4. Mengubah perilaku sosial
Siswa yang ikut serta pembelajaran secara langsung di sekolah akan jauh lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Karena di sekolah mereka akan berinteraksi langsung dengan teman, guru dan warga sekolah lainnya, sehingga dipastikan dapat menstimulasi perkembangan perilaku sosial dan emosionalnya (McDonald et al., 2018).Â
Namun kini saat PJJ diterapkan, ternyata situasi di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran ini memberi dampak terhadap perilaku sosial bagi siswa yaitu anak menjadi bersikap lebih introvert yang cenderung bersikap individual tanpa menghiraukan orang lain, kurang kerja sama dengan teman-temannya, kurang toleransi dan sosialisasi terhadap lingkungan karena dibatasi dengan pembelajaran di rumah.
5. Media TIK yang memberatkan sebagian orang tua siswa
Berbicara mengenai Pembelajaran Jarak Jauh tentunya berkaitan erat dengan media Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai sarana yang memfasilitasi keberlangsungan pembelajaran.Â
Hanya saja bagi sebagian orang tua siswa berkemampuan ekonomi lemah, sarana efektif pembantu pembelajaran daring ini cukup memberatkan mereka.Â
Sebagian dari mereka tidak mampu membeli telepon pintar (gawai) yang layak sebagai satu-satunya fasilitas pendukung pembelajaran.Â
Selain itu, tiap bulannya mereka harus merogoh kocek untuk membeli kuota. Adapun bantuan khusus dari Kemendikbud berupa kuota belajar gratis bagi siswa tak kunjung mereka dapatkan, meskipun sekolah sudah mendaftarkannya melalui Dapodik.
6. Kekerasan domestik di rumah
Tak lekang oleh waktu tatkala ingatan kita flashback tepatnya satu tahun lalu. ketika seorang ibu tega membunuh anak kandungnya sendiri yang masih berusia 8 tahun karena mengalami kesulitan belajar jarak jauh secara daring.Â
Peristiwa nahas tersebut merupakan puncak dari potret beberapa kekerasan domestik yang bisa saja terjadi pada saat PJJ ini.Â