalau kita tidak tahu jalan, dan supir pun terlihat seperti tidak tahu jalan, lebih baik minta untuk turun sebentar dan bertanya sama orang-orang sekitar. (ini pun salah saya yang paling susah menghapal jalan :D)
3. Kalau tidak memungkinkan untuk bertanya pada orang-orang sekitar, kita bisa memanfaatkan google maps direction atau aplikasi smartphone sejenis untuk penunjuk jalan. Atau bisa juga dengan bertanya melalui pesan instan (SMS, WA, BBM) kepada teman, saudara yang lebih tahu jalan sekitar. Usahakan jangan menelepon, karena kalau kita menelepon, Mas Supir jadi tahu kalau kita tidak tahu jalan. Kalau mas supirnya sudah punya niat jahat dari awal, itu bisa menjadi hal yang membahayakan.
4. Perhatikan selalu argo
5. Selalu perhatikan gerak-gerik mas supir, apakah orangnya keliatan mencurigakan.
6. Catat selalu no taksi dan data diri supir yang biasa tertera jelas di dalam taksi.
Dan sekarang saya bimbang apakah harus melaporkan kelakukan supir taksi itu ke pihak "burung biru" sebagai cara untuk meningkatkan pelayanan "burung biru" atau diamkan saja. Dalam hati saya berfikir, ah kalau mas supir tadi akhirnya dipecat gara-gara saya, sedangkan dia sudah punya anak istri gimana? ya, sudah biarkan saja. Semoga Mas supir mendapat hidayah dan bekerja lebih baik untuk melayani pelanggan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H